*Third person
Clack
Tap
Tap
Tap
Sebuah langkah kaki memasuki ruangan berwarna putih elegan bercampur dengan warna coklat yang tak kalah elegan nya. Orang itu berjalan mendekati sebuah jendela yang besar dengan dua tirai menutupi nya.Srek
Srek
Orang itu mendekati kasur yang terdapat seorang pemuda yang mulai terganggu tidur nya disana."Astaga, Kei!! Bangun!! Nanti Haha panggil Chichi buat seret kamu ya!!"
"Gak asik ancamannya, menakutkan" Pemuda itu duduk, masih di atas kasur king size yang hanya dia tempati sendiri.
*first person
"Ya udah, sana mandi. Awas kalau nanti ke meja makan belum mandi, awas aja pokoknya" Aduh, ibu ku ini.
Gak asik banget kalau masalah ginian, pasti bawaannya Ayah. Kan jadi takut aku, soalnya Ayah kalau marah bawaannya pasti gak bakal jadikan aku pemegang perusahaan setelah dia.
"Iya Haha-ue ku si penguasa seluruh penjuru rumah" Ini sebetulnya ejekan, tapi...lihat saja. Raut dan mimik wajah Ibu ku sama sekali tidak berubah, huft- baiklah, tak apa.
Ibu akhirnya keluar dari kamar, aku merapihkan apapun yang ada di atas kasur ku, aku ini anak mandiri sejak kecil. Setelahnya, aku bergegas untuk pergi ke kamar mandi.
Melucuti semua baju hingga tak ada sehelai benang pun menempel pada ku, aku mengambil handuk yang ada di dalam sebuah lemari kecil di atas wastafel.
Aku kembali melangkah untuk pergi ke dekat bathtub lalu menyalakan airnya. Aku berinisiatif untuk menggosok gigi ku terlebih dahulu, lalu mencuci muka dengan sabun cuci muka tentunya, bukan r*nso dan kawan-kawan sejenisnya.
Tak terasa air sudah cukup untuk mandi, aku akhirnya memasuki bathtub dengan air hangat itu. Tenang, aku masih bisa bersantai. Karena, kuliah ku masih di jam agak siangan, mungkin sekitar dua sampai tiga jam lagi, kelas akan di mulai.
"Huft- kok tiba-tiba nanti habis pulang nanti pengen ke museum, acara teater, pertunjukan musikal klasik, galery arts. Et dah buset, sejak kapan aku mau ke tempat yang berkaitan dengan seni, aku kan anak hukum. Biarin aja lah"
Sudah menjadi kebiasaan untuk berbicara sendiri saat sedang menikmati air hangat yang menerpa tubuh selagi berada di dalam bathtub. Seketika, aku menepuk dahi ku pelan, aku belum memasukkan bath bomb ku ke dalam bathtub sedari tadi. Memang agak goblok ya... Gini-gini meskipun aku rada-rada tapi aku kuliah di universitas internasional bergengsi di Tokyo.
Oh ya, di umur segini, aku tentu masih mempunyai mimpi. Yaitu, sekolah di Harvard University di US dan Oxford University di UK. Tapi, ibu ku masih belum membolehkan, bukan soal biaya tapi soal ibu ku yang gak mau jauh dari anak satu-satunya ini. Ya, aku anak tunggal kaya raya.
Hari ini aku sudah siap dengan kemeja putih dengan blazer panjang berwarna hitam, celana berwarna serasi dengan blazer panjang ku, lalu sepatu berjenis oxford berwarna hitam yang elegan.
Hei, mohon sekali lagi, jangan lupa. Aku ini anak fakultas hukum di universitas ku itu. Tak mungkin aku menggunakan pakaian yang casual nya terlalu berlebihan. Bahkan, lebih di sarankan untuk menggunakan baju formal oleh dosen di tempat ku belajar.
Kini, aku sudah tepat berada di atas kursi meja makan. Disana sudah ada Ayah yang sedang sibuk dengan laptop nya sejak saat pintu lift terbuka untuk ku. Sedangkan Ibu, dia sedang menggunakan maskernya dengan timun di atas mata nya. Ibu duduk tepat di samping ayah, sebagai seorang penerus sekaligus anak satu-satunya entah kenapa sejak kecil aku di suruh untuk duduk di paling pojok sama seperti Ayah, tetapi kami terbilang cukup jauh, terpisah oleh meja yang panjang ini.
"Keitaro-kun, bagaimana kuliah mu?" Ibu membuka topik pembicaraan yang seratus persen ku hindari, aku yakin, nanti pasti akan menuju ke menikah.
"Baik-baik saja Haha-ue, tidak ada yang salah" Ucap ku, aku sedikit menghela nafas sejenak setelah mengucapkannya. Aku kembali berbicara untuk mengalihkan topik.
"Aku mau ke Harvard, setelah lulus nanti. Mengambil jurusan sejarah" Ucapku yang masih menggerakkan tangan lalu menyuapkan sesendok makanan ke mulut ku.
"Hah- baiklah, terserah kamu aja. Chichi yang akan biayai untuk kali ini, tetapi, untuk kedepannya tidak. Kau harus mandiri" Ucap Ayah ku tiba-tiba, ah! Lampu hijau, tanda aku di perbolehkan.
Bagaimana dengan ibu? Ibu langsung terlihat lemas mendengarnya, ya aku tau apa yang ibu ku ini rasakan. Beliau sedih pastinya jika anak semata wayangnya itu meninggalkan rumah, meskipun untuk menuntut ilmu.
"Ya sudah lah, lagipula itu keinginan mu, Nak" Akhirnya, lampu hijau juga dari Ibu. Baiklah, ini pasti akan berjalan mulus.
Saat ini, aku sudah berada di universitas ku. Oh ya, karena ini internasional, jadi aku benar-benar memiliki teman dari penjuru dunia. Ada yang dari Kanada, Indonesia, Thailand, dan masih banyak lagi. Aku gak tau kenapa mereka memilih di sini, sudahlah, toh itu kan keinginan mereka sendiri.
"Halo. Mia, Kanaya, Nam, dan Aslan" Ucap ku menyapa teman-teman ku yang sedang menunggu di salah satu dari beberapa meja yang banyak di kantin. Mereka semua menyapaku balik, akan ku kenalkan mereka.
Mia Abisky, seorang pemudi yang suka sekali menggambar, dia benar-benar tertarik dengan kesenian. Kanaya Isvara Oscar, pemudi Indonesia yang merupakan seorang anak dari pasangan kaya raya namun tak pernah mengakui, dia gemar sekali memberikan temannya hadiah. Boon-Namn Chalermchai, menurutku, dari seluruh nama teman-teman ku, aku paling malas ketika mereka menertawakan ku jika aku menyebutkan nama lengkap Nam. Oh ya, Nam orang asli Thailand, suka jahil. Aslan Pangestu Umar, pemuda asal Indonesia yang suka berbagi kesenian di Indonesia. Cukup, perkenalan mereka disini.
"Teman-teman, nanti mau ke pameran seni?" Tanya ku, aku sudah selesai makan. Mia dan Aslan yang menyukai seni itu langsung terkejut mendengarnya.
"Oh, tentu saja, kawan. Aku sangat menanti itu, iya kan, Mia?" Aslan menyiku Mia. Sedangkan yang di panggil mengangguk kan kepalanya.
"Tapi, tumben banget kamu, Kei. Ada apa dengan mu" Kanaya membuka suara, aku pun bingung menjawabnya. Lalu aku hanya menjawab bahwa aku sedang mau saja.
"Nam, kau ikut?" Aku bertanya padanya yang sedari tadi mengganggu teman sekelas kami yang sedang berpacaran dengan perempuan dari fakultas yang berbeda. Dia kembali duduk bersama dengan kami.
"Ohh~ tentu saja. Kalian mau meninggalkan ku begitu saja, huh, tidak mungkin. Aku ini akan selalu menggandeng kalian semua, aku ini kan teman yang baik" Ucapnya, ini dia, dia ini si pemecah suasana dan pemecah gelak tawa.
"Baiklah, setelah ini semua selesai. Itu di mulai sekitar jam lima sore, itu cukup bukan?" Mereka mengangguk. Kami lanjut kuliah hingga jam menunjukkan waktu untuk pulang, jam setengah lima.
KAMU SEDANG MEMBACA
KNY X MALE OC
FanfictionHalo, ini adalah karya pertama dari Agaras. Jangan lupa untuk di vote jika kalian menyukai dan meninggalkan komentar di beberapa bab sebagai respon atau pendapat kalian tentang book ini. selamat membaca, readers! -Sagara