"Aera."
Suara lembut seorang wanita membuat gadis pemilik manik coklat itu kembali kepada kenyataan.
"Coba kamu ceritakan apa saja yang kamu ingat." Wanita dengan balutan cardigan itu menatap Aera yang menunduk dengan wajah cemas. "santai saja, jangan terlalu dipaksakan."
Jujur, Aera tak tau harus mulai dari mana mengatakannya. Yang dapat Aera ingat hanyalah warna jingga yang menyiram bentangan langit serta berlembar-lembar kertas berisi untaian diksi yang ditulis menggunakan pena hitam di atasnya.
Gadis itu pun sama sekali tak ingat apa saja yang tertulis di dalam sana.