R.L | Trouble

2.4K 221 84
                                    

"Every time you step away from my sight, it feels like goodbye."

* * *

𝘙𝘢𝘮𝘦𝘪𝘯, 𝘺𝘢.
𝘉𝘪𝘢𝘳 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘶𝘱𝘥𝘢𝘵𝘦-𝘯𝘺𝘢~🩵

6.1K Words

Wilka's POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wilka's POV
.

.

.

"Hnggh."

Tanganku reflex menyentuh pelipis, saat kelopak mataku perlahan terbuka dan kesadaranku terkumpul sepenuhnya. Suara kicau burung yang terdengar dari arah teras balkon, seketika menyapa runguku. Begitu pula suara lalu kendaraan yang terdengar di kejauhan.

Tubuhku kupaksa bangkit, hingga sekarang aku berada dalam posisi duduk di ranjang. Kupadangi sekilas pakaian yang melekat di tubuhku. Keningku mengeryit. Ini jelas bukan baju yang terakhir kukenakan. Lantas, siapa yang sudah dengan lancangnya mengganti bajuku? Apakah Aldara? Apakah perempuan itu memutuskan kembali ke apartemen, meski sudah jelas aku mengusirnya pergi?

"Sudah bangun lo?"

Sebuah suara yang terdengar di depan pintu kamar, membuatku memalingkan wajahku ke sana. Terlihat Yudith berdiri di depan pintu kamarku, sambil menatapku dengan raut jengkel.

"Lo tuh yaa, ini masih mendingan yang lo hadapin gue. Gimana kalau Reya? Bakalan abis lo dimaki sama dia," lanjut Yudith lagi yang tampaknya begitu marah. Aku meringis kecil sambil menelan saliva dengan susah payah.

Wajar jika karibku itu dikuasai emosi. Aku memang tidak sadar akibat mabuk, tapi aku masih bisa membayangkan sekacau apa diriku ketika Yudith tiba di sini.

"Di mana Maudy?" tanyaku kemudian yang tak langsung ditanggapi olehnya. Yudith tampak mencebik kesal, lalu berlalu meninggalkan pintu kamar. Aku lantas bergerak bangkit, sambil menahan denyut nyeri di kepala. Uh.. kali ini aku bahkan merasa mulai mual. Namun aku tetap beranjak menuju area lain di unit apartemenku ini.

Dan benar saja, aku mendapati Maudy berada di dapur, sementara Yudith sudah duduk di salah satu kursi meja makan. Kuhela napasku dengan satu kali tarikan panjang, sembari berupaya meredam mual yang bergolak di perut.

"Ini, minum dulu," kata Maudy sambil menyodorkan secangkir kopi hitam yang masih mengepulkan asap. Kuterima cangkir yang disodorkan ke arahku, lalu kuserumput cairan berwarna hitam pekat itu dengan pelan.

"Berasa pusing, nggak?" tanya Maudy dengan nada lembut. Aku mengangguk, sembari melirik takut ke arah Yudith yang kembali menatapku tajam.

Kuserumput lagi kopi hitamku, meski kemudian aku memekik kecil dan menjauhkan mulut dari bibir gelas, saat yang tercecap di lidah hanyalah rasa panas.

Restless Love  ( 𝘈𝘭𝘵𝘦𝘳𝘯𝘢𝘵𝘦 𝘜𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang