Chapter 7 - My Past (1)

135 19 1
                                    

Aku, Akari Tenshouin, putri satu-satunya dari keluarga ternama Tenshouin dan adik dari Idol dan pewaris terkenal Eichi Tenshouin.

Siapa sangka aku bisa mencapai posisi ini, padahal dulunya aku bukan siapa-siapa.

Dulu juga, namaku bukan Akari.
Namaku Sellia, putri sulung di keluargaku.

Keluarga asliku tidak kaya, miskin, tapi tidak terlalu miskin sehingga kami masih bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bisa dibilang biasa-biasa saja.

Ya, keluarga Tenshouin bukanlah keluarga asliku.
Keluarga asliku ada di Indonesia, dan aku sudah meninggalkan mereka untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Aku seseorang yang kurang suka berpergian, tidak banyak tahu menahu soal dunia luar, apalagi diluar Indonesia. Tapi dengan nekat, aku merangkak ke hadapan Nyonya dan Tuan keluarga Tenshouin, memohon kepada mereka sambil berlutut.

Tindakanku gila, tapi aku nekat mengambil risiko-
Apapun supaya aku bisa terbebas dari mereka.

Ibuku adalah seorang yang manipulatif, selalu memaksakan idealnya kepadaku, ingin menjadikanku anak sempurna seperti harapannya.

Adikku, perempuan manja yang tidak pintar dan tidak tahu banyak hal selain suka memukulku dan bicara kasar padaku.

Ayahku, ia tidak peduli pada itu semua. Ia tidak peduli pada anak-anaknya, semua hal yang berkaitan dengan mereka diserahkan pada ibuku.

Aku bagaikan sebuah boneka yang hanya dilahirkan demi memuaskan segala keinginan ibuku.

Apa yang kusuka, apa yang kulihat, pendidikanku, segalanya diatur olehnya, tidak peduli apakah aku akan mengiyakannya atau tidak.

Muak dengan semua itu, aku yang saat itu baru berusia 10 tahun, ingin lari dari itu semua.

Dan saat itulah aku mendengar, keluarga besar dari ayahku akan mengadakan acara, dimana keluarga konglomerat dari berbagai negara akan hadir.

Walau ayah tidak sekaya saudara-saudaranya yang lain, ia masih diundang oleh keluarganya sebagai bentuk formalitas.

Aku mempersiapkan diri untuk itu, mencari tahu mengenai keluarga-keluarga yang akan hadir.

Jika aku bisa membuat salah satu dari mereka bersedia membawaku pergi dari negara ini, aku pasti bisa terbebas dari keluargaku.

Di hari acara, aku hanya bisa merapikan diriku seadanya, tidak berdandan.

Di rumahku tidak ada kosmetik, bahkan bedak saja tidak ada.

Apalagi gaun cantik seperti yang dikenakan anak perempuan dari keluarga kaya lainnya. Gaun yang kukenakan terlihat murahan dan lusuh.

Kehadiranku disini seperti bola lumpur yang menonjol dalam cara yang tidak baik.

Tapi apa yang bisa kulakukan?

Aku hendak berjalan mengambil sebuah pudding cokelat yang terlihat enak diatas meja, namun aku merasakan ada seseorang yang mendorongku dengan kasar sampai terjatuh.

Karena itu, kakiku terkilir sedikit. Anak laki-laki yang mendorongku tadi- tertawa dengan arogan sambil melihatku- pandangan yang merendahkan bercampur jijik.

"Aku tidak ingat bahwa pemulung boleh masuk ke sini." yang disertai dengan tawaan angkuh dari teman-teman laki-laki itu.

Laki-laki itu terlihat lebih tua dariku. Mungkin umurnya 13-14?

"Kau siapa sih? Jelek sekali. Bajumu merek apa? Kau pungut di tempat sampah?" ucapnya sambil tertawa arogan.

Sebagai anak berusia 10 tahun yang hatinya masih rapuh, aku tidak sanggup menerima perkataan mereka. Jadi aku sebisa mungkin menahan rasa sakit di kakiku dan berlari meninggalkan mereka. Tidak sadar bawa aku terlihat menyedihkan dengan air mata yang menetes dari wajahku.

Entah kemana aku berlari, aku berakhir di sebuah tempat yang sepi. Sepertinya balkon.

Aku duduk di lantai, lantas mulai menangis, mengeluarkan air mata yang menyebalkan dan menyedihkan.

Aku berusaha menenangkan diriku, tapi oh, sungguh diriku di masa lalu, memang sangatlah cengeng.

***

Entah sudah berapa lama berlalu, tangisku akhirnya mereda. Hanya untuk melihat ibuku dan adikku yang menghampiriku dengan marah.

"Disini kau rupanya, anak tidak berguna!"

"Mama..?"

Ibu menarikku tanganku dengan kasar, lalu mendaratkan sebuah tamparan keras di pipiku.

Aku tercengang, dengan rasa sakit yang menjalar di pipiku. "K-kenapa..."

Sebuah tamparan sukses mendarat di pipiku yang lain. Ibuku membentakku dengan marah "Kau yang kenapa?! Kami dengar kau bertingkah tidak sopan pada putra keluarga Kusuma dan meninggalkannya begitu saja?!"

"A-aku-"

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, ibu mulai memukulku lagi sambil menjambak rambutku.

Diantara rasa sakit itu, aku masih memikirkan apa salahku sampai menerima perlakuan seperti ini.

Apa itu karena aku berlari meninggalkan anak laki-laki yang kasar tadi?

Tapi dia duluan yang mendorongku, kenapa jadi aku yang salah?

Aku hanya bisa berteriak putus asa, memintanya untuk berhenti menyakitiku, tapi tidak bisa.

Ketika ibu marah, tidak ada yang bisa menghentikannya.

***

Selama beberapa waktu, tubuhku terkapar di lantai yang dingin dan keras dengan lemah. Luka memar dan pukulan dapat dilihat di sekujur tubuhku.

..Bahkan menggerakkan jariku saja rasanya sakit.

"Setelah ini, rapikan dirimu lalu pulang. Mama akan bilang pada Papa untuk memesan taxi untukmu."

"Dan sebaiknya kau tidak bertingkah lagi, atau aku akan menghukummu dengan berat! Paham?"

Ah..ya, itulah yang dikatakannya setelah puas menghajarku. Rasanya fisik dan mentalku sudah tidak dapat bekerja lagi.

Aku dengan susah payah mencoba bangun, tapi terjatuh, hanya bisa bertumpu pada sikuku, seperti sedang merangkak.

Aku mengerang kesakitan, sembari mencoba menggunakan tangan dan lututku untuk bergerak maju.

Aku tidak tahu kemana aku harus pergi.

Apa tujuanku? Bersusah payah setengah berjalan menuju sesuatu yang bahkan aku sendiri tidak ketahui apa?

Aku sudah hampir putus asa dan kehabisan tenagaku, ketika aku mendengar suara dua orang di hadapanku.

Mereka terdengar seperti suara wanita dan pria.
Aku tidak tahu mereka siapa, tapi dengan putus asa aku menghampiri mereka.

Semakin dekat, kedua orang itu menyadari kehadiranku, lantas ekspresi terkejut terpampang di wajah mereka.

Pikiranku saat itu kabur, aku tidak tahu apa yang kupikirkan. Tapi ada satu hal yang kuingat dengan jelas-

Aku mengangkat tanganku yang gemetaran- berucap dengan segenap tenaga terakhirku- sebelum aku terjatuh ke lantai, tak sadarkan diri.

"Please, save me."

━━━━━━━━
Seperti biasa yah, kalo gk up berarti lagi buntu ide 😵‍💫
leave a vote and comment if you enjoyed the story ✨

𝐒𝐮𝐫𝐞𝐥𝐥𝐚 𝐌𝐢𝐧𝐨𝐫𝐞 [ 𝘢𝘯 𝘌𝘯𝘴𝘦𝘮𝘣𝘭𝘦 𝘚𝘵𝘢𝘳𝘴 𝘧𝘢𝘯𝘧𝘪𝘤 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang