Dor...Suara tembakan keras terdengar dari dalam hutan. Jungkook tersenyum puas sebelum menyingkirkan senapan angin dari wajahnya. Dia berjalan untuk melihat tangkapannya hari itu. Hanya seekor burung, dia belum melihat apapun selain itu bahkan tidak ada seekor rusa atau yang lain.
Dia meraih burung itu lalu membawanya. Sampai di dalam rumah, Jungkook menyimpan senapannya di bawah laci. Dan dia mengambil sarung tangan karet dengan sebuah suntikan berisi formalin. Dia melakukan suntikan di beberapa bagian burung itu, seperti leher, perut dan kepala. Jungkook membuka laci paling atas, menemukan pisau kecil kesukaannya. Dia mulai membedah bagian perut burung dan kemudian mengeluarkan semua isi organ-organnya hingga bersih.
Selesai dengan itu, dia pergi untuk mencucinya lalu menjemurnya di bawah matahari.
Menyadari dia sudah terlalu sering mengawetkan burung dan kini merasa bosan. Dia butuh sesuatu yang membangkitkan gairahnya selain seks. Seperti mengawetkan manusia. Dia belum melakukan pembunuh setelah sekian lama karna polisi sedang memburunya, maka dia harus bersembunyi.
Prang ...
Suara barang jatuh membuat Jungkook mengeraskan rahangnya. Dia berjalan dengan marah memasuki rumah.
"Somi, apa yang kau lakukan?" Iseul dengan marah menarik tangan adiknya menjauh dari barang-barang ayah mereka.
"Oppa maaf, aku tidak sengaja" kata Somi dengan gemetar ketakutan.
Dan mereka berdua mendengar langkah kaki ayahnya yang datang. Somi segera bersembunyi di belakang kakaknya sambil meremat bajunya.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" Suara dingin ayahnya membuat keduanya gemetar.
Jungkook melihat apa yang kedua anaknya perbuat, salah satu koleksinya patah di atas lantai. Tupai yang dia awetkan begitu lama, saat dia masih menginjak usia 11 tahun.
"Siapa yang melakukannya?" Tanyanya. Dia menginjak ornamen yang telah rusak itu dengan kakinya dan meremukkannya.
"Maaf, appa. Aku tidak memperhatikan dan tanpa sengaja menjatuhkannya" Sebelum adiknya mengaku lebih dulu, Iseul mengatakannya. Dia tahu bagaimana setelah ini ayahnya pasti akan menghajarnya. Dia tidak bisa membiarkan Somi menanggungnya.
"Kemari kau" Jungkook menarik putranya sambil membawa sebuah pisau.
"Appa kumohon jangan hukum oppa hiks...hiks..." Somi menangis keras, tidak rela melepaskan tangan kakaknya.
Tapi Jungkook menariknya keras dan membuat keduanya berpisah. Segera setelah itu Somi berlari menuju kamar ibunya untuk memberitahunya.
"Eomma hiks... eomma hiks. Appa membawa Iseul Oppa keluar, appa juga membawa pisau" Ujar Somi.
"Benarkah? Kalau begitu bisakah kau ambilkan kunci di dalam laci itu" Taehyung merasa was-was, dia turun dari ranjang dan menunggu Somi untuk memberikannya kunci.
"Igeo eomma" Somi segera memberikan kunci itu pada ibunya dan melihatnya melepaskan rantai yang mengikat kakinya.
Taehyung berjalan dengan tertatih-tatih, sudah lama kakinya terantai dan dia merasa kesakitan ketika berjalan. Dia berusaha untuk berlari.
"Kemana appamu pergi?" Tanyanya.
Dan Somi mengusap matanya yang basah sambil menggeleng. Taehyung sudah memutuskan untuk pergi ke mana, dia berpikir Jungkook mungkin pergi ke tengah hutan. Tempat di mana biasanya laki-laki itu berburu.
Taehyung berlari ke tengah hutan dengan Somi mengikutinya di belakang. Menambah kecepatan berjalan ketika dia melihat punggung suaminya.
"Apa yang kau lakukan dengan putraku?!" Teriak Taehyung lalu menarik bahu Jungkook supaya berbalik.
Dan saat itu dia terjatuh ke atas rumput karna terkejut. Ada begitu banyak darah yang mengalir.
"Eomma..." Panggil putranya dengan wajah yang terciprat darah.
"Apa yang kau lakukan padanya?" Taehyung berdiri dan meraih kerah baju Jungkook. Dia menatap mata suaminya yang sedingin es.
"Mengajarinya cara membunuh" Kata Jungkook tersenyum miring padanya.
Plak...
Taehyung menampar keras wajah Jungkook hingga sudut bibir pria itu berdarah.
"Jangan harap dia akan jadi sepertimu. Aku tidak akan membiarkannya menjadi pembunuh" Kata Taehyung sarkatis dia meraih tangan Iseul dan menyuruhnya berdiri meninggalkan pisau penuh darah itu bersama bangkai kelinci.
Jungkook tertawa pelan, dia menyeka sudut bibirnya yang berdarah lalu menjilatnya. Taehyung tidak pernah melawan padanya tetapi dia dengan berani menamparnya hanya karna putranya. Begitukah?
Sangat lucu....
Jungkook mengambil pisaunya yang tergeletak di atas rumput dan menyekanya dengan kedua jarinya pada permukaan pisau.
Dia kemudian bersenandung kecil sebelum pergi.
.
.
.
"Iseul, apa yang kau rasakan saat membunuh kelinci itu?" Tanya Taehyung perlahan setelah menyuruh anak itu mandi dan kini duduk dengannya di sebuah sofa.
Dia tidak tahan membiarkan Jungkook terus merantainya dalam kamar. Dia akan kabur jika bisa, pemuda itu sudah keterlaluan karna menyentuh anaknya dan bahkan ingin menghabisi bayinya. Jungkook belum kembali sejak tadi, jadi mereka bisa bernafas lega.
"Tidak ada eomma, Iseul tidak merasakan apapun" kata putranya dengan wajah yang datar.
"Bahkan tidak senang ataupun sedih?" Tanya Taehyung sekali lagi untuk memastikan.
"Tidak" Iseul menggeleng.
Taehyung merasa sangat aneh dengannya. Dia juga belum pernah melihat putranya itu menangis barang sekali atau menunjukkan bahwa dia merasa senang. Tapi mengingat mereka selalu terkurung pasti tidak ada rasa senang sama sekali yang bisa digambarkan.
"Tidak apa, jika kau merasa senang atau mungkin sedih kau bisa memberitahu eomma, oke?" Taehyung tersenyum lebar dan memeluk tubuh kecil putranya. Dia mengusap lembut kepalanya.
Dan saat mereka melakukan itu, pintu masuk tiba-tiba terbuka. Jungkook masuk ke dalam dengan wajah yang datar, menyaksikan keduanya berpelukan erat.
Taehyung segera menyembunyikan Iseul di balik punggungnya.
"Tidak ada yang ingin kulakukan. Besok kita akan pindah ke Seoul" Kata Jungkook dengan mendadak, pria itu mengambil sebatang rokok dan menyalakannya.
"Kenapa?" Tanya Taehyung, hanya penasaran.
"Untuk menyekolahkannya, aku ingin agar keturunanku menjadi cerdas sepertiku" Kata Jungkook sambil menghembuskan asap dari mulutnya.
Tentu saja menjadi cerdas sepertinya. Seorang pembunuh berantai yang tidak mudah untuk tertangkap. Dan dia merasakan kalau Iseul sangat mirip dengannya. Jungkook tersenyum dalam hati memikirkannya.
Taehyung ingin muntah ketika mendengarnya, dia merasa jijik terhadapnya. Namun tak dapat dipungkiri Iseul memang darah danging pria itu. Dan dia mengangguk pelan kemudian. Tidak ada salahnya pindah ke kota, di sana mungkin jalan kabur akan lebih terbuka untuknya.
Dulu berkali-kali dia mencoba kabur dari Jungkook tapi selalu gagal karena dia tidak bisa meninggalkan anak-anaknya dan ketika dia kabur bersama mereka Taehyung tidak bisa bergerak dengan cepat, sebelum bisa sampai ke jalan raya mereka pasti sudah ditemukan. Dan tiap kali dia tertangkap, Jungkook akan menyiksanya hingga tidak bisa berjalan dan berakhir hingga merantainya.
Taehyung selalu tahu di mana letak kunci rantainya di simpan tapi dia tidak cukup sampai untuk menggapainya. Dan dia merasa lelah untuk kabur dari Jungkook, kini yang terpenting hanya keselamatan anak-anaknya. Dia berpura-pura menurut agar Jungkook tidak melukai mereka.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho ✓ (ʙʟ)
FanficTaehyung membenci suaminya yang psikopat. Jk Top! Tae Bottom! [Kookv]