50

1.2K 156 50
                                    

YOk langsung ya.....

*****

Kepulangan Jimin disambut hangat oleh keluarganya. Bahkan sang ayah memilih untuk menunda rapat di kantor demi melepas rindu dengan putra tunggal pewaris sah dari semua aset yang ia miliki.

Dirumah, Jimin dan Ny. Park menunggu sang tuan rumah dengan bercanda ditambah Lisa ikut bergabung membuat suasana mansion itu kembali meriah.

"Appa pulang.." suara seseorang langsung membuat Jimin bergerak cepat memeluk sang ayah dengan erat. Dan pelukannya tidak mungkin diabaikan sang ayah. Ayah dan anak itu saling melepas rindu.

"Appa...Minnie merindukan appa.." ujar Jimin

"Alah...bohong. Kalau merindukan appa, kenapa appa tak pernah di hubungi heum???" Tn. Park menjawil hidung Jimin saat pelukan keduanya terlepas. Dan Jimin malah terkekeh sambil menggaruk kepala yang tentu saja tidak gatal.

"Yeobo, seperti baru kenal uri Minie saja. Dia tak akan ingat apapun kalau sudah menyangkut seni yang dangat ia cintai itu.." sang ibu sangat mengenal putra tunggalnya. Dan Jimin tersenyum lebar karena ibunya membela dirinya dari sang ayah

"Hah..appa paham kalau uri Minie sangat mencintai seni, tapi kau tidak lupa dengan yang lain kan??? Kekasih misalnya. Masa mau jomblo terus sih.." ucapan sang ayah membuat Jimin tersentak dan dsri manik bulan sabitnya yang tak fokus itu, pasangan Park tau ada sesuatu yang di sembunyikan oleh sang putra.

"Kalau tak ada yang mau denganmu, appa dan eomma bisa berbicara dengan keluarga Lisa..."

"Maksud appa??? Aku dan Lisa....???" Pasangan Park mengangguk dan tersenyum

"Maldo andwe. Aku dan Lisa sahabatan sejak dulu. Kami tidak memiliki perasaan lebih. Dan pastinya kami akan canggung..appa. Minie..emmm..Minie" pasangan Park menatap Jimin lekat.

"Appa akan mandi dulu. Setelah itu kita bisa berbicara.." Tn. Park meni ggalkan istri dan anaknya. Jimin terlihat gelisah dan sangat helas di mata Ny. Park.

"Bagaimana ini??? Aku harus mengatakan apa??apa appa dan eomma akan menerima orientasi ku???" Jimin berujar dalam hati dengan perasaan was-was. Bahkan di pikirannya hanya ada Jungkook saja.

Tak sampai setengah jam, Tn. Park sudah selesai dengan kegiatan mandinya. Pakaiannya sudah berganti dengan pakaian santai. Pria paruh baya itu melihat istri dan anaknya duduk santai di ruang keluarga.

Brugh

"Mandi setelah selesai bekerja adalah yang terbaik. Seakan tubuh appa mendapatkan kekuatannya kembali.." ujar Tn. Park buka suara

"Kau benar Yeobo, bukan begitu Jiminie???" Yang ditanua hanyanbisa terdiam. Sepertinya Jimin melamun sampai tak sadar saat orang tuanya bertanya pada dirinya.

"Jiminie??? Sayang???" Ny. Park memanggil sang anak dengan nada lembut, nakun tetap saja Jimin seperti memiliki dunia sendiri

"Park Jimin...kau mendengar appa???" Suara bass sang ayah membuat Jimim tersentak kaget, manik bulan sabitnya terlihat berkedip beberapa kali.

"Apakah seberat itu beban pikiranmu?? Sampai-sampai eomma dan appa malah di anggurin.." Tn. Park berujar dengan nada rendah.

"Bu-bukan appa ha-hanya saja...ak-aku" hanya memiliki satu putra membuat pasangan Park ini sangat mengenal Jimin.

"Kau sedang gugup sayang??? Akan hal apa??? Kau tau kan eomma dan appa akan mendengarkan semua sebelum kami berdua memutuskan.." ucapan sang ibu membuat Jimin memilih untuk mengatakan semuanya. Pebih cepat lebih baik. Begitu pikirnya.

"Eomma...appa...jeongmal mianhae" ujar Jimin

"Kau belum mengatakan apa-apa namun kau sudah meminta maaf. Apa ada hal yang sekiranya bisa memalukan keluarga kita. Memalukan eomma dan appa???" Ny. Park kembali berujar

chasing you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang