Malam ini Cessa sudah rapi, menurutnya. Karena dia memakai T-shirt terbaiknya, sebuah T-shirt asli dari band heavy metal favoritnya yang barangnya baru saja sampai kemarin sore, setelah hampir sebulan dia menunggu pengiriman dari Sydney, Australia asal band tersebut. Lalu jeans yang tidak belel, tidak seperti jeansnya yang lain.
Cessa lalu mengikat rambut panjang ikalnya dengan rapi, kemudian sedikit membubuhkan bedak bayi ke wajahnya yang memang sudah manis tanpa harus dipoles sana-sini. Bedak bayi itu saja sudah hampir habis umurnya namun tabungnya masih tetap berat terisi karena jarang dipakai. Kemudian Cessa memakai pelembab bibir, kado dari Ibunya dan berusaha agar mengolesnya setipis mungkin pada bibir mungilnya yang memang sudah berwarna pink merekah tanpa lipstick.
Dengan langkah penuh percaya diri akan mendapat traktiran sepuasnya, Cessa pun keluar kamarnya dan menyeberang menuju kamar Danang.
Tok, tok, tok.
"Maaas... Mas Danaaang, sea food, Maaaas!" panggilnya sambil mengetuk pintu kamar Danang.
Pintu terbuka, tetapi bukannya Danang seperti yang diharapkan Cessa, namun Arga. Dengan muka datarnya Arga mempersilahkan Cessa masuk, "Danang masih mandi," ujarnya sambil menggendikkan kepalanya menunjuk ke arah pintu kamar mandi di kamar Danang itu.
Cessa mengangguk tanda paham maksud Arga, namun kemudian dia menggeleng-geleng, "Pasti sengaja di lama-lamain deh, supaya ngga jadi..." gumamnya pada Arga.
Arga hanya mengangkat bahu dan mendengus tidak peduli, lalu duduk dikasur Danang dan memainkan laptop miliknya sendiri.
"Eh! Ada Cessa!" pekik Dito sambil melepaskan headphone yang menempel di kepalanya, sebelumnya dia sedang bermain games di komputer milik Danang, tidak menyadari kedatangan Cessa.
"Eh, Kak Dito..." canda Cessa meniru Dito, yang membuat Dito terkekeh.
"Rapi banget, Ces. Kayaknya niat banget ya pengen makan sea foodnya," ujar Dito.
"Rapi apanya cuma pake t-shirt sama jeans gitu, setiap hari juga kita pake begituan kali, Dit," Danang menyambung, ternyata dia sudah selesai mandi. Rambutnya masih basah tertutup handuk. Cessa menjulurkan lidahnya, dia memikirkan ejekan balasan untuk abangnya itu.
"Ah, menurut gue adik lo kayak gini aja udah cantik," komentar Dito jujur, kontan membuat pipi Cessa memerah seketika, dan melupakan kata-kata yang sudah dia siapkan untuk membalas Danang.
"Gila, gombal mulu lo, Dit. Bisa kebakar tuh pipi adik gue lama-lama," Danang terbahak, namun tak lama dia mengaduh kesakitan karena Cessa melemparnya dengan bola basket milik Danang, itulah benda terdekat dengannya.
"Ces! Anjrit, bola basket! Keras loh keras, astaga..." Danang mengusap-usap lengannya yang terkena lemparan Cessa.
"Abisnya lo rese sih Mas, lagian kita mau makan sea food di warungan tenda kali. Bukannya makan masakan Perancis di restoran langganan Bapak sama Ibu. Jadi, lo jangan harap gue bakalan make rok atau dress segala," celoteh Cessa menceramahi.
Selagi kedua kakak-beradik itu beradu argumen, Dito perlahan duduk disamping Arga di tempat tidur dimana mereka berdua menonton kelakuan Danang dan Cessa, kemudian bergumam, "Gue jadi pengen banget liat Cessa pake rok terus dandan, pasti tambah cantik," nadanya terdengar yakin dan serius, lalu dia menoleh pada Arga, "Ya ngga bro?" tanyanya.
Arga tertegun sebentar, diam-diam dia membayangkan juga jika Cessa seperti itu. "He-em..." dia bergumam menyetujui. Tapi itu mustahil, batinnya, Arga pun memilih untuk tidak peduli dan beralih lagi ke laptopnya.
Menunggu Danang yang kembali masuk ke kamar mandi lagi--katanya dia lupa sikat gigi, Cessa pun menarik bangku ke dekat tepian tempat tidur dimana Dito dan Arga berada. Cewek itu pun bertanya dengan suara hampir berbisik, "Kak, Mas Danang punya pacar ngga disana?" tidak jelas tujuannya siapa yang ditanya oleh Cessa. Arga sempat teralih dari laptopnya dan menatap Cessa dengan dahi berkerut, mulutnya terbuka seperti mau berkata sesuatu namun ia memilih untuk menyikut Dito, "Lo aja yang jawab, Dit. Ngga tega gue cerita ke adiknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
While Her Guitar Gently Weeps
RomanceIni dia rasanya jadi cewek yang punya kakak cowok. Semua dialami Cessa dengan berawal dari Mas Danang yang pulang liburan dan membawa "oleh-oleh" dua teman cowoknya. Cessa, si gitaris cadas yang sudah terbiasa dikelilingi cowok-cowok kini harus meng...