Namjoon tidak menyangka kalimat itu akan keluar dari mulut Seokjin.
Ia hampir terbahak dan dengan sigap menyandung kaki Sunwoo yang bergegas menghampiri Seokjin dengan pisaunya.
Ia pun terjatuh. Pisaunya terpental.
Pukulan demi pukulan diluncurkan ke wajah Sunwoo.
Namjoon kini berada di atas tubuh orang itu. Menghujani dengan tinjunya hingga Sunwoo mengerang lemas.
Seokjin yang telah berhasil melepaskan borgolnya segera mengarahkan pistol ke kepala Sunwoo.
Suara sirene mobil polisi pun mendekat. Beberapa petugas telah berkeliling mengepung gedung.
Perlahan Sunwoo menggeser kerah kemeja yang dipakainya. Menunjukkan sesuatu yang berkedip menyala.
Bom rakitan itu terlilit di badannya.
"Kau akan bertemu kakakku di neraka detektif"
"Kita akan mati bersama" Ia tertawa.
"Namjoon lari..." Seokjin berbisik.
"Dimana kau simpan detonatornya?"
Namjoon tak bergeming dari hadapannya.
"Namjoon..." Seokjin menarik pelan tangannya.
Sunwoo pun merogoh saku celananya sambil tertawa keras dan alat peledak itu mulai menghitung mundur.
Namjoon mendorong Seokjin lalu berbalik.
Satu tembakan diluncurkan ke tengah kepala Sunwoo.
"Kini dia benar-benar mati"
Seokjin menyaksikan kejadian itu dan segera menarik lengan Namjoon keluar.
Mereka berlari sekuat tenaga dan memerintahkan para petugas untuk berlindung.
Hingga bom itu akhirnya meledak menghancurkan seisi ruangan itu.
Terkena efek dari ledakan bom, mereka berdua terhempas dan terguling keluar.
Namjoon berada tepat di atas Seokjin ketika mendarat.
Telinga mereka berdengung akibat suara keras itu.
Seokjin hanya bisa membaca gerakan mulut Namjoon samar-samar.
Kepala dan telinganya berdenyut karena benturan.
Namjoon memanggil namanya.
Seokjin mengerjapkan mata beberapa kali untuk mendapatkan kesadarannya kembali.
Ketika besi tajam itu muncul ke hadapan matanya melalui tubuh Namjoon.
Ia membelalak kemudian mengerang kesakitan.
"TIDAKKKK!!"
Patahan besi yang ikut terhempas oleh bom itu menembus bahu kiri hingga dadanya.
"Namjoon!" Seokjin menangkap tubuhnya yang mulai rebah.
"Medis!"
"Namjoon...bertahanlah!"
"Medis!"
Seokjin berulang kali berteriak sambil menopang tubuh lemas Namjoon di pangkuannya.
"Namjoon stay with me..."
"Jangan tutup matamu Namjoon..."
"Namjoon kumohon....." Air matanya mengalir deras.
Tangannya terulur menyeka pipi Seokjin.
Namjoon berusaha sekuat tenaga untuk tetap sadar.
Ia tersenyum.
"It's okay..."
"I'm okay...." Katanya pelan.
Seokjin tersenyum perih. Tak lama Namjoon mulai menutup matanya.
"Stay with me!...kau sudah janji Namjoon!" Ia terisak keras.
"MEDIISSSSSS!!!"