Another World

51 6 0
                                    

⚠ WARNING ⚠

- Kata-kata Kasar (Non-baku)

⭕ ⭕ ⭕ ⭕
Happy Reading
⭕ ⭕ ⭕

Aku terbangun di tengah malam, merasakan haus mendalam.

Aku perlahan berjalan menuju ke arah dapur, dari jendela tak sengaja mataku tertuju pada seorang pria aneh.

Tubuhnya begitu kekar, bajunya agak robek dan membawa sebuah tas/karung.

Karung itu seperti meneteskan sesuatu, aku hiraukannya. Positif Thinking saja, dia membawa banyak air dalam gelas / botolnya bocor.

Aku kembali ke kamarku, namun terhenti mendengar suara kucingku yang mengaung sambil menatap tajam jendela.

Aku menghampirinya dia seperti menunjuk rumah tetangga, aku pun naik ke lantai atas.

Mengambil teropong dan melihat rumah tetanggaku. Pria tadi membawa kapak besar dan membunuh seorang wanita yang lewat.

Darah berceceran di tempat itu, bahkan tanaman yang semulanya hijau berubah menjadi merah karena darah.

Tentu aku terkejut, dengan cepat aku membangunkan kakakku. Dengan cara apapun namun tak bersuara keras, aku takur pria itu datang ke rumah kami.

Ia berhasil aku bangunkan, dengan cara meneteskan air di matanya.

“Kenapa?” Kakak bertanya dengan mata yang agak memerah dan suara khasnya.

“Ada- ada.... A-ada...” aku gugup sekaligus takut.

“Katakan saja, aku kakakmu bukan pembunuh” Kakak berucap seolah dialah sang pembunuh.

“A-ada pembunuh di luar, a-aku tadi liat d-dia bunuh tante Ria *hiks*” perlahan air mataku meluncur dengan isakan kecil.

“Shut... Aku akan cek” Aku menghentikan kakakku dengan menggenggam erat tangannya.

“Jangan, aku takut kakak juga --”

“Hei jangan berkata seperti itu. Ya sudah, kita pantau dari jendela?” Aku mengangguk dan mengekori kakakku sambil menggenggam tangannya.

Kami melihat dari jendela kamarku yang kebetulan dekat dengan rumah tetanggaku.

Kakak melihat menggunakan teropong yang aku bawa, ia tampak membelakkan matanya.

“Kita kabur saja ke hutan belakang, dan kita cari rumah Kakek Eugen” Setelah mengatakannya Kakakku membawaku ke pintu belakang, yang kami pikirkan hanya kabur dari sini tak ada hal lain lagi.

Saat kami hampir sampai di hutan ternyata ada beberapa karung yang berdarah diletakkan disini. Di depan sebuah gubuk dan juga jauh dari permukiman warga.

Saat memasuki hutan pasukan serigala menyambut kami dengan aungannya.

“hitungan ke tiga kita lari”

“Satu”

“Dua”

“Tiga!”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another World // Viva Fantasy The MovieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang