42 || Habis

30.9K 1.9K 434
                                    

Polisi mengatakan bahwa Tuan dan nyonya Luceryst telah meninggal dunia sejak 9 bulan yang lalu, sampai detik ini mereka masih berusaha mencari keberadaan Naka dan keluarganya yang mendadak hilang, bahkan polisi pun masih mencari di mana sisa tubuh tuan dan nyonya Luceryst berada.

Selama ini Naka menyimpan kepala tuan dan nyonya Luceryst di lemari pendingin, bahkan Naka rajin memberi pengawet agar kepala itu tetap utuh di suhu yang dingin.

Entah apa tujuan Naka, semuanya belum terbongkar karena Naka benar-benar menghilang tanpa jejak, membuat Zegas khawatir Naka datang untuk menyakitinya dan orang-orang di sekitarnya.

Ini sudah dua minggu berlalu sejak penemuan kepala tuan dan nyonya Luceryst, dan sudah dua minggu pula keluarga Luceryst berduka, terlebih Shian yang selalu menangis setiap malam, serta Karez yang banyak diam di kamarnya.

Acha tidak tahu harus bagaimana lagi cara menghibur Karez, Karez benar-benar menjadi orang yang berbeda.

Kini Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, Acha memasuki kamar Karez hingga terlihat Karez yang tengah terbaring di atas sofa sambil bermain game di ponselnya.

Setidaknya Karez tak melamun lagi walau kegiatannya saat ini tetap tak berguna.

"Karez, makan dulu, lo belum makan dari siang," ujar Acha sambil memandang Karez yang terlihat lesu, sepertinya sejak siang Karez belum berhenti bermain game.

"Kontrak gue 3 bulan lagi habis," ucap Acha, hal tersebut sukses membuat Karez menoleh untuk menatapnya.

"Gue gak bisa perpanjang kontrak, gue benar-benar bakal keluar dari rumah ini setelah kontrak gue habis," ucap Acha lagi, Karez pun mengubah posisinya menjadi duduk dan menaruh ponselnya di atas meja.

"Naka belum ketemu, di luar sana gak aman buat lo."

"Siapa tau 3 bulan yang akan datang Naka udah ketemu."

"Hm, semoga aja. Tapi gue gak mau lo pergi dari rumah ini, Cha. Gak apa-apa gak mau perpanjang kontrak, yang pasti lo tetap di sini sama gue," ujar Karez sambil menarik Acha untuk duduk di sampingnya.

"Setelah apa yang kita laluin di sini lo mau ninggalin gue? Lo serius, Cha?" Tanya Karez dengan tatapan tak percaya, tangannya menggenggam tangan Acha seolah takut kehilangan.

"Gue gak berniat buat ninggalin lo, gue cuma pengen cari kerja di tempat lain, tapi kita masih bisa ketemu."

"Setelah kontrak lo habis lo gak akan jatuh miskin, Cha. Lo harus tetap di sini sama gue, kak Zegas sama Shian juga gak akan keberatan kalau lo tinggal di sini."

Acha menghela napasnya, "Yaudah gimana nanti aja, sekarang lo mau makan apa? Dari siang belum makan."

"Gue gak laper."

"Gue bikinin nasi goreng ya?"

"Gak laper, mungkin besok pagi."

"Lo udah nemuin Shian?" Tanya Acha, Karez pun menggeleng kecil, bukannya ia tidak merindukan Shian, ia hanya tidak tega melihat Shian menangis karena kepergian orang tuanya, hatinya sakit.

"Ajak Shian ngobrol, dia sendirian terus di kamar sambil nangis, gak mau ditemenin gue, kak Zegas juga sibuk sampe gak ada waktu buat nemenin Shian, cuma lo satu-satunya yang bisa nenangin Shian," ujar Acha lagi, namun Karez malah memeluknya dengan erat.

"Ke mana gue harus cari Naka?"

"Mau ngapain?"

"Gue cuma pengen dia mati."

Acha membalas pelukan Karez, ia memaklumi pikiran Karez yang seperti itu, sebab ia tahu sesakit apa Karez saat ini karena kehilangan kedua orang tuanya.

365 Days With The Boss ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang