"Aku percaya jika seseorang selalu melihat ke langit, dia akan memiliki sayap."
- Gustave Flaubert -•
•
Semua yang ada dalam otakku berkecamuk, aku frustasi.
Bagaimana tidak, gulungan-gulungan kertas selalu berdatangan dimanapun aku berada. Seolah sedang menerorku, seseorang berniat jahat dan sedang merencanakan hal buruk padaku.
Aku yakin itu.
Sebab gulungan itu selalu membuat ku takut tak karuan, ku tarik kembali kata-kata ku tempo lalu yang mengatakan bahwa aku bukan gadis penakut karena nyatanya aku sangat ketakutan sekarang. Aku tidak berani menceritakan itu pada ibu, lagian tak ada gunanya bila ibu tau, karna ibu sangat jarang berada di rumah. Aku nyaris tak pernah bertemu ibu beberapa hari ini, terakhir aku bertemu dengannya ketika aku menceritakan tentang kalung itu.
Kalungnya masih ku pakai, walau tidak tau siapa pengirimnya. Kemarin sore sepulang sekolah aku meneliti setiap sudut kalung ini, dan memang tidak ada alat penyusup atau benda lainnya yang terdapat pada kalung, hanya liontin biasa dan rantainya. Tak ada CCTV tersembunyi di sana.
Selain aman, aku juga tidak boleh menyia-nyiakan pemberian orang kan? Jadi ku pakai saja. Lagian kalungnya juga bagus, sangat indah.
Satu Minggu telah berlalu, hari ini adalah ujian pertama ku di sekolah baru ini. Harap-harap semoga soal yang di ujikan sama persis seperti materi yang ku pelajari di sekolah lama ku maupun yang baru, karena ujian di kelas sembilan ini adalah materi dari rangkuman belajar selama di kelas tujuh dan delapan.
Ujian kali ini aku tidak akan main-main seperti waktu kelas enam sekolah dasar, semakin bertambah usia juga harus bisa mengatur waktu, dan sekarang aku berakhir di ruangan kelas yang sunyi senyap dengan dua lembar kertas yang bertuliskan soal-soal fisika.
Rumus-rumus bertebaran di kepala ku, tidak tau harus menggunakan rumus yang mana untuk menjawab soal nomor tiga puluh, masih ada lima soal lagi dan sekarang waktu tinggal lima belas menit lagi.
Jika kalian berpikir soal ujian memiliki empat pilihan jawaban maka tidak pada kertas di hadapan ku ini, semuanya adalah essay dan harus di jawab beserta rumusnya.
Aku maju kedepan untuk mengumpulkan kertas ujian kapada pengawas setelah memastikan sebanyak tiga kali bahwa tidak ada soal yang belum terjawab atau soal yang salah rumus.
Tidak terasa bel berbunyi kelas kembali ricuh, ada yang membahas tentang soal ujian hari ini, ada yang belajar bersama untuk ujian besok, ada yang sedang bercanda ria, bergosip, jajan di kantin dan ada pula yang sedang memperhatikan orang-orang di sekitar.
Ya, itu aku.
Maksudku bukan hanya aku, seorang lelaki yang duduk di sebrang belakangku sepertinya juga sedang memperhatikan sekitar--termasuk memperhatikan ku.
Sebenarnya aku ingin sekali--atau bahkan--berharap tata letak tempat duduk ini di rombak. Jujur, aku merasa sangat risih ketika di perhatikan seperti itu, aku tidak bisa melakukan sesuatu dengan leluasa jika terus di perhatikan.
Yeah.. kalian semua juga pasti mengerti bagaimana rasanya.
Aku bangkit dari kursi hendak keluar kelas untuk menghilangkan riuh piuh dalam kepala ku, tak sampai satu menit aku berjalan seseorang menarik pergelangan tangan ku dari belakang.
Aku berbalik dan kemudian raut wajah ku berubah menjadi masam, seseorang dengan wajah yang sangat menyebalkan berdiri di hadapanku. Alis tebal hitam miliknya terangkat sebelah sambil menatapku seolah dia sedang bertanya 'mau kemana' padahal seharusnya aku yang bertanya 'ada apa'
Lantas kalimat itu benar-benar terucap dari mulutnya "mau kemana?"
Aku memutar bola mata "apa urusannya?" Aku tidak suka ada seseorang yang terlalu ingin tau dalam urusanku bahkan pada hal sepele seperti ini.
"Hanya bertanya, tidak boleh?" Anak itu tersenyum, namun sepertinya dia memang benar-benar tersenyum bukan sebuah ejekan.
"Tidak" jawabku singkat.
"Boleh ikut?" Aku terkejut mendengar pertanyaannya, untuk apa?!
Aku menyentak tangannya yang tanpa ku sadari sedari tadi masih menggenggam tanganku "ingin ke toilet, kenapa?" Ujarku tersenyum miring namun sebisa mungkin ku tahan agar tidak ketahuan berbohong.
"Owh" mimik wajahnya berubah datar, rasanya ingin tertawa jahat ketika melihat ekspresinya. Entah mengapa ada kepuasan tersendiri jika berhasil mengerjai seseorang, satu sisi gelap ku terbongkar.
Aku berjalan cepat keluar kelas, tadinya ingin ke taman belakang sekolah ku urungkan dan pergi ke toilet untuk sekedar meluapkan tawa yang ku tahan sejak tadi, entah mengapa aku jadi ingin tertawa hanya karna hal sepele seperti itu.
Kebetulan sekali toiletnya sepi, jadi aku bisa terbahak puas di sini.
Aku menghidupkan keran yang ada di wastafel, aku menatap pantulan diriku di cermin, entah mengapa aku sangat senang memiliki netra mata berwarna biru muda seperti itu.
Senyuman di bibirku kembali terukir, hal itu mengingatkan ku pada ayah. Mata ini adalah warisan yang di turunkan nya kepadaku, namun ketika mengingat perlakuannya kepada kami lantas senyuman yang ada di bibirku memudar.
Dan aku kembali berjalan menuju kelas.
Waktu pulang sebentar lagi tiba, jam kepulangan saat ujian memang lebih cepat. Jadi mungkin aku akan menaiki bus yang berbeda ketika pulang nanti.
•
•
•
Fiuuhhhh, akhirnya chapter sembilan kelar juga setelah insiden wattpad ku gak bisa di buka kalo lagi keadaan online, aku harus login akun lagi dan takutnya semua daftar bacaan ku hilang dan yang lebih mengenaskan nya lagi semua cerita yang aku buah hilanggg
Dan untungnya kemungkinan-kemungkinan buruk itu gak terjadi sama sekali, sifat overthinking-ku selalu muncul kapan saja.
/Menghela nafas lega/
Eh ada clue loh buat chapter sepuluh nanti, hoe hoe muahahahah
Dan nyatanya aku gak ketawa sama sekali, malah lagi bed mood, dan aku ngantuk bet padahal masih jam 11.40, mungkin karna pengaruh hujan kali yah.. :v
Azura 🎑
KAMU SEDANG MEMBACA
Universe Sky
Фэнтези"Ketika Langit mempertemukan kita di langit fajar dan mengakhirinya pada langit senja" "Aku pecinta Langit biru, dan kamu pecinta Langit malam" hanya di saat matahari terbit dan terbenam kita bisa bertemu bercerita tentang Langit tertawa bersama alu...