- Sheet : 1. Pertama dan banyak luka

14K 634 10
                                    

~ Happy reading ~

🍃🍃🍃

Sudah seminggu pernikahan itu berlangsung, tapi sikap Leon terhadap Kaiyca sama sekali tidak ada perkembangan. Cowok itu masih terus memaki bahkan tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan fisik pada gadis malang itu.

'Brakk!'

Suara bantingan kursi terdengar jelas di ruangan meja makan itu. Habis sudah kesabaran cowok itu saat melihat meja tidak ada satupun makanan yang terhidang di meja makan.

Cowok itu mendengus kasar, "Useless girl!" geramnya. Mata tajam Leon menelusuri seluruh sudut dapur, "Kemana gadis tuli itu," dengusnya.

"KAIYCA SEANASKY!" teriakannya menggema di setiap sudut mansion yang bernuansa putih hitam itu. Tetapi tidak ada satupun sahutan yang terdengar olehnya dari pemilik nama, karena tidak kunjung mendapatkan sahutan. Leon berjalan keluar dari dapur menuju lantai atas dimana kamar gadis itu berada.

Sesampainya di depan kamar milik Kaiyca, tanpa memangil gadis itu, ia langsung menggedor-gedor pintu bernuansa putih di depannya.

"Buka!"

"BUKA SEKARANG ATAU GUE HANCURIN PINTU INI."

'Ceklek!'

Bunyi pintu terbuka membuat Leon menghentikan tindakannya, terlihatlah seorang gadis yang masih mengenakan pakaian tidur, itu Kaiyca.

Dengan perasaan takut-takut, ia mendongkrak kepalanya. Tatapan keduanya bertemu, Kaiyca dengan tatapan sayu dan Leon dengan tatapan tajamnya. Selang beberapa menit keduanya saling tatap-tatapan, Leon langsung memutuskan kontak mata itu.

"Berapa kali harus gue bilang? Jangan sesekali lo lepas alat pendengar lo, kalau dasarnya tuli, tetap bakalan tuli!" caci cowok itu dengan menatap dingin Kaiyca.

Deg ucapan itu berhasil membuat hatinya tergores kembali, Ia tahu bahwa dirinya hanyalah seorang manusia yang memiliki banyak kekurangan bahkan tidak ada yang bisa di banggakan darinya. Tapi, pantaskah seorang suami mengatakan itu kepada istrinya?

Gadis itu hanya diam tanpa merespon apapun, percuma jika dirinya memberontak jika itu memang kebenarannya. Dengan mata yang berkaca-kaca gadis itu menatap Leon.

"Jangan natap gue kayak gitu, jijik." Ujar Leon penuh penekanan, ia berbicara seakan-akan ucapannya tidak akan menyakiti hati siapapun termasuk, Kaiyca.

"Maaf ...." Kaiyca menatap wajah datar Leon, cowok itu sama sekali tidak melihatnya dengan lembut. Hanya ada tatapan amarah disana, kapan kamu natap aku dengan tatapan tulus kak?

"Gue mau berangkat sekolah, tapi sama sekali ga ada makanan di atas meja. Lo mau gue mati kelaparan ke sekolah?" suara Leon meninggi, ia menatap tajam Kaiyca.

Sedangkan Kaiyca, mata yang semulanya biru laut yang indah berubah menjadi kemerahan karena matanya yang sudah berkaca-kaca, beberapa detik kemudian sebutir demi butiran air mata jatuh membahasi pipinya. Sungguh, mau bagaimanpun aku adalah manusia yang juga memiliki perasaan.

Pemandangan itu sama sekali tidak luput dari penglihatan Leon, ada debaran aneh di hatinya tapi cowok itu berusaha menepis perasaan yang sama sekali tidak ia inginkan terjadi. Jangan ada sedikitpun perasaan iba maupun perasaan bersalah, hanya akan ada perasaan benci.

LEONIDAS (PO TGL 4 DES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang