S2, Episode 02

218 20 0
                                    

Akhirnya, jam pulang tiba. Kami berlima berkumpul di sebuah kafe dekat dengan art galery itu. Di Starbucks terlihat beberapa orang sibuk dengan komputer maupun tab mereka, tetapi kami hanya mengobrol santai.

"Kei, kamu kok masih belum punya pacar sih di umur segini?" Kanaya tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang paling aku hindari.

Teman-teman ku yang lainnya sedang menahan tawa mereka, takut mengganggu sekitar. Aku menghela nafas ku, lalu aku menjawabnya dengan jawaban yang seadanya.

"Belum nemu yang cocok, lagian, kamu kan juga" Ucap ku, di selingi dengan tawaan teman-teman ku yang sedikit benar-benar sedikit nyaring.

"Ih, siapa bilang. Gini-gini aku-" Ucapannya terpotong dengan dia yang menunjukkan jari manis nya yang terdapat sebuah cincin emas putih dengan berlian indah yang menambah kesan elegan di sana.

"EE?!!"
"HAH!!"
Ucap kami dengan nada dan bahasa yang sedikit beda karena terlalu terkejut.

Astaga, dia sudah memilki tunangan. Belum lama kami terkejut, kami semakin terkejut karena nada dering telepon milik Mia yang sangat aneh. Lagu I am Your Little Butterfly.

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore lewat sepuluh menit. Kami berlima bangkit dari tempat duduk, lalu menuju keluar dan berjalan kaki. Nampak nya, mereka benar-benar sudah terbiasa dengan budaya di sini, semoga budaya itu bisa lekat dengan mereka meskipun mereka tidak akan di sini kembali.

Kami berlima menyeberangi zebra cross dan melihat sebuah pemandangan yang membuat kami tercengang. Seorang murid sma dengan rambut berwarna merah lengkap dengan baju sekolahnya tiba-tiba saja entah dari mana. Dia melakukan sikap meroda di mobil polisi, apakah bocah itu tidak takut melihat wajah garang seorang polisi berambut putih. Sedangkan, yang satunya lagi berambut hitam. Oh ya bocah sma itu sering sekali berlari-lari dengan tergesa-gesa lewat jalan ini.

"Um, itu bocah yang kemarin juga kan, teman-teman?" Tanya Mia, kami semua tertawa kecil lalu mengangguk.

"Hebat sekali anak tadi, aku sampai terkejut. Benar ya, anak itu sering berlarian dengan tergesa-gesa di sini?" Nam angkat bicara, aku menjawab dengan ya.

Kami kembali berjalan setelah menyebrang dan terkejut tadi. Kami bercanda tawa sampai-sampai aku bahkan tak melihat bahwa ada seseorang yang menyenggol bahu kanan ku. Aroma bunga yang sangat menyejukkan, hei sadar.

"Ah! Gomennasai ne" Ucap salah satu dari kedua gadis itu. Dari seragam mereka, mereka seperti murid dari asrama perempuan Sekirei.

"Iie, daijobu desu" Ucap ku membalas dengan bungkukkan hormat yang sama. Mereka berdua melanjutkan jalannya. Aduh, kepala ku jadi sangat sakit. Apakah ini karena saat perut kosong malah meminum kopi.

Kami melanjutkan perjalanan, melewati sebuah TK dan menemukan seorang guru pengurus yang badannya besar namun dia masih pengurus disana.

"Kalau aku jadi anak yang dia gendong, mungkin sudah sedari tadi aku menangis" Tiba-tiba saja, Nam berbisik pada kami.

"Hust- gak boleh gitu Nam, tapi mungkin kalau aku salah satu dari anak-anak itu, aku juga akan menangis" Timpal Mia, Kanaya menganggukkan kepala nya lalu dia mengacungkan jempol nya.

"Ada apa ini, apakah aku memiliki dunia sebelumnya? Mengapa setiap melihat beberapa orang kepala ku menjadi sakit" Ucap ku dalam hati.

Tapi memang benar kok, setiap bertemu beberapa orang, kepalaku menjadi sakit. Aku yakin aku memiliki dunia sebelumnya, aku harus mencari tau siapa aku sebenarnya setelah aku selesai ke pameran seni.

Brak
Aku tersandung di tengah keramaian, untuk tidak terlalu sakit, karena Aslan yang menarik tangan ku dari belakang.

"Nah, makanya, jangan melamun, Kei" Kanaya menepuk dahi nya pelan. Aku berterimakasih kepada Aslan dan di jawab dengan baik. Kini, kami sudah berada di pameran seni.

Kami semua berpencar, aku tertarik pada suatu lukisan. Seorang wanita cantik dan anggun dengan rambut hitam dan mata berwarna ungu yang menatap apapun lembut namun berani.

"Ini lukisan seorang pelukis bernama Yamamoto Yushiro, dia selalu menggambar wanita yang ada di lukisan ini. Mungkin wanita itu adalah kekasihnya" Batin ku kembali berbicara, nama yang nampaknya ingatan ini ingat. Tetapi, aku masih ragu mengingatnya.

"Kei, Keitaro. Di panggil Mia dan teman-teman yang lainnya" Ucap Aslan menepuk pundak ku, lamunan ku buyar seketika. Aku menoleh ke belakang lalu mengucapkan terimakasih dan segera pergi ke tempat Mia, Aslan juga ikut.

"Ada apa sih, waw-" Baru saja datang, aku sudah di suguhkan sebuah lukisan seorang pria dengan rambut berwarna hitam, mata berwarna coklat tua, menggunakan hakama biru tua dengan sebuah katana yang ia pegang, dan seorang wanita berambut hitam dengan hiasan kupu-kupu di sekitar, dan berbagai tangan dengan simbol masing-masing memegang pindang hingga lengan pria itu. Dan seorang wanita dan anak kecil berambut hitam dengan kimono yang nampaknya istri dan anak dari si pria tadi.

"Kakkoi ne~, mirip seperti dia bukan? Apakah kau ingat. Sayang sekali, ternyata setelah itu semua selesai, dia memiliki istri dan anak. Hihihi, jika dia bereinkarnasi dan ada di dunia ini, mungkin aku bisa menyetujui kalian pacaran atau bahkan menikah" Tidak, bukan aku yang berbicara. Tapi, seorang gadis remaja kepada gadis remaja di sebelahnya. Gadis remaja yang di maksud menoleh patah-patah ke arah ku.

Seketika kepala ku menjadi sakit sebentar. Entah mengapa rasanya seperti semua ingatan ku kembal. Teman-teman ku sangat panik, aku berusaha untuk menenangkan mereka dengan berkata tidak apa.

Aku mengontrol nafas ku sejenak, aku menarik nafas lalu membuangnya. Sakit kepala ini sudah mulai menghilang, kedua gadis tadi melihatku dengan tatapan yang sulit di artikan.

Tak di sangka, mereka masih mengingat ku. Meskipun di kehidupan selanjutnya, benar, aku bukan lah Keitaro Karahashi tetapi aku lah pria yang ada di lukisan ini, Keitaro Kudoo.

Benar, aku telah mengingat semuanya dengan bersih, rapi dan aku benar-benar mengingat semuanya. Bahkan, mulai dari kehidupan ku yang pertama, ini adalah kehidupan ke tiga ku.

"Keitaro-Onii San?" Bisik nya pelan. Gadis di sampingnya yang tak lain adalah Kanae menatapku kaget dan menatap Shinobu tak percaya.

"Hai', Keitaro Kudoo desu" Ucap ku dengan senyuman, teman-teman ku hanya bisa terkejut dengan interaksi kami. Entah mengapa, Shinobu dan Kanae langsung memeluk ku saat itu juga.

"Arigatou, Kudoo-kun kamu benar-benar menjaga Shinobu. Meskipun dia benar-benar keras kepala dan berakhir bunuh diri dengan iblis yang membunuh ku dulu, Douma" Kanae sudah menangis, apalagi Shinobu.

"Hoi, Keitaro. Ada apa ini, kau harus menjelaskannya" Haduh, aku melupakan mereka. Aku memutuskan untuk menyelesaikan aksi melepas rindu ini.

Orang mana yang tidak kaget ketika melihat teman mereka tiba-tiba di peluk gadis, apalagi itu tidak hanya satu, tetapi dua. Aku berbalik ke arah mereka dengan gerakan yang patah-patah.

KNY X MALE OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang