XVII

1.2K 211 10
                                    

happy reading!

***

Hari ini para mahasiswa/i sedang sibuk untuk menyiapkan festival akademi. Begitu juga Shani, ia sangat sibuk berkutat menyiapkan stand klub pecinta alam. Shani sudah janji hari ini akan membuatkan Chiko bekal makan siang. Kesibukannya itu membuat ia lengah memperhatikan ponsel yang tergeletak di atas meja.

Viola yang kebetulan ada di dekat meja, tak sengaja memperhatikan layar ponsel yang menampilkan notifikasi pesan yang bisa ia baca karena tidak terkunci.

'Shani, aku laper. Ayo cepatan kesini, di taman belakang. Kamu udah janji hari ini mau bawain aku bekal.'

Viola melirik kotak bekal yang berada tak jauh dari ponsel Shani. Viola mengulas senyum. la meraih kotak bekal itu.

"Shan, ini buat Kak Chiko kan? Tolong biarin aku aja ya yang nganterin ini. Please.." Shani termenung bagaimana bisa Viola meminta hal seperti ini.

"Kamu kan lagi sibuk, Kak Chiko pasti ngerti. Kasian dia lagi kelaperan, aku nggak tega ngebiarin dia kelaperan. Selain itu, aku juga mau kenal sama Kak Chiko lebih deket kayak kamu."

"Tapi Viola, kamu kan bisa ngelakuin hal lain buat bisa kenal sama dia. Kenapa harus pake bekal dari aku?" Raut wajah Shani berubah masam.

"Kamu tahu kan Kak Chiko kayaknya suka pilih-pilih temen. Aku nggak punya kesempatan buat kenal sama dia, jadi tolong aku ya Shan. Kali ini saja." Viola memohon dengan wajah memelas.

Sisca yang sedang sibuk menimpali ucapan Viola, "Udah Shan biarin aja, mending lo bantu gue mindahin peralatan stand kesini."

Shani dengan berat hati membiarkan Viola mengantar bekal siang Chiko. Viola yang sangat senang, terlihat begitu bersemangat. Ia mengeluarkan cermin kecil dari dalam tasnya. Memeriksa penampilannya agar tetap menarik.

Dilain tempat Chiko masih menunggu Shani di sebuah bangku panjang sambil melirik ke arah jalan. Dia tidak menyadari Viola yang datang dari arah belakang. Viola mengambil tempat duduk di sebelah Chiko.

"Kak Chiko, nih aku bawain Kakak bekal. Shani lagi sibuk, jadi dia minta aku buat nganter bekal ini." Chiko membeku. la berusaha mencerna situasi yang sedang terjadi. Chiko mendesah kecewa. Kenapa takdir buruk terus mengejarnya.

Chiko mengambil kotak bekal di tangan Viola tanpa berkata apa-apa. la merasa tidak perlu berterimakasih karena yang membuatnya adalah Shani. Harusnya Shani yang ada di sebelahnya. Entah bagaimana bisa malah Viola yang duduk bersama dirinya disini.

"Kalo Kak Chiko suka bekal yang dibawa dari rumah, nanti aku juga bisa bawain." Viola tersenyum malu.

Chiko tersenyum miring. Bukan karena senang, tapi Chiko tahu betul Viola tidak bisa memasak. Sekarang gadis ini sudah jelas berbohong, paling juga bekal hasil pesan online.

"Nggak perlu, gue cuma suka bekal yang dimasak sama Shani." Nada suara Chiko terdengar datar. la berharap agar Viola pergi secepatnya, namun gadis itu masih duduk di sebelahnya. Chiko mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa lo masih di sini? Bukannya lo cuma nganter bekal ini?"

"A-Aku, ada yang mau aku bilang." Viola meremas bajunya sendiri, ia menggigit bibirnya karena gugup.

"Cepet, gue mau makan." Chiko berkata tanpa menatap lawan bicaranya. Dia seakan malas dengan keberadaan Viola.

"Kak, aku suka sama Kak Chiko! Aku mau pacaran sama Kakak." Viola setengah berteriak karena merasa gugup.

Chiko melotot. Hah?

"Kita bisa coba dulu selama tiga hari, atau satu hari. Ka-kalo kita nggak cocok, kakak bisa nolak aku." Viola menundukkan wajahnya yang sudah merona merah.

THE EGO: A MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang