warning
banyak typo bertebaran harap kalian bisa memahaminya :')
happy reading.
{>///<}
*****
Sudah satu bulan sejak hubunganku dan Alvin dimulai. Dia sering datang ke kosanku untuk bermain bersama Azka, dan kadang-kadang dia juga datang ke kafe tempatku bekerja dan menungguku untuk pulang.
Melihat kedekatan Azka dan Alvin sedikit membuat hatiku senang dan damai. Azka seolah memiliki seorang ayah yang selalu mengajaknya bermain. Melihat mereka tertawa dan bercanda, aku bisa merasakan suasana keluarga yang harmonis.
Hari ini, aku pulang kerja agak terlambat karena kafe sedang sangat ramai. Biasanya, saat tahun baru, semua toko atau kafe yang sering menjadi tempat nongkrong akan sangat ramai, terutama saat malam hari. Padahal biasanya aku pulang sore untuk menjemput Azka, tapi sekarang aku tidak bisa karena sering pulang larut malam.
Jadi, aku meminta bantuan Alvin untuk menjemput Azka di TK jam 3 sore dan menemaninya sampai aku pulang kerumah.
*****Azka berdiri di depan pintu TK, menunggu sambil ditemani oleh Bu Yasmin.
"Azka, ibu kamu belum menjemput?" tanya seorang teman Azka yang baru keluar dari TK.
Azka menggelengkan kepala. "Tidak, mama tidak menjemput Azka," jawabnya.
"Terus siapa yang menjemput Azka? Biasanya ibu yang menjemput kan? Azka tidak punya ayah kan?" tambah teman tersebut.
Mendengar pertanyaan itu, wajah Azka menjadi murung. Dia menundukkan kepalanya, memandangi gambar kucing di bajunya yang berwarna kuning. Bu Yasmin yang mendengar hal tersebut langsung panik, karena biasanya hal itu menandakan Azka akan menangis.
"Ehh, Nico, kamu tidak boleh mengatakan seperti itu. Meskipun Azka tidak memiliki ayah, dia mendapatkan banyak kasih sayang dari semua orang," jelas Bu Yasmin sambil mengelus puncak kepala Azka untuk menenangkannya.
"Iya, Azka memang tidak memiliki ayah, tapi Azka bersyukur mendapatkan cinta dari mama, bu guru, dan semua orang yang menolong Azka. Jadi, tanpa ayah pun Azka tetap bahagia dan tidak merasa kesepian," tambah Azka dengan penuh keyakinan.
Jawaban Azka membuat hati orang-orang yang mendengarnya tersentuh. Azka menerima kenyataan bahwa dia memang tidak memiliki ayah dan kadang iri melihat teman-temannya yang dibelikan mainan dan dijemput oleh ayah mereka, menjadi pahlawan di keluarga mereka. Namun, Azka menyadari bahwa dia memiliki seseorang yang lebih dari sekedar pahlawan, yaitu seorang malaikat.
Seorang wanita yang telah mengorbankan segalanya demi anaknya tercinta, mulai dari waktu, keuangan, bahkan nyawanya sendiri. Azka menyadari bahwa dia tidak membutuhkan seorang pahlawan karena dia sudah memiliki malaikat yang begitu kuat.
"Azka!"
Semua orang memandang ke arah seorang yang memanggil nama Azka dari gerbang.
Wajah Azka yang tadi sedikit murung seketika bersinar kembali ketika melihat sosok yang selama ini telah membantu Azka.
Dengan cepat, Azka berlari mendekati seorang pria yang mengenakan stelan kemeja hitam, yang datang menjemputnya.
Dia berlari langsung memeluk tubuh kecil Azka, lalu menggendongnya dengan penuh kasih sayang.
"Terima kasih, Bu, sudah mau menunggu Azka," ucap Alvin kepada Bu Yasmin yang mendekati mereka.
"Enggak papa, ini sudah menjadi tugas guru TK untuk menunggu anak muridnya dijemput. Maaf, boleh tahu anda siapa?" tanya Bu Yasmin dengan sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
my children but, not my child (END)
ChickLit"pasti hamil di luar nikah" "Anak jaman sekarang udah bebas ya" "Dasar murahan, pasti dia diusir dari rumah udah bikin nama keluarga tercemar" Iya itu adalah perkataan menusuk dari beberapa ibu ibu yang di Sekolah Azka. Anema alintania adalah se...