heartbreaking group assignment

29 6 0
                                    

     Kami kembali ke kelas beberapa menit kemudian, setelah duduk kembali di bangkuku, kutatap papan tulis yang mulai berjejalan penjelasan dari Bu Friska.
    Kuperhatikan buku tulis Sasha yang masih setengah terisi, "Ara ketinggalan jauh kah?", tanyaku berbisik pelan.

    Sasha menggeleng, "nggak kok", jawabnya. Aku pun mulai fokus memperhatikan pelajaran karena aku lumayan menyukai pelajaran ini.
    Sudah satu jam lebih kemudian kami terlarut dalam pulpen dan catatan masing-masing. Sebelum jam pelajaran benar-benar usai, Bu Friska memberi kami sebuah tugas kelompok dan membagi kami menjadi 5 tim.
         Namun sebelum itu, ada 29 siswa total penghuni kelas ini dan kelompokku mendapatkan jatah anggota tersedikit yaitu 5 orang saat kelompok lainnya mendapatkan jatah personil 6 orang.

........

     "Napoleon?, siapa sih?", tanya vito sang siswa berkacamata di depanku itu sambil menggaruk-garuk kepalanya.

    "kamu ngorok ria kan sepanjang pelajaran tadi?", Haikal memukul santai wajah vito menggunakan sebuah gulungan buku LKS.

     Sasha terkikik kecil.

Kali ini kami satu kelompok lagi, hmm... apa maksudnya?,

   "nggak dirumah nggak disekolah, kenapa ara selalu berurusan dengan haikal si?", tanyaku sambil berkacak pinggang saat mulai mendiskusikan tugas essay di sisa waktu pelajaran kali ini kepada Haikal yang duduk di sampingku.
     "Kutukan jenis apa ini?", sambungku kenudian pelan.

   Oke.. Sasha sudah meninggalkanku dengan duduk di bangku depan bersama ayu sedangkan aku berada di bagian belakang bersama Mr. paimen dan Vito.

     Haikal mengedikkan bahunya, "tadi kan udah pakai kocokan.. it's the meaning this is destiny raa",

   "Napoleon Bonaparte vitt... lu serius full cuman ngorok doang waktu pelajaran tadi?", tanya ayu, Vito hanya tersenyum dipenuhi dosa.

    "main game mulu kan lu semaleman?", sambung Sasha setelah sekian lama berkutat dengan buku pelajaran.

"why?, nggak ada pengaruhnya sama kalian juga kan?", jawab vito tanpa beban sambil menguap sekali.
     *sekali-kali minta ditampar..

     "mata kamu tuh udah minus 8, kamu mau sampai buta?", Haikal menarik sehelai rambut bergelombang milik Vito hingga tercabut dengan sekali gerakan.
    Pemuda itu terlihat tidak peduli, ayu kembali angkat bicara, "dah lah... nggak akan berefek kayaknya meskipun kamu kasih 1001 petuah buat dia, mending bahas pelajaran saja yang lebih pasti",

    "apanya?", tanya Sasha sambil membuka balikkan lembaran bukunya tanpa henti.

    "hm?", ayu mengangkat alisnya.

       "pembahasan tentang napoleon cuma itu-itu aja dan sedikit di buku, makanya bu Friska nyuruh kita buat kerja kelompok buat tambah-tambah pengetahuan lewat diskusi", jawab Sasha, "mau cari referensi dari mana nih?",

    "perpus lah, mana lagi?", jawab Haikal sambil memainkan bolpoinnya dan bersandaran di kursi sampingku.

   "nggak ah, paling bukunya cuman itu itu aja..", sahutku.

    Si ayu tampak mangut-mangut, "iya ya..", gumamnya, "mending nggak nyari di internet aja? lebih lengkap dan cepet",

    Kugelengkan kepala, "Bu Friska kurang suka kalau kita cari bahannya di internet, ara nggak mau daripada nilai kita dikurangi",

      "Apa iya? Darimana Bu Friska tahu kalau kita pakai internet?", tanya vito balik.

      Aku tersenyum hambar, ini bocah seperti tidak tahu-tahu saja seberapa cerdas guru sejarah itu, beliau yang sudah lama dan pro player menjadi seorang guru sejarah dan pengajar pasti sudah tahu dengan menulusuri puluhan artikel di internet dan buku-buku apa saja yang bagus untuk dijadikan referensi.

      "Website itu luas broo.. ngga cuman yang ada di surface doang", sambung vito lagi sambil menggerakkan kedua tangannya mengikuti gesture.

    "Yeah.. itu ada benarnya, tapi kamu tahu query hash join ngga? Hm.. memang kamu tahu juga kalau ada tagline spesial yang dimiliki gugel? gitu aja ga tahu vit.. vit..", gumam haikal saat aku dan dia saling bertatapan.

    Aku tersenyum kecil ke arah sahabatku itu, ia membelaku dengan argumennya.
     Hm, Meskipun beberapa orang tidak tahu tapi sebenarnya google memiliki tagline yang sangat berguna sekali dan membantu apapun pencarian kita.
    Gunakan saja tanda petik ("), tanda hubung (-), titik 2 (:), kapital ATAU dan bahkan filetype khusus yang kamu inginkan saja bisa dengan mudah didapat dari query pencarian.

      *hanya untuk kategori pencarian surface, tidak untuk pencarian di bawah surface seperti deepweb..

    Intinya wali kelas kami tidak begitu menyukai jika siswa-siswinya mengerjakan tugas hanya mengandalkan internet.
   Cuman tinggal copy-paste dan beberapa anak akan malas untuk membacanya, berbeda dengan buku yang mana harus kau baca dan mengetik atau menulis ulang di bukumu.

      Kami pun mulai semakin serius mengghibah sosok si Napoleon Bonaparte tersebut.
     Jam pelajaran sudah ditutup sebelumnya oleh Bu Friska dan karena sebuah urusan beliau meninggalkan kami untuk berkonferensi dengan kelompok masing-masing hingga jam pergantian pelajaran nanti.

Dukk,
     Kepala Vito terantuk meja, sepertinya ia sudah tidak kuat lagi menahan kantuknya, lelaki itu langsung terbangun sambil mengusap mata. Kami menahan tawa, Haikal meraih botol minumku, membasahi telapak tangannya lantas mencipratkannya ke wajah kusut vito, kasus mereka pribadi pun dimulai.

     Ayu menyandarkan pipinya tidak menggubris dan kembali ke topik awal, "jadi... gimana nih? beneran mau pake buku-buku perpus?",

     "Iya, tapi jangan buku perpus sekolah, Ara nggak mau bahan tugas kita sama dengan kelompok lain",

     "oh", Sasha mengangkat telunjuknya, "nanti ke perpustakaan kota aja gimana ra?, sekalian katanya kamu mau ngembaliin buku si Paulo coelho kan?",

     Haikal yang sedang mengunyel-unyel kepala Vito langsung menoleh kearahku saat itu juga.
    Ah iya.. aku teringat kalau sudah berjanji padanya 2 pekan lalu bahwa aku akan menemaninya nobar pertandingan persahabatan bola basket dengan SMA sebelah nanti sore.
    Kubalas pemuda itu dengan tatapan minta belas kasihan, berharap ia akan menerima negoisasi dan mau berunding nanti.

     "pliss...", ucapku berbisik sedikit mendekat ke telinganya. Haikal tak merespons, kulanjutkan lagi sesi negoisasi itu.
     "kal?", tanyaku lagi. Tapi sayangnya sahabatku itu masih belum mau menoleh ke arahku, aku sedikit maju agar bisa melihat bagaimana ekspresinya sekarang.

    Kukihat haikal yang hanya menyampingkan bibirnya kecil,
  "Perpus aja dulu ra",









.....

To be continued|

You're My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang