Pukul 8 lewat 30 pagi, Anan lagi-lagi harus terlambat ke sekolah. Mama Anan sampai harus buru-buru menutup bekal yang sudah ia buat untuk ia masukkan ke dalam tas Anan."Ma, Anan ke sekolah dulu, ya," seru Anan sembari memakai sepatunya dengan terburu-buru juga tengah menggigit roti di mulutnya.
Pip.
"Udah belum, nak?" Seru papa Anan yang sudah lebih dulu berada di dalam mobil.
"Udah, pa!"
"Kok bisa telat bangun gini sih?" papa membantu Anan memasang sealtbet agar lebih cepat, sedangkan Anan kembali menata rambutnya yang lupa ia sisir.
"Udah ganteng belum, pa, anaknya?" Anan bertanya pada sang papa, padahal papa sedang dalam keadaan menyetir.
Papa menengok sedikit lalu kembali memfokuskan dirinya untuk menyetir.
"Ganteng kok. Ga perlu ganteng juga udah ganteng," ucap papa kemudian.
"Halah, gombal mah ke mama, bukan ke anaknya." Ucap Anan nyinyir.
Papa tertawa kecil. "Terus, kamu ganteng buat siapa deh? Ya kali kan ketemu buku pelajaran harus ganteng," Papa memicingkan matanya kemudian, "mau ketemu pacarnya, ya?"
"Apa sih, pa! Emang kenapa kalau aku punya pacar?"
"Ya, gak papa sih, tapi kamu masih SMP, emang bisa fokus belajarnya?"
"Belajar mulu, kan ada waktu pas lagi jam istirahat." Papa tertawa saja mendengar perkataan anaknya yang menurutnya lucu itu. Pikirnya, anaknya masih terlalu kecil dan polos, papa sendiri tidak menyangka kalau hari ini anaknya sudah berusia 16 tahun.
"Iya, deh, nikmatin masa muda kamu, papa pas SD juga sering bolak balik buat kirim surat ke pacar papa." Papa terkekeh saat menceritakan hal itu.
"Ih, papa genit,"
"Kayak kamu, kan?"
Setelah sampai ke tujuan, Anan pamit dengan sang papa lalu berlari menuju gerbang. Ternyata, tak jauh dari sana sudah ada Vianka yang menunggunya di parkiran. Gadis itu melambaikan tangannya menyapa Anan dengan senyum manisnya. Perasaan Anan menggebu sekarang. Ia seperti hidup kembali.
"Vianka!" Seru Anan menghampiri Vianka.
"Maafin aku, kamu jadi nunggu lama, ya?"
Plak.
Bukan. Itu bukan ulah Vianka, namun, Abigail yang menepuk punggungnya dari belakang. Vianka tertawa kecil.
"Awh! Bigel!" Seru Anan kesal.
"Anak orang Lo biarin nunggu lama, anjir!" Pekik Abigail mengejek.
Anan berbalik dengan cepat ke arah Vianka saat Abigailberkata.
"Beneran selama itu?!" Tanyanya kemudian pada Vianka.
Vianka mengangguk tapi masih dengan senyuman.
"Lo telat mulu anjir, itu poin Lo kebablasan." Pekik Abigail lagi.
Anan yang menjadi kesal lalu mengusak rambut Abigail hingga berantakan.
"Lo cerewet terus," lalu menggenggam tangan Vianka berjalan menuju kelas.
Yang diusak rambutnya hanya bisa memekik, "Anan setan! Awas aja Lo!"
Vianka memperhatikan keduanya dengan seksama, ia tak berkutit dan hanya bisa tersenyum kikuk.
"Anan, kamu mau kado apa?"
"Cium,"
Buk.
Vianka dengan brutal langsung memukul lengan Anan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfictionKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys