Happy Family

656 49 20
                                    

Pagi itu, jam masih menunjukkan pukul 7 pagi tapi sinar matahari sudah berusaha menembus jendela besar yang tertutup gorden berwarna cream di master bedroom yang gelap itu. Seorang laki-laki kecil tampak memainkan ponselnya. Cahaya dari ponselnya memantul ke wajahnya. Ia duduk menyandarkan punggungnya di bed frame besar itu. Duvet tebal berwarna coklat tua menutupi kaki hingga pinggangnya. Sesaat kemudian ia merasakan pergerakan orang di sampingnya. Ia tersenyum melihat orang di sampingnya itu.

Laki-laki itu tidur menghadap si laki-laki kecil. Sebelah tangannya melingkari perut laki-laki kecil itu sementara wajahnya tersembunyi di perut partnernya. Si laki-laki kecil menggunakan tangan kanannya untuk mengelus kepala lelaki yang menggunakannya sebagai bantal, membuat dengkuran halus kembali terdengar tanda bahwa ia kembali tidur lelap.

Sekitar 20 menit kemudian, lelaki yang terlelap itu kembali terbangun. Ia mengusap matanya dan menguap sebelum akhirnya melirik wajah lelaki kecil yang ia tindih sedari tadi.

"Morning, sayang." Sapanya dengan suara serak khas orang yang bangun tidur.

"Morning, husband." Jawab laki-laki kecil itu. Ia masih mengelus rambut laki-laki di pangkuannya ini dengan sayang sebelum akhirnya menunduk untuk mengecup dahinya.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya laki-laki itu, meraih ponsel yang dipegang suaminya. Di layar ponsel itu ia melihat banyak sekali daftar destinasi wisata untuk liburan.

"Aku sedang membandingan tempat wisata untuk mengajak Kana liburan Songkran ini, Phi."

Phuwin yang masih menscroll ponsel suaminya, Fourth mulai ikut berpikir kemana sebaiknya mereka membawa putra mereka yang masih berumur 4 tahun itu untuk bermain. Fourth masih mengoceh menunjukkan tempat-tempat rekomendasi di internet. Sesekali jarinya menunjuk tempat tertentu yang cukup ia minati. Phuwin mendengarkan ucapan suaminya dengan seksama sebelum ide jahil terlintas di pikirannya.

Tanpa aba-aba, tiba-tiba ia bangkit dan mengangkat tubuh kecil Fourth untuk berbaring sebelum ia mengungkung suaminya itu dengan tubuhnya. Fourth yang berseru kaget, cemberut menatap suaminya yang terkekeh senang.

"Lepas." Perintah Fourth singkat pada Phuwin yang menahan kedua tangannya di sisi kepalanya. Phuwin hanya tersenyum sebelum menunduk untuk mengecup bibir lembut Fourth.

"Bagaimana kalau liburan Songkran kali ini kita beri adik untuk Kana hmm?"

Fourth ingin mencubit suaminya itu tapi cengkramannya di kedua pergelangan tangannya cukup erat. Fourth berencana menendang bokong Phuwin dengan lutut kakinya yang bebas tapi ternyata suaminya itu sudah hafal dengan ide-idenya untuk meloloskan diri sehingga kaki suaminya yang lebih panjang itu, menahan kakinya. Walaupun Fourth menggeliat sedemikian rupa, ia masih gagal melepaskan diri dari kungkungan Phuwin.

"Bagaimana kalau Phi saja yang hamil?"

Phuwin tertawa tanpa melepaskan cengkramannya. "Sayang, kalau bisa juga dari dulu aku mau menggantikanmu supaya sayangku ini tidak kerepotan."

"Itu tahu!"

"Memang tidak mau?"

"Apanya?"

"Ini." Jawab Phuwin singkat. Ia menggerakkan pinggulnya yang masih tertutup selimut pada pinggul Fourth. Fourth membulatkan matanya dan menyadari maksud suaminya. Fourth mendesah lelah. Tentu saja, husband duty.

"Cepat, sebelum Kana bangun." Ucap Fourth menyerah. Phuwin menyunggingkan cengiran senang dan menendang duvet yang menyelimuti tubuh mereka hingga terjatuh ke lantai diikuti pakaian mereka yang bertebaran di lantai kamar itu. Tidak lama desahan-desahan penuh nafsu saling bersautan di telinga mereka.

What If (Little Sunflower Spin Off) | PhuwinFourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang