HAPPY READING
01
"Menurutmu, mengapa Achilles harus mengalami kematian yang cukup mengerikan?"
Dua bilah kusen jendela pinus tua terbuka lebar, menghantarkan embusan tipis udara hangat yang sebelumnya telah melanglang buana dan kini singgah ke dalam ruangan yang nyaris hampa. Mendengar sebuah lontaran pertanyaan dari wanita muda yang duduk di atas kursi kayu pahatan sederhana, pria berbalut mantel hijau pekat tak langsung membalas. Alih-alih, ia justru terlihat memandang ke luar jendela; memperhatikan kasak-kusuk berbagai manusia bersama kesibukan yang melanda.
"Karena dia diserang dengan ribuan anak panah."
Pita putih yang mengikat surai wanita muda itu bergoyang sedikit terembus angin bersama manik yang terus menatap pria di ujung ruangan bernuansa lawas. "Apakah tidak ada alasan tambahan lain?"
Tapak sepatu pria tadi mengetuk marmer bersih pelan, seperti hendak ikut menyaingi suara obrolan dua wanita paruh baya di pinggir jalanan beralas aspal tebal juga tawaan menggelegar seorang gadis kecil asing yang kemudian berlari dari luar jendela.
"Alasan lain ...." Pria itu tampak berpikir sembari terus melangkah menuju rak lemari usang dan meraih sebuah buku tua sehabis meletakan cangkir putih di antara buku-buku berkertas kuning. "Achilles terlalu mencintai perempuan bernama Gerðr, yang dikatakan sebagai salah satu makhluk terindah, sang Dewi Kesuburan."
Jemari wanita berkemeja putih tersebut mengambil sebuah apel hijau yang tergeletak di atas permukaan meja bundar rendah. "Bukankah ia terlalu ceroboh?"
Seulas senyum mematri wajah pria yang kini tengah menyandarkan tubuh tingginya pada dinding kecokelatan setelah meletakan buku tua tadi kembali dan memandangi seorang perempuan berpita putih dari jarak yang cukup jauh. "Semua manusia yang jatuh cinta akan ceroboh pada saatnya."
Senyuman yang mengembang milik sang wanita seperti menyetujui ucapan pria itu. "Omong-omong, surat kabar tadi pagi benar-benar mengejutkan," Ia mengalihkan obrolan sembari menarik koran yang berada di samping keranjang jerami berisi apel-apel hijau setelah headline berita yang tersuguhkan sempat membuatnya tersenyum sendiri.
Pria tadi meraih cangkir mengkilap yang ia titipkan pada salah satu rak dengan beberapa buku saja.
"Berita mengenai mayat Jenderal Hyunjin yang dibuang di perairan?" Bunyi dentingan sendok logam yang menyentuh gelas porselen putih menggiring pergerakan seorang pria berjalan pelan lalu duduk di atas sofa tunggal berwarna merah.
"Katanya pasangannya juga ikut mati bersamanya," ucap pria itu kemudian sembari menyeruput teh yang cukup mengepul-epul, membuat sepasang alisnya sedikit bertaut.
Surat kabar yang sempat ia genggam kembali tergeletak menyentuh permukaan meja. Sang wanita mulai menautkan jari-jemarinya. "Pemerintahan EVIG memang tidak main-main. Mereka mati sesuai rencana."
Gelas porselen tersebut menjadi saksi bisu di antara keduanya; menelan segala kebisingan ricuh di luar sana. Sedangkan sang pria bergerak meletakan segelas teh hangat di atas kayu kokoh pipih dengan perlahan. Matanya sedikit terlihat seperti tumpahan madu tatkala seberkas cahaya mentari menubruk iris pria tersebut. Ia melirik wanita itu tenang.
"Setidaknya kita takan berakhir seperti mereka, Kar."
YOU ARE READING
Nirvana in Fire
FanfictionHYUNJIN-FELIX ⚠⚠WARNING⚠⚠ Rated: R-Restricted [17+] Genre: Fanfiction, Romance, Historical, Fantasy, Action, Mystery Tags: #nordicmythology, #empire, #war, #fluffy, #abusive, #psychological, #mpreg, #hiddenidentity, #spy, #hiddenagenda, #death, #mil...