Bab 28 : Luapan Isi Hati

73.9K 3K 347
                                    

Si Jamal sialan.

Rupanya penginapan yang disewa tidak seperti hotel yang menyediakan makanan juga, melainkan lebih seperti sebuah asrama. Karina dan Navaro ditugaskan oleh Pak Jamal untuk ikut membantu pengambilan katering yang dipesan di desa sebelah.

Karina benar-benar merutuki Pak Jamal yang secara tidak langsung terus melibatkan dirinya dengan Navaro. Mungkin Pak Jamal berpikir bahwa hubungan keduanya masih baik, terutama beberapa waktu lalu Karina memohon pada Pak Jamal agar dia dan Navaro bisa satu kelompok.

Karena itulah mungkin Pak Jamal juga berpikir agar Karina bisa lebih dekat lagi dengan Navaro.

Karina sedang menunggu Navaro yang sibuk memanasi motor milik pemilik asrama yang dipinjamkan olehnya. Karina menghela napas, mengapa di saat dia ingin menghindar, keadaan selalu membuatnya terikat dengan Navaro.

"Ayo," tutur Navaro saat melihat Karina yang masih duduk termenung.

Karina berdeham sejenak serta mengatur ekspresinya agar tetap datar. Ia juga tidak bisa menebak apa isi hati Navaro, pria itu sungguh sulit menunjukkan sisi perasaannya sendiri.

Navaro adalah pemuda yang suka tarik ulur.

Karina akhirnya berada di boncengan motor Scoopy warna merah itu. Ia juga menerima helm dari Navaro.

"Gue ngelakuin ini karena disuruh Pak Jamal, ya! Jangan pikir gue ngelakuin ini karena pengen deket-deket sama lo. Big No!"

Navaro bergeming setelah mendengar pernyataan tiba-tiba Karina.

"Kalau lo keberatan sama gue, gue bisa suruh Wendy atau Devia yang gantiin gue. Ya, siapa tahu aja lo risih deket-deket sama cewek MURAHAN kayak gue," lanjutnya penuh penekanan.

Navaro semakin yakin bahwa Karina menjauhinya karena omongannya waktu itu. Sampai Navaro bisa memastikan perasaannya sendiri, Navaro lebih memilih untuk menutup mulutnya saja untuk sementara.

"Nggak usah, sama lo aja," ucapnya datar yang kemudian telah bersiap menjalankan motor itu.

Selama perjalanan itu hanya ada keheningan. Karina yang semula selalu posesif jika berada di boncengan motor Navaro, kini akan memilih untuk diam.

Jauh di lubuk hatinya, Karina ingin tetap memperjuangkan cintanya. Hatinya berkata, bahwa masih ada secercah harapan baginya untuk Navaro. Namun logikanya memilih untuk menjauh karena mendengar celaan itu. Celaan yang keluar dari mulut Navaro sendiri, dan ia dengarkan pula dari telinganya sendiri.

Jika Karina memilih untuk terus 'tuli', tentu saja rasanya akan menyakitkan. Namun sebenarnya Karina tidak menyangka, jika menjauhi Navaro juga tak kalah sakitnya.

"Ayo naik," perintah Navaro lagi.

Karina mendengus sejenak namun ia tetap memakai helmnya.

"Cih, harusnya kalau pesen catering tuh ya penjualnya yang ke sini, bukan yang pesen yang ke sono," gerutunya pelan.

Navaro tiba-tiba menancap gas motor itu, Karina yang belum siap akhirnya membuat dadanya bersinggungan kembali dengan punggung Navaro.

"Aduh, g-gue belum siap!" teriak Karina tidak terima. Karina pun hendak menjauh dari Navaro, tapi Navaro tiba-tiba menahan tangan Karina dan malah membawa kedua tangan Karina agar memeluk perutnya.

"E-eh?!!"

"Pegangan, gue mau ngebut."

Karina membelalak—sungguh ini adalah keadaan yang begitu meresahkan hatinya. Mengapa Navaro seakan memberikan kode harapan padanya? Benarkah Navaro berniat membuka hati untuknya? Pikir Karina.

Big Boy (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang