Chapter 06, "Kencan".
"... Laven?"
Morrin tidak menyangka akan kedatangan Laverne di depan pintunya, awalnya dia sedikit terkejut namun dengan cepat ekspresi di wajahnya kembali stabil. Di sisi lain dia merasa lega.
Morrin beranjak dari kasurnya, dan menyambut Laverne. "Ada perlu apa?"
Laverne diam untuk beberapa saat, sambil mengusap belakang telinganya sebelum berkata dengan suara serak khasnya, "Itu, buku titipan Dyrlu."
Tepat setelah Laverne mengatakan tujuan kedatangannya kemari, Morrin menaikkan alisnya seperti baru saja tersadar bahwa dia benar-benar melupakan hal itu.
"Oh benar, maaf, tolong tunggu sebentar."
Laverne mengangguk sedikit, dan Morrin mulai mencari-cari buku yang dimaksud di dalam laci meja kayunya, setelah beberapa saat dia menemukan bukunya, itu adalah sebuah buku yang ditutupi dengan lapisan warna xanadu dengan beberapa detail berwarna hitam dan putih pekat di sisinya.
Morrin memberikan buku itu pada Laverne sambil tersenyum ramah. "Ini bukunya. Apa ada yang lain?"
Laverne menggelengkan kepalanya, kemudian berhenti sejenak saat dia menyadari betapa berantakan dan kusutnya Morrin saat ini, tidak seperti biasanya. "Tidak. Senior, apa kamu baru bangun tidur?"
"Tidak." Morrin dengan sigap menggelengkan kepalanya.
"Oh ... Oh ya, aku membawakanmu sup ikan, makanlah selagi hangat." Ucap Laverne tersenyum lembut sambil menyerahkan bungkusan yang telah diperhatikan Morrin sejak tadi.
"Ah, terima kasih."
Mengetahui bahwa di dalam bungkusan itu adalah sup ikan, Morrin terlihat tidak terlalu tertarik, namun dia tetap menerimanya karena sungkan.
Setelah bertukar sedikit basa-basi, Laverne kemudian pamit pergi untuk memberikan buku titipan pada Dyrlu sebelum anak itu akan menagihnya lagi, namun saat dia akan pergi Morrin memanggilnya.
"Laven,"
Laverne membalikkan badannya, menoleh pada Morrin, wajahnya bertanya-tanya.
"Kamu terlihat lebih cantik saat tersenyum, kamu tau itu 'kan?" Morrin berkata sambil menopang sebelah wajahnya dengan tangannya, dia mengucapkan itu sambil tersenyum tulus dan hangat.
Morrin merasa suasana hati Laverne menjadi buruk sejak peringatan yang diberikan oleh organisasi kesiswaan, jadi dia ingin menghiburnya dan membuatnya merasa sedikit lebih baik.
Mungkin itu memang memberikan sedikit efek, karena wajah Laverne saat ini perlahan-lahan mulai merona, itu sangat tiba-tiba sehingga dia tidak dapat mengontrol ekspresinya. Dia segera pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Morrin terkekeh pelan melihat tingkah Laverne yang salah tingkah, karena inilah Morrin sering kali menjahilinya demi menikmati reaksinya yang menarik.
Tidak lama setelah Laverne pergi, Morrin bersiap akan berbaring di kasurnya lagi, namun ketukan lain segera terdengar dari pintu sehingga dia hanya dapat berjalan ke pintu dengan enggan.
"Laven, apa ada barangmu yang tertinggal?" Morrin berkata sambil membukakan pintunya.
Kemudian dia menyadari saat dia melihat siapa yang ada di hadapannya.
"Oh ..."
"Siapa Laven?"
Adrean menopang tubuhnya dengan tangannya yang panjang dan kokoh di salah satu tiang pintu. Wajahnya masih sama saat Morrin melihatnya untuk pertama kali; garis wajahnya yang tegas, sudut matanya yang tajam, bola mata obsidiannya, dan kulit khas tannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GL] BLOODY RUBY
Fiksi UmumSemua akan berubah seiring berjalannya waktu, bahkan permata ruby yang dulu selalu terlihat menawan dan cantik dengan kilaunya, kini mata itu kehilangan cahayanya, berubah menjadi lubang darah yang sangat dalam dan dalam, menjadi gelap dan kesepian...