1

25 3 0
                                    

Ini cerita pertama ku tentang brothership, semoga kalian suka😁
**************************************
_

_

_

_

_

_

_

_


pagi yang indah di iringi kicauan burung burung yang terbang mencari pakan, tak lupa sinar mentari yang menyinari dunia serta kamar seorang anak lelaki di mansion megah yang terletak di tengah hutan.

pria berpakaian formal tengah duduk di kamar yang dihiasi banyak boneka dan robot, dia memperhatikan seorang anak yang tertidur di atas kasur dengan keadaan tangan dan kaki yang terikat dengan mulut yang mengembung akibat sumpalan kain dan lakban yang menghiasi wajahnya.

" Hummff... Hummm hummmff "

" Shhh adik kecil kaka ini ternyata sudah bangun ya " pria itu atau "kaka" nya, berjalan mendekat ke arah sang adik dengan senyuman lembut menghiasi wajahnya.

sang kaka duduk di tepian kasur dan menghapus air mata yang berjatuhan dari manik bulat nan indah milik adiknya  

" Huks.. Hummff hmmm " rengekan kecil terus menerus keluar dri mulutnya yang tersumpal, sang kaka melepaskan lakban dan mengeluarkan gumpalan kecil kain yang di masukan ke dalam mulutnya.

" Huwaaa... Ukh hiks kaka lepasin agas"

" ga akan agas "

" agas ga mau sama kaka, kaka jahat .. agas mau ayah sama bunda" 

" agas diam" sang kaka masih berusaha sabar dan tetap mengelus rambutnya 

" ayahhh...bunda..." dengan suara gemetar sang adik terus menerus memanggil orang tuanya 

" Diam!! " Bentak sang kaka yang sudah muak dengan semua rengekan adiknya itu.

kakanya mencengkram pipi bulat itu dengan kuat menariknya ke atas agar mata mereka saling betatapan

"  dengarkan kaka..jika kamu terus menerus memanggil nama mereka maka kaka akan menyumpal mulutmu lagi , dan kamu juga tau kaka tidak akan segan segan melukaimu tapi tentu saja tidak separah dengan yang terjadi kepada ayah dan bunda kita "

agas tertegun, dirinya mengingat kembali tragedi yang terjadi malam sebelumnya. darah, teriakan dan bayangan kedua orang tuanya yang tertembak terlintas dalam ingatannya, dirinya gemetar ketakutan, dadanya sesak, isakan kecil keluar dari mulutnya. 

kakanya tersenyum gembira melihat respon dari adiknya

" seperti itu adikku, menurut lah maka kaka akan memperlakukan mu dengan baik "

.


.


.


.


.




"Hah... Hah.. . Hah..mimpi ini lagi" Monolog agas.

Tangannya menutupi wajahnya yang pucat pasi, kenangan yang ingin sekali dia lupakan sering terulang dalam mimpinya, bagaikan sebuah rekaman film yang menampilkan adegan demi adegan dalam ingatannya.

 dia bersandar pada kepala ranjang yang sederhana namun terlihat nyaman. Setetes air jatuh dari pelupuk matanya

"Kuhh.. Hiks hiks" Kini isakannya lolos keluar dari mulutnya.

Tak lama suara orang berlari dan dobrakan keras di pintu kamarnya membuat tangisannya terhenti dan kini matanya tertuju menatap pada pelaku pendobrakan pintu yang terlihat raut cemas di wajahnya serta nafas tidak beraturan.

" agas..hahuh..hah" 

Remaja itu melihat wajah bagas yang lusuh dengan bekas air liur di samping kiri bibirnya serta air mata yang masih keluar namun tak sederas tadi.

Dia mendekat dan duduk di samping kasur, menatapnya sendu lalu memeluk bagas.

"Lo mimpi itu lagi? " Bagas hanya mengangguk .

"Udah jan nangis, masa cowo nangis " Bagas mengangguk lagi.

"Kalo ditanya ya jawab bego, ngangguk ngangguk mulu kaya boneka dasbord mobil ".

Bagas bergetar di dalam pelukan remaja itu,melihat hal itu sang remaja semakin gelagapan karna dia pikir bagas kembali menangis.

" So.. Sorry gu.. Gua ga sengaja ngebentak lu tadi..  Sumpah gas"

Karna tak tahan lagi bagas akhirnya tertawa terbahak bahak.

"Wahahaha anjir, reaksi lu ga pernah bikin gue  bosen kei".

Bagas memegang perutnya karna lelah tertawa di tambah melihat wajah temannya keita memerah seperti kepiting rebus.

" Lu..lu  Jahilin gua lagi?! " Kei menarik kerah piyama agas seraya menarik dan mendorong badannya.

"Hahahaha maaf kei " Bagas menghapus air di ujung matanya.

"Sebenernya lo mimpi apa si sampe ketakutan kaya tadi, jujur gua parno tiap liat lo kaya tadi "

Hening sejenak

" Sorry kei, gue belum bisa cerita " Bagas menundukan kepalanya menutupi senyum getir yang dia buat.

Keita paham dengan situasi ini, bagas ingin sendiri. dia menghela nafas,  mengusak rambut bagas lalu berdiri hendak berjalan pergi namun terdiam sebentar.

"Ck.. Cepet bangun terus hapus dahdir lu "
Setelah mengatakan itu Kei berjalan keluar kamar .

" Gua bakal selalu ada buat lo. jadi kapanpun lo siap, lo bisa cerita ke gua" Tambah keita dan menutup pintunya .

Bagas masih senantiasa diam di atas kasurnya dengan wajah yang tersenyum teduh menatap pintu yang di tutup Keita.

" Thanks bro, you are my hero " Lirihnya lalu beranjak turun menyusul kei yang sudah berada di lantai satu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LET ME FREETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang