Minara Chaya Laksita (19)
Gue adalah anak bontot yang nggak ada bontot-bontotnya, menjadi putri dari seorang Kopassus gue pikir hidup gue selamanya akan aman. Gue tumbuh dengan berani dan percaya diri. Gue jarang berhadapan dengan yang namanya rasa takut, karena gue pikir Papa akan selalu ada bak Superman yang akan menolong gue kalau ada orang yang jahatin gue.
Ternyata gue salah. Orang pertama yang bisa menolong gue saat dalam masalah atau pun situasi terdesak adalah diri gue sendiri.
Kesadaran itu baru gue dapatkan saat gue pindah sekolah saat SMA dan dititipkan di rumah Tante karena Papa mendapat tugas menjalankan misi di negara asing dalam waktu yang tidak ditentukan hingga Mama ikut menyertainya. Thea, kakak gue satu-satunya nggak terlalu akrab sama gue sedang kuliah di Australia. Untuk pertama kalinya gue sendirian.
Bahkan, saat gue menghadapi situasi terburuk yang membuat gue ngerasa mati di umur 16 tahun, nggak ada satu pun yang bisa gue telpon untuk meminta tolong, untuk membantu gue keluar dari situasi yang nggak mampu gue hadapi sendirian-masalah yang lebih besar dari kapasitas gue.
Semenjak itu gue jadi sosok yang berbeda, kepercayaan masa kecil gue dipatahkan. Gue rasa, gue nggak butuh orang lain lagi, karena percuma, mereka juga bakal ninggalin gue. Nggak ada orang di dunia ini yang mau repot bantuin gue, kecuali diri gue sendiri. Dan nggak ada gunanya juga gue cerita masalah gue karena yang ada gue bakal dibenci atau dimanfaatkan.
Gue sendirian kan? Gapapa, kita lahir sendiri dan mati sendiri.
Makanya, dengan hati gue yang udah keras kayak gini, gue pikir kehadiran Jake dan Sangkara nggak akan mampu mengubah gue. Lagi-lagi gue salah. Buktinya gue malah memikirkan perkataan orang tentang gue. Uniknya gue udah nggak mikirin sakit yang gue rasain, tapi gue mikirin apa yang Jake pikirin saat namanya selalu jelek gara-gara belain gue si sok kuat dan pemberani ini yang sebenarnya ceroboh dan gak bisa apa-apa dan selalu bikin ulah serta memalukan,atau Sangkara yang brandingnya sebagai mahasiswa berprestasi, duta kampus, dan 'wajah' kampus di mana fotonya bersama Ajeng berada di setiap sisi kampus sebagai 'ikon visual kampus' ternodai oleh seonggok gue yang hanya sebuah entitas tanpa nama.
"Itu Chaya yang bikin Jake berantem itu kan?" Mendadak kaki gue lemas dan nggak bisa menelan dengan benar, "Bukan Cuma Jake, bahkan Sangkara pernah berantem gara-gara dia. Pengaruh buruknya bukan main."
Gue nggak bisa marah karena emang kenyataannya gara-gara gue, si pengaruh buruk ini.
"Bukannya kemarin sama Jake ya? kok sekarang udah sama Sangkara aja? Pelakor emang gak tau malu, bisa-bisanya pamer hubungan hasil merusak hubungan orang lain. kasihan Sangkara low standard sama cewek bermasalah kayak gitu ."
Cewek bermasalah kayak gitu. Ningning sebagai orang pertama yang ingin menjambak rambut orang-orang yang memilih topik itu sebagai pengisi keheningan, tapi gue tahan karena jauh di dalam hati gue membenarkan semua yang mereka katakan, gue menganggapnya sebagai fakta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA : Tanda Tanya (?) |wintke
Short StoryTentang mengubah tanda tanya menjadi tanda titik.