26| Jabrik

1.6K 182 29
                                    

"Nih Jun gue bacain menurut blog yang gue baca salah satu manfaat dari ciuman adalah menghilangkan stres, membuat kita lebih bahagia, lo udah pernah belum?" Abi dengan lantang menjelaskan pada Juna.

"Jangankan cium, nyentuh cewek aja belum pernah." Ilham mentertawakan Juna. Memang Ilham itu kalau soal menistakan teman selalu berada dibarisan depan.

Juna yang diledek seperti itu terlihat tidak peduli dan bahkan tidak tersinggung sama sekali, ia justru bertanya balik, "lo udah belum?"

"Lo nanya siapa?" tanya Abi.

"Esa."

Yang ditanya pun terbahak, "lo nanya sama gue? Yang bener aja, dari dulu juga-"

"Sama Abel," potong Juna.

"Digagalin mulu sama Il-"

"Gue sih kalau jadi lo langsung terobos aja," potong Juna lagi.

"Lo jangan sok menasehati gue, lo sendiri sama Naura aja gak pernah." Esa berdecih meledek.

"Kalau belum ngapain gue ngeledekin lo?" Alis Juna naik turun ketika bertanya.

"Halah! Halu lo," elah Ilham.

"Lo tanya aja sendiri ke orangnya," balas Juna.

Jawaban Juna membuat ketiganya sontak mendekat.

"Serius?" tanya Abi.

Juna mengangguk.

"Ciuman bukan kecup-kecup?" Tanya Esa.

Juna kembali mengangguk.

"Sama Naura?" Tanya Ilham.

Juna mengangguk untuk yang ketiga kalinya.

"Kok bisa?" tanya ketiganya secara bersamaan.

Dengan bangga Juna menjawab, "itu namanya kerja cerdas."

Ketiganya masih menatap ragu Juna, bahkan sampai malam pun ketiganya masih ragu dengan pernyataan Juna. Mereka menatap Naura dan Juna bergantian yang sedang duduk bersisihan.

"Kalian lihatin apa sih?" Tahu-tahu kepala Isa menyembul di antara Abi dan Ilham.

"Aneh," jawab Abi.

"Kalau dipikir-pikir masa iya?" ucap Esa.

"Ya kan? Gak mungkin banget anjir," balas Abi.

"Apa sih? Gue gak paham sama obrolan kalian," kesal Isa.

"Katanya Juna sama Naura udah ciuman, Bel," kata Esa.

"WHAT?" Isa berteriak kencang, matanya membola lalu menatap Naura dan Juna bergantian sebelum ia menutup mulutnya sendiri.

"Lo kenapa anjir?" tanya Naura heran.

"Sejak kapan lo ngelakuinnya, Nau?"

Pertanyaan Isa membuat Naura menyerngit. "Ngelakuin apaan?"

"Ini sama Juna." Tangan Isa membentuk kuncup yang didekatkan satu sama lain seolah memperagakan adegan ciuman.

Naura melotot. "Kok lo tahu?"

Isa tidak kalah terkejutnya. "Jadi bener?"

"Lo ngomong, Jun?" tanya Naura pada Juna.

"Mereka berisik jadi gue kasih tahu," jawab Juna.

"Kenapa mulut lo licin banget anjir?" tanya Naura gemas.

"Nau? Lo diem-diem menghanyutkan juga ya." Abi geleng-geleng.

Naura sudah menenggelamkan kepalanya di antara kedua lututnya, ia sudah sangat malu. Rahasianya sekarang sudah berubah menjadi rahasia umum.

"Gimana bibir Juna rasanya, Nau?" Ilham terkekeh mendengar pertanyaannya.

[✓] Semua Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang