3 bulan telah berlalu semenjak kejadian itu.
Carma sangat jarang keluar dari kamarnya. Hanya dewi penyembuh yang selama ini menemaninya.
"Lihatlah kamarmu penuh dengan debu dan sarang laba-laba." Line duduk di dekat Carma.
"Apakah ia masih belum datang?" Tanya Carma yang menunggu kehadiran seseorang.
"Dewa laut sedang melaksanakan tugasnya. Mungkin sebentar lagi ia akan kembali." Line merasa kasihan sekaligus tidak tega dengan keadaan Carma yang terlihat tidak terurus. Kamarnya selalu gelap dan penuh dengan debu.
Carma meraba-raba berusaha mencari tangan Line. "Line, bolehkan bawa aku jalan-jalan di dekat ke jurang penghancur? Aku ingin mencium bau bunga yang ada disana."
Jalan menuju jurang penghancur dipenuhi dengan bunga-bunga yang selalu bermekaran dan wangi yang khas. Membuat banyak dewa ataupun iblis yang ingin bunuh diri berubah pikiran setelah melihat bunga yang indah.
"Baiklah," jawab Line yang membawa Carma ke jurang penghancur.
"400 langkah lurus, 30 langkah ke kanan lalu 700 langkah ke kiri." Carma berusaha menghapal setiap langkahnya.
"Dan ingat jika 444 langkah lagi berjalan lurus maka itu adalah jurang penghancur. Kau akan mati, jadi jangan sampai kau berjalan kesana." Line berusaha mengingati Carma.
"Baiklah, aku tau. Aku akan berhati-hati." Ucap Line.
"Carma, tunggulah disini sebentar. Kaisar langit memanggilku."
Carma hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Hanya Line yang tau ia buta dan alasan ia buta. Carma selalu mengurung diri di kamarnya sambil menunggu Lorenzo untuk menempati janjinya.
Tapi, semenjak Lorenzo bisa melihat kembali, ia belum pernah menemui Carma. Dewi karma sejak awal juga tau hal ini akan terjadi dan ia berhenti berharap apapun pada dewa laut. Ia hidup bagaikan mati dan mati bagaikan hidup. Ia tidak lagi mempunyai tujuan hidup atau apapun bahkan Lorenzo tidak tau ia kehilangan matanya karena menyelamatkannya.
"Carma," panggil seorang perempuan yang membuat Carma lansung gemetar dan berusaha sembunyi. Ia mengigit kukunya saking ketakutannya.
"Aku memanggilmu, apa kau tuli?" Tanya seorang dewi dengan arogannya.
"Maaf, dewi bunga." Carma membungkuk dengan ketakutan.
"Aku ada di sebelah kananmu. Apa kau buta?"
"M-maaf,"
Luthien melihat kearah Carma yang menundukan wajahnya dan mengcengkram wajahnya dengan erat.
"Kau benar-benar buta?" Tanyanya yang seperti ejekan.
Carma memilih tidak menjawab pertanyaannya. Ia berusaha kembali ke kamarnya tapi lansung dijambak oleh Luthien.
"Ingin kabur? Tidak semudah itu."
"Aku mohon dewi bunga, lepaskan aku." Mohon Carma.
"Setelah sangat lama aku tidak melihatmu. Ternyata kau sekarang adalah dewi buta yang tidak berguna. Apa kau tau dewa laut akan segera kembali?"
Wajah Carma lansung berubah menjadi senyuman ketika mendengar kalimat terakhir.
"Ketika ia kembali, ia akan mengangkat dewi bulan sebagai selirnya." Ucap Luthien sambil tertawa jahat.
"Bohong,"
"Kau berbohong,"
Carma tidak percaya dengan ucapan Luthien tapi semua itu bisa terjadi. Lorenzo sangat dekat dengan Selena. Apa yang harus ia lakukan? Mungkin seperti biasanya, ia tidak bisa melakukan apapun.
"Kau terlihat sangat tertekan," ejek Luthien dan pergi setelah merasa puas.
"Carma," panggil Line ketika melihat Carma dengan wajah pucat.
"Apakah Lorenzo akan menikah lagi?" Tanya Carma secara lansung.
"Bagaimana bisa kau tau tentang hal itu?" Kejut Line.
"Jadi itu benar? Kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Kenapa?" Carma terlihat sakit hati luar biasa.
"Aku tidak ingin kau terlalu berlarut-larut dalam kesedihan." Jawab Line secara jujur.
Carma mengigit bibirnya dengan erat hingga berdarah, "aku selalu menjadi orang terakhir yang mengetahui tentangnya."
Awan tiba-tiba berubah menjadi gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
C A R M A
FantasyMereka memanggilku Carma si dewi polos dan lemah yang mendatangkan malapetaka. Kenyataannya aku hanya seorang dewi yang ingin diperhatikan oleh semua orang, tapi itu terlalu sulit untukku yang tidak dicintai oleh siapapun ini. Karena itulah aku memu...