Octagon 3 - 81 : Tiga Mei, The 3rd Movement Pt. 4

232 33 33
                                    

Atas izin Hongjoong dan Yunho, Jongho menghubungi Keeho, di mana dialah satu-satunya yang lelaki itu pikirkan. Satu-satunya yang membuat Jongho berpikir bisa dilakukannya, dengan bagaimana kondisi Mingi setelah mendengar kabar mengerikan itu dari televisi sebelumnya.

Satu jam pertama, Mingi hanya mengulang-ulang berita tersebut, dari berita yang diterbitkan di YouTube.

Setengah jam setelahnya, Mingi hanya menangis.

Lalu setengah jam yang telah berlalu sekarang, Mingi hanya diam dalam pandangan kosong, di duduknya di kursi luar, lantai bawah rumah santai tersebut.

Jongho menemaninya, sebelum dan setelah Keeho datang. Tetapi tak ada yang bisa mereka lakukan, saat Mingi masih membutuhkan waktunya untuk mencerna segalanya. Walau begitu, kedua orang tersebut, juga Wooyoung dan Younghoon, menemani di lantai bawah tersebut.

Di lantai atas, San bersama Seonghwa.

Waktu yang tepat bagi San untuk menekankan lagi dan lagi, pada Seonghwa bahwa dirinya memang tak bisa sama sekali untuk menambah beban Hongjoong. Jadi, San menemaninya, yang terus dihubungi oleh Lino—entah untuk apa. Walau San juga khawatir, dengan Juyeon yang masih dalam keadaan terluka, juga jelas Hongjoong terluka.

Kebetulan Hongjoong, Juyeon dan Yunho berada di luar—halaman rumah utama, sebagai anak lingkaran dalam.  Sedangkan Yeosang, diam sendirian di kursi meja makan, tak tahu harus melakukan apa.

Sebenarnya ketiga orang itu tengah menunggu Hajoon.

Tampaknya, Hajoon terganggu dalam perjalanan, karena seharusnya sampai satu jam lalu.

Namun, pemikiran itu tak berlangsung lama. Dari diamnya Hongjoong—yang paling tertekan—, Yunho dan Juyeon, ketiganya dikejutkan dengan datangnya sosok tersebut kemudian. Keluar dari mobil, tergesa. Tetap terlihat tegap walau tak bohong, sosok itu terlihat sangat lelah.

Hongjoong, Yunho dan Juyeon menunggu—kabar apapun yang ada untuk mereka.

Selagi Hajoon, melihat ketiganya secara bergantian, sembari kemudian menggulung lengan kemejanya.

Di sana, Yunho dan Juyeon familiar dengan keadaan itu.

Hajoon sendiri tahu, kedua dari tiga orang itu, paham maksudnya. "Memang saya ingin sekali memukul Rastafara."

Secara refleks, Yunho dan Juyeon agak bereaksi, akan melindungi agar kejadian dahulu tak terulang.

"Tapi tidak." Hajoon melanjutkan. Tatapannya terarah lurus pada Hongjoong yang agak menjauhkan tatapan. "Rasanya Rastafara tahu, apa yang harus ia tanggung sepanjang hidupnya."

"Saya hanya mencoba membantu Sastra." Hongjoong menjawab, tak mencari pembelaan, hanya mengucapkan apa yang ia rasakan. "Ini pelajaran untuk saya yang salah mengambil keput—"

"Keputusan kamu berhasil menghilangkan nyawa seseorang." Hajoon memotong. Suaranya tegas—terlihat, Hajoon sebenarnya begitu marah di sana. "Ini bukan tentang kamu ada di bawah Nama Aman saya."

Yunho dan Juyeon terdiam dalam keterkejutan.

Selagi Hajoon melanjutkan kalimatnya. "Ini tentang betapa banyak hal berpengaruh, atas kematian Sastra, yang kini semua lingkaran dalam tahu, terjadi karena kamu."

Hongjoong mengeraskan rahangnya.

Tak menunduk, tetapi tatapannya lurus ke tanah. Pada sepatu Hajoon.

"Saya sudah bilang, jangan ikut campur dengan hak milik Sadewa."

Hongjoong diam, pun Yunho dan Juyeon.

"Sastra itu milik Sade—"

"Sastra itu milik dirinya sendiri." Kali ini Hongjoong mengangkat wajah, berucap, dari dirinya yang terus menahan diri sejak mendengar kabar, belum menangis sama sekali. Padahal, hatinya remuk, pun rasa bersalah sangat menyelubunginya.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang