4. What Fiancée

15 0 0
                                    

"Stephanie!" Sebuah suara terdengar memanggil namanya membuat Stephie menghentikan langkahnya di tangga dan menoleh dengan wajah bingung.

Apartemen Stephie memang memiliki tangga. Tapi tidak ada siapapun di sana. Hanya dia seorang diri, atau beramai-ramai ketika para sahabatnya datang berkunjung.

Saat ini, dirinya sedang berada di rumah utama Raharja. Setelah mendapatkan teror yang berisikan paksaan, atau lebih tepat jika disebut sebagai ancaman, dari kakaknya, Stephie akhirnya memutuskan untuk pulang.

Pulang?

Sebenarnya ini bukan rumah yang bisa disebut tempat pulang oleh Stephie. Dan bahkan, ia tidak bisa mengatakan mereka adalah keluarganya.

Jadi, mungkin akan lebih tepat kalau ia dikatakan berkunjung ke rumah utama Raharja ini.

"Besok akan ada acara makan malam dengan keluarga Baragaska. Kamu harus hadir," ujar pria itu dengan wajah datar. Yang tidak lain adalah kakak dari Stephie sendiri, Samuel Anggara Raharja. Sulung keluarga Raharja.

"Kenapa tiba-tiba?" Stephie bertanya bingung karena tidak biasanya acara penting semacam ini diadakan secara tiba-tiba. Mengingat ada banyak orang yang perlu dicocokkan jadwalnya untuk bisa menghadiri pertemuan ini.

"Mereka yang menyusun pertemuan ini. Kau hanya perlu hadir dan bersikap baik di depan mereka," Suara lain menyahut pertanyaan yang sejatinya Stephie tujukan pada Samuel itu. Yang membuat atensinya dan Samuel teralihkan pada pria paruh baya pemilik suara berat itu.

"Aku bahkan belum tahu apakah aku ada jadwal besok, Papa." Pemilik suara berat itu ternyata adalah sang Tuan Besar Raharja, Pranata Raharja. 

"Batalkan," Satu kata. Satu kata dari Samuel tapi mampu membuat Stephie menatap sang Kakak dengan wajah tidak percaya.

"Tidak bisa. Mereka sudah menandatangani kontrak apapun itu jadwalku, besok. Dan aku juga tidak mau dicap tidak profesional!" Tolakan Stephie membuat Samuel yang sedari tadi sibuk dengan iPad di tangannya menoleh. 

Wajahnya makin menggelap karena adik perempuannya ini berani-beraninya menolak perintahnya, terlebih sang Papa. "Ini bukan tentang kau mau ataupun tidak untuk menghadiri acara itu, Stephanie. Aku juga tidak peduli apakah kau akan dicap tidak profesional nantinya. Karena kau akan datang dan menghadiri acara makan malam ini."

Samuel menatap tajam Stephie dan memastikan kata demi kata yang terlontar dari bibirnya memiliki penekanan untuk bisa dipahami Stephie.

Tapi Stephie masih tidak gentar mendengar ataupun melihat wajah berang sang Kakak. Ia dengan tegas menggelengkan kepalanya menolak perintah Samuel, "It is my job, Samuel. Kau tidak memiliki hak untuk menyuruhku melalaikan pekerjaanku begitu saja."

"Behave yourself, Stephanie. It's your older brother you were talking to. Jangan bertingkah dan hadiri saja acara itu," Kali ini, bukan kedua pria itu yang buka suara. Melainkan Kakak perempuan Stephie, Seraphine Aramitha Raharja yang bersuara. Wanita itu baru saja keluar dari salah satu kamar di lantai bawah Raharja untuk mengurus anaknya. Dan tanpa ragu menegur Stephie yang masih mendebat kedua anggota keluarganya yang lain.

"Kau akan menghadiri acara itu. Dengan atau tanpa kemauanmu," ucapan Tuan Besar Raharja itu menjadi titah final yang dikeluarkannya sebelum pria paruh baya itu berdiri dan melenggang meninggalkan ketiga anaknya.

[O]

Stephie menatap jendela mobil yang menampilkan pemandangan kota yang sangat macet dalam diam. Suasana di dalam mobil sangat hening.

Saat ini, keluarga Raharja sedang dalam perjalanan untuk menuju salah satu restoran eksklusif yang ada di pusat kota untuk menemui keluarga Baragaska. Stephie, yang hadir dengan paksaan keluarganya, sekali lagi dipaksa untuk berada di mobil yang sama dengan adik bungsunya, Sebastian Arganaka Raharja. Pria yang bahkan hanya satu tahun lebih muda dari Stephie yang sama sekali tidak memiliki kedekatan apapun dengan dirinya. 

"Kurasa kau terlalu tenggelam dalam dunia artismu yang bodoh itu sampai-sampai melupakan jati dirimu sebagai seorang Raharja," Sebuah suara, atau lebih tepatnya suara Sebastian terdengar di mobil itu. Suasana yang sebelumnya hening dipecahkan oleh cemoohannya terhadap karir Stephie.

Tapi Stephie tetap diam. Dia tidak memiliki keinginan ataupun tenaga untuk lanjut berdebat dengan siapapun dari Raharja.

"Jika saja kau mengikuti keinginan Papa untuk mengambil alih salah satu bisnis Raharja, they won't hate you this much," Lagi, Sebastian masih mengucapkan kata demi kata yang menurut Stephie tidak penting.

Sebastian yang ada di dalam mobil melirik kakak perempuannya dan mendengus, "Lihat! Kau bahkan bertingkah seperti mereka. Tidak tahu tata krama."

"Tutup mulutmu dan jangan bicara apapun," satu kalimat yang diucapkan Stephie tidak memiliki emosi apapun. Hanya lelah, dan sebatas bicara.

Sebastian berdecak mendengar jawaban itu, "What a low class society."

Stephie memang terlihat diam. Tapi tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya mendengar ucapan Sebastian.

Selalu begitu. Mereka akan selalu menganggap bahwa menjadi artis ataupun bekerja di ruang lingkup industri hiburan seperti yang dijalani oleh Stephie adalah keputusan murahan. 

[O]

"Seperti yang sudah anda ketahui, ini adalah putra sulungku. Samuel Anggara Raharja, sangat disayangkan istri Samuel tidak bisa hadir karena sedang melakukan perjalanan bisnis ke Turki," Pranata berujar memperkenalkan Samuel yang menunduk sopan kepada Tuan dan Nyonya Besar Baragaska.

"Aku banyak mendengar ucapan orang-orang tentang putra pertamamu yang sangat ahli mengendalikan bisnis Raharja," balasan Tuan Besar Baragaska membuat Pranata mengangguk bangga.

"Tentu saja, dia anakku. Selanjutnya ini adalah putri pertamaku, Seraphine Amaritha Raharja dan suaminya William Benneth. Mereka sudah menikah sejak lima tahun lalu dan memiliki satu orang putra," kali ini giliran Seraphine yang mengangguk sopan kepada Tuan dan Nyonya Besar Baragaska. Diikuti oleh sang suami yang ikut tersenyum kecil kepada mereka.

"Kemudian ini adalah putri keduaku. Stephanie Cecilia Raharja. Mungkin kalian merasa familiar dengan wajahnya karena dia adalah satu-satunya yang tidak mau memegang bisnis keluarga dan memilih untuk menjadi aktris," ucapan dari Pranata mungkin saja terdengar seperti orang tua yang membanggakan anaknya. Tapi bagi Stephie, itu terdengar seperti sebuah sindiran yang harus ditelannya mentah-mentah.

Akhirnya ia hanya bisa mengabaikan ucapan sang Papa dan memberikan senyuman terbaiknya kepada Tuan dan Nyonya Besar Baragaska. Mengabaikan fakta hatinya yang tidak karuan karena ucapan yang sejatinya sering didengarnya ini.

"Tentu saja, siapa yang tidak kenal Tiffany. Dan dia terlihat jauh lebih cantik dibandingkan di layar. Pandhu dan Tiffany akan sangat cocok nantinya. Sangat disayangkan pertunangan mereka masih jauh dari tanggal pelaksanaan yang direncanakan," balasan dari Tuan Besar Baragaska itu mengundang gelak tawa dari anggota keluarganya.

Tapi tidak dengan Stephie yang kebingungan dan menatap sang Mama, Roseanne dengan wajah kebingungan. Tapi wanita paruh baya itu memberikan tatapan yang menyuruhnya diam dan melanjutkan percakapan mereka dengan heboh.

Meninggalkan Stephie yang kebingungan sekaligus tidak mampu memahami situasi ini.

[O]

Some Wounds Aren't Meant To HealedWhere stories live. Discover now