Gudang Lama

277 70 19
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Disaat kelas lain banyak jam kosong. Kelas XI IPA 3 justru tengah mengadakan ulangan harian. Harusnya ulangan harian itu diadakan sebelum UTS, tapi berhubung jadwal yang mepet-mepet, akhirnya ulangan itu diadakan satu hari setelah class meeting. Untung saja hanya mapel Bahasa Indonesia, jadi tidak terlalu menguras otak.

Zeline baru saja selesai mengerjakan soal terakhirnya. Ia melirik ke arah jawaban teman-temannya, mendadak matanya melotot horror.

"Njirr, mereka nggak lagi nulis legenda Nyi Roro Kidul kan? Pada panjang bener jawabannya," batinnya nelangsa.

Melihat jawaban teman-temannya yang panjangnya melebihi jembatan Suramadu, Zeline menatap miris lembar jawaban miliknya yang hanya terisi tiga perempat saja. Soal ulangan kali ini memang essay semua, tidak ada pilihan gandanya.

"Bodo deh, ini udah batas maksimal imajinasi gue," batin Zeline. Ia kemudian mulai mengemasi barangnya karena sebentar lagi bel istirahat.

Tak berselang lama, bel istirahat pun berbunyi.

"Baik, selesai nggak selesai silahkan dikumpulkan! Ini mau saya koreksi langsung. Buat tambahan nilai raport kalian!" ujar Ryan—guru mapel Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas XI IPA 3.

Satu persatu murid mulai mengumpulkan lembar jawaban mereka. Fara yang tadi pagi tidak sempat sarapan langsung saja menggeret Zeline menuju kantin.

"Jawaban lo kok bisa panjang bener sih tadi?" Zeline bertanya.

"Njir, itu soalnya gue tulis ulang cuy! Terus kalimatnya gue puter-puter biar keliatan panjang." Fara mengusap wajah sambil cengengesan.

"Gue kira lagi nulis dongeng 3 anak babi," balas Zeline.

"Sinting, ya ngga-"

Brukk!!

Fara hampir saja terjatuh kalau Zeline tidak menahan tubuhnya.

"Jalan yang bener dong! Buta mata lo nggak bisa liat orang segede gini?!" Fara mengusap bahunya yang terasa sakit.

Orang yang menabrak Fara berlalu begitu saja tanpa permintaan maaf.

"Woy Bela!! Lain kali ajarin pacar lo sopan santun!" teriak Fara.

Zeline menatap punggung Faldi yang tengah menggandeng, ah lebih tepatnya menggeret tangan Bela, entah menuju kemana. Dari ekspresinya Faldi, keliatannya mereka berdua sedang ada masalah. Biasa lah, namanya orang pacaran.

"Udahlah, biarin aja. Paling masalah rumah tangga," ujar Zeline.

Kini mereka berdua telah sampai di kantin. Zeline mengedarkan pandangannya dan menemukan Seli yang tengah duduk dengan Gibran, Ketua OSIS SMA Antariksa.

"Itu Seli Far," tunjuk Zeline.

"Ih jangan disana, biarin aja si Seli. Kita nggak boleh ganggu orang yang lagi pdkt," sahutnya.

(ADC) Antariksa's Detective Club 2.0 -Dear Diary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang