25 | Sharon

7.2K 1.1K 54
                                    

"Nike, gadis ini yang ingin kuperkenalkan kepadamu," ucap baron dengan wajah cerah, berbeda dengan wajah Nike yang gelap gulita di pagi yang cerah. "Sharon, perkenalkan dirimu!" lanjutnya.

Gadis itu memiliki rambut berwarna merah muda dengan mata emas. Dia duduk di antara baron dan putranya dengan raut wajah takut.

'Dia mulai lagi, menyebut namaku secara langsung. Tapi ngomong-ngomong gadis itu masih sangat muda. Apakah 12? Ah, tidak, mungkin 13 tahun? Dia kelihatan takut. Untuk apa baron membawanya ke sini?' batin Nike menerka-nerka.

Keringat dingin mengucur dari pelipisnya. Matanya terus memandang ke arah meja sejak tadi, tidak berani mentap ke arah Nike ataupun baron dan putranya. "S-saya Sharon Elekuin, tuan duke," ucap gadis itu.

Melihat cara bicara Sharon yang gagap, baron terlihat emosi. Harusnya tidak seperti ini. Sharon harus menunjukkan kesan yang baik di depan Nike untuk menarik perhatiannya, bukannya malah menjadi pengecut seperti saat ini. Tapi baron harus menahan diri untuk tidak memarahinya.

"Lihatlah Nike, gadis ini sangat manis bukan? Kamu pasti akan sangat cocok bersanding dengannya," ucap baron sambil tersenyum dengan gestur yang condong kepada Sharon. Gadis itu hanya bisa meremat gaun miliknya.

"Pffft--" Mendengar hal itu, Agies hampir kelepasan tertawa. Tidak salah lagi, orang ini benar-benar membawa ide gila di pagi hari. Pagi yang harusnya disuguhi dengan pemandangan indah dan secangkir teh, tapi malah diisi dengan omong kosong. Tatapan semua orang tertuju kepada Agies, dan Agies yang menyadari hal itu langsung minta maaf dengan wajah tersenyum. Dan sebenarnya tidak hanya Agies yang ingin tertawa, tapi Nike juga ingin, hanya saja dia menahan diri. Tidak mungkin dia mau bersanding dengan gadis itu, dia bukanlah pecinta anak kecil di bawah umur.

"Ah, paman benar. Gadis itu sangat manis, tapi aku rasa dia tidak akan cocok bersanding denganku," balas Nike. Baron yang melihat ada sedikit harapan langsung melanjutkan usahanya.

"Tidak-tidak. Aku yakin kamu dan Sharon akan sangat serasi jika bersama. Bagaimana jika bertunangan dengannya?"

'Astaga, apa-apaan ini. Kamu menyuruhku untuk bertunangan dengan seorang gadis yang tidak kukenal dan baru saja kutemui hari ini? Aku bahkan tidak tahu asal usulnya. Selain itu, dia juga masih di bawah umur. Sialan! Apa kamu ingin membuatku terlihat seperti penjahat?'

"Aku rasa--"

"Nike, ayahku sudah susah-susah mencarikan calon untukmu, kamu seharusnya berterima kasih. Lagi pula jika kamu tidak menyukainya, kamu bisa menjadikan Sharon sebagai duchess pajanganmu dan kamu bisa mencari gadis lain yang lebih kamu sukai," jelas Kenderick --putra baron-- memotong kalimat Nike. Dan itu membuatnya jadi kesal. Nike mengerutkan keningnya.

'Untuk apa aku melakukan hal merepotkan seperti itu jika aku bisa memilih untuk tidak bertunangan dengan gadis itu?!' batin Nike.

"Kamu benar-benar memiliki mulut yang berani, huh. Memangnya siapa kalian dan atas dasar apa kakakku harus berterima kasih kepada ayahmu?" sindir Agies. Dari awal mereka menginjakkan kaki di sini, Agies sudah tidak suka. Jika saja dia tidak menemani kakaknya, Agies juga enggan bernapas di satu ruangan yang sama dengan mereka.

"Apa?!!" Kenderick tersulut emosi. Dia menatap Agies dengan tatapan yang sangat tajam. Tapi yang ditatap malah cengar-cengir tidak takut. Sedangkan Nike hanya diam melihat pertengkaran yang menghibur.

"Tidak bisakah kamu diam saja dan tidak ikut campur urusan orang dewasa?!" celetuk baron dengan ketus.

"Urusan orang dewasa? Bagaimana mungkin ini urusan orang dewasa? Kalian saja membawa gadis kecil itu, tidak bisakah baron melihat wajahnya yang ketakutan?!" balas Agies dengan wajah serius. Padahal dia masih berusia sebelas tahun, bagaimana bisa dia berbicara selancar itu? Nike sebenarnya ingin tertawa melihat Agies yang berani menyuarakan hal yang sama dengan isi hati Nike. Baron yang merasa digurui oleh anak kecil menjadi emosi.

"Dasar anak pelayan tidak tahu diri!" teriaknya.

Mendengar hal itu Nike langsung berdiri dan balas berteriak dengan murka. "Paman! Jangan kelewat batas!" Di sini baronlah yang mengacaukan pagi mereka. Dialah orang asingnya. Dan beraninya dia menghina adiknya. "Agies adalah adik saya."

Baron tertegun. "Nike, kenapa kamu membelanya? Aku adalah pamanmu dan dia, dia cuma anak pelayan yang mendapat sedikit darah dari ayahmu."

"Cukup, paman! Masalah pertunangan dan sebagainya dibahas lain kali saja. Aku belum berminat. Untuk saat ini lebih baik paman kembali terlebih dahulu. Aku ingin istirahat," balas Nike.

Sebenarnya dia merasa kasihan melihat gadis bernama Sharon itu menangis sambil menahan suaranya. Tapi saat ini dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantunya. Selain masih asing, dia juga tidak tahu perangkap apa yang akan mengenainya jika dia mendekati gadis itu tanpa mengetahui seluk beluknya.

"Nike!"

"Kenderick, cukup! Jangan membuatku lebih marah," bentak Nike sambil menatapnya dengan tajam. Sedangkan Kenderick hanya bisa menggertakkan giginya merasa kesal.

Sebelum situasinya makin kacau, baron akhirnya memutuskan untuk kembali terlebih dahulu. Tapi dia tidak akan menyerah semudah itu. Dia akan kembali lagi dengan rencana yang lebih matang. Sedangkan Agies hanya tersenyum melihat kepergian mereka dengan rasa kemenangan.

.

.

Tbc.

Siapa di sini yang pengen ngubur paman Nike hidup-hidup🗿? Aku aku akuuuuu

Become The Villain's Brother (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang