Jelas, San tidak tidur, sama sekali.
Dikarenakan, San telah berhasil menghubungi Hajoon, lewat ponsel Hongjoong. Tetapi Hajoon memintanya menunggu, karena masih ada hal yang harus dirinya urus. Sehingga mereka baru bisa bertemu pukul lima pagi, di diner tempat mereka biasa bertemu.
Tadi... San diantar Yunho, yang menawarkan diri untuk mengantarnya. San juga tak bisa menolah. Setelahnya, Yunho yang juga belum tidur, kembali pulang.
San menunggu dengan cemas, rasanya teh hangatnya belum tersentuh, sampai kini telah menjadi dingin. Sehingga ketika San melihat Hajoon tiba, di spot mereka, dirinya bisa sedikitnya bernapas lega.
Walau tak terlalu.
Hajoon langsung duduk di hadapannya, dan menatapnya untuk langsung bertanya. Karena itu, San juga langsung duduk secara tegap, mempersiapkan diri, dari kekacauan yang dirasakan dalam pikirannya sendiri.
Ini gila...
San tak ingin berpikir macam-macam... tetapi rasanya, dirinya baru saja melalukan satu hal bodoh. Sangat bodoh, yang mana membuatnya merasa takkan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Jadi Hajoon menunggu sampai San siap.
Di mana San memang memerlukan waktu, sebelum dirinya memberanikan diri, untuk mengatakannya, pada sosok yang semakin lama, semakin dekat dengannya. "Ha-peku rusak... Kak Om... jatuh dari tangga. Tapi kemarin itu, aku harus pergi ke Bloem untuk temani Juyeon..."
"Ya. Lalu?"
"Seonghwa minta... aku untuk bawa miliknya. Sudah kutolak, tapi Seonghwa memaksa. Tapi... ini murni bukan salah Seonghwa..."
Hajoon mendengar dengan baik.
Agak sulit, tetapi San tak mau semua berjalan lebih buruk jika dirinya tak bertindak—atau membuka diri pada yang lebih paham. "Singkat cerita... Kakak Juyeon dijenguk tiga orang, yang mana satu dari mereka adalah teman SMP-ku. Dia minta aku pinjamkan dia hotspot untuk menghubungi Ibunya, tapi di titik itu, aku telat sadar bahwa... ada kemungkinan temanku, adalah satu komplotan dengan Kakak Juyeon, yang mana artinya... mereka sering menjual video juga? Atau hal lainnya?"
"Maksud kamu, ada sesuatu di ponsel milik Seonghwa?"
Dalam takut, San menggigit bibir bawahnya. "Jelasnya aku tak tau, tapi bagaimana jika ada yang penting, lalu mereka berhasil mencurinya? Mengingat... Kakak Juyeon memiliki bukti dari Hongjoong—katanya—dan meminta tebusan. Bagaimana jika mereka datang, dan tak ingin... kerugian?"
Hajoon langsung diam, seketika.
"Aku belum tanya pada Seonghwa; kondisi Seonghwa sedang buruk sekali tadi... jadi, aku tak tau, isi di dalamnya... apakah ada yang dapat memberatkan atau tidak. Karena ya, Seonghwa menggunakan ponsel saya untuk mengambil beberapa foto dan potongan video atas kejadian di villa—"
"Mengapa tak bilang?" Hajoon memotong cepat, lalu menepuk alas meja mereka. "Berikan ponsel kamu."
Dengan gerakan pelan, San memberikannya, dari dalam saku jaketnya.
Hajoon segera menerima, memutarnya, lalu langsung memasukkan ke dalam saku jaketnya juga. "Nanti saya kembalikan sekitar dua sampai tiga hari. Saya cek dahulu dalamnya, paham?"
Walau ponsel adalah alat komunikasi yang bersifat privat, tetapi San memberikan izin.
Karena itu, Hajoon mengangguk, lalu memilih untuk menatapnya lagi. "Sekarang, ada lagi yang kamu pikirkan...?"
San menggeleng, tetapi berbisik pelan. "Ini sebenarnya tentang... Soobin Arga Sastra."
Air muka Hajoon langsung berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
FanfictionTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023