Ini seperti... sebuah mimpi buruk.
Sebuah mimpi buruk yang tercipta lantaran Mingi tak rela untuk melepaskannya dari tatapan. Sebuah mimpi buruk yang tercipta lantaran Mingi tak rela untuk melepaskannya dari pelukan. Sebuah mimpi buruk yang tercipta lantaran Mingi tak rela untuk melepaskan tangannya di titik itu.
Namun kini apa yang bisa Mingi gapai?
Kekosongan.
Kekosongan yang terasa pekat dan menyiksa.
Seringkali Mingi menatap tangannya sendiri. Bukankah... kehangatannya masih terasa? Tetapi mengapa, berita itu mengatakan, bahwa nyawanya, telah tiada?
Karena rasanya benar-benar seperti nyawanya menghilang...
Mingi, tak mau, barang mempercayai sedikit pun yang dirinya lihat juga dengar.
Jika tak ada rupanya... ini palsu, bukan?
Bahkan namanya pun tak disebutkan, sama sekali, hanya berupa inisial. Artinya, ini palsu bukan?
Tak mungkin Soobin meninggal.
Tak mungkin.
Mingi harus menghadapi kematian lagi dari orang terdekatnya. Pertama, Aaron. Lalu... Soobin?
Bohong.
Mingi bahkan berencana, dalam kepalanya sendiri, untuk memperkenalkan Soobin pada Keeho. Untuk pula mengajak Soobin... bertemu Aaron.
Padahal, Mingi ingin membongkar dosanya terhadap Aaron, pada Soobin. Mingi ingin memberitahunya akan tersiksanya diri akan hidupnya dalam perasaan bersalah. Dan Mingi ingin memastikan dirinya takkan mengulangi hal yang menenggelamkannya dalam penyesalan lainnya.
Sekarang?
Mingi justru tenggelam, sangat dalam.
Perasaannya terhadap Soobin yang ternyata begitu dalam, kini berhasil Mingi tunjukan ke permukaan. Namun perasaan bersalahnya? Perasaan itu mencekiknya, sampai ke dasar lautan, dan tak membiarkannya untuk mengambil napas sama sekali.
Seperti dipaksa untuk mati.
Seolah, perasaannya ditekan, untuk tak tercipta. Digantikan dengan perasaan bersalah, lagi dan lagi.
Semua ini karenanya.
Semua ini karenaku...
Seharusnya Mingi mempertahankannya, tetapi Mingi malah melepaskan tangannya.
Padahal, apa yang Soobin inginkan sebelum mereka berpisah?
Soobin hanya ingin melihat langit.
Soobin hanya ingin bebas.
Sulitkah... permintaan itu adanya?
Tiba-tiba saja, Mingi perlu memejamkan matanya, sekuat yang dirinya sanggup, untuk menahan kembali dorongan air mata yang hampir tumpah menyeruak, membasahi wajahnya. Sangat tiba-tiba, sampai membuat Younghoon bereaksi di posisinya berdiri-di area luar lantai bawah, depan kolam renang itu-memberikan isyarat pada Jongho di sisi lain. Jongho yang sadar, beralih pada Keeho, yang berada di belakang tubuh Mingi-yang duduk di kursi.
Bukan mereka tak ingin membantu, justru jika bertanya secara seluruhnya, itu akan menekan Mingi.
Sehingga Keeho yang menangkap sinyal dari Jongho, langsung mendekat merapat lagi pada Mingi, dan mengusap punggungnya. "Bang... bukan salah lo."
Mingi justru semakin ingin menangis mendengar kalimat tersebut.
Beralih ke sampingnya, Keeho kembali mengusap punggung tersebut, dan menahan napasnya sejenak. Tentu, Keeho lebih tahu, dari pada yang lainnya, akan apa yang Mingi rasakan-menghadapi kematian lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
FanfictionTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023