***
"APA MAKSUDMU!?"
Jungwoo menjauhkan ponsel dari daun telinga. Teriakan melengking sang ibu di sana melejit bagai roket super ke gendang telinganya.
"Bu, dia berengsek. Aku tidak mau melakukan bond dengannya. Pokoknya tidak mau!"
"Jungwoo," Ibunya mengambil napas.
"Tenangkan dirimu dulu, oke? Kau mengalami banyak kejadian hari ini. Kau pasti lelah sampai tidak bisa berpikir jernih."
Jungwoo mendesah berat, telentang di kasurnya. "Justru karena aku berpikir sangat-sangat jernih, aku menolak untuk terikat dengannya. Demi Tuhan, ibu harus tahu betapa menyebalkannya orang itu!"
"Jungwoo…" Ibunya berupaya menenangkan.
"...Kau tidak boleh membenci orang yang baru kau temui."
"Ibu.." Jungwoo merengek seperti anak kecil lagi.
"Aku tidak mau. Aku tidak suka ini. Apa imprint tidak bisa dihapus saja?" Tangannya meraba dada kirinya tempat di mana imprint berbentuk pola segi lima diamond kini tercetak bagai tato abadi.
"Aku ingin menghapusnya."
Suara helaan napas panjang di sebrang telepon. "Tidak bisa, Sayang." Ibunya berkata lembut.
"Bahkan meskipun kau melakukan operasi penggantian kulit, imprint itu akan tetap muncul lagi di kulitmu yang baru."
Jungwoo hampir menangis mendengarnya. Apa ia benar-benar tidak punya jalan keluar?
"Dengar, Jungwoo." Ibunya berkata lagi.
"Pertemuan awal kalian memang buruk, tapi bukan berarti hubungan kalian ke depan juga akan berjalan buruk. Cobalah untuk lebih akur dengannya, oke? Jika kau memang tetap tidak bisa menyukainya, maka kalian tidak perlu melakukan bond. Kalian bisa saling menjauh. Kau bisa kembali ke sini atau tinggal di manapun yang kau mau agar berjauhan dengannya."
Jungwoo mengangguk lesu. "Aku mengerti." Ia menjawab lemah.
Saling menjauh dan tidak mencampuri urusan masing-masing adalah hal umum yang biasa dilakukan sepasang soulmate apabila merasa mereka tidak cocok. Tak jarang, mereka bahkan memilih untuk tinggal di benua yang berbeda agar imprint mereka tidak saling bereaski. Menjalani kehidupan masing-masing, bahkan juga memilih orang lain sebagai pasangan yang diinginkan.
"Bagus." Ibunya menjawab, dan Jungwoo bisa membayangkan senyuman hangat di wajah cantik sang ibu.
"Selamat ya, hari ini anakku resmi menjadi orang dewasa. Maaf kami tidak di sana untuk menemanimu melewati masa imprint yang menyakitkan itu…"
Selanjutnya Jungwoo bercakap-cakap dengan sang ibu selama hampir satu jam. Setelahnya menyiapkan beberapa buku juga tugas yang harus dibawa ke kampusnya besok. Dalam hati terus berdoa semoga ia tidak harus bertemu lagi dengan Jung Jaehyun.
***
Jaehyun melirik jam di tangan kirinya lalu membuang napas panjang. Ia masih punya empat puluh menit lagi sampai kelas selanjutnya dimulai, ia punya cukup waktu untuk mengisi perutnya. Pemuda itu bergegas, memasukkan laptop dan buku-bukunya ke dalam tas, berjalan menuju cafetaria.
"Bung!"
Seseorang menabraknya begitu Jaehyun keluar dari Internet Café. Merangkul bahunya dengan rangkulan kuat dan terkekeh dengan suara khas. Jaehyun memutar mata.
"Kita bukan anak SMA lagi, Yuta. Tidakkah caramu ini sedikit berlebihan?"
Yuta justru mengunci lehernya makin erat. "Hahaha! Kau mengeluh? merasa terlalu tua untuk menghadapi kekuatanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE||JAEWOO|| LONG VER🔞
FanficWarning! Warning! Warning! BL! YAOI! Yang gak suka Boy x Boy jangan memaksakan diri baca. Resiko tanggung sendiri.Saya sudah menistakan diri dengan menulis yang beginian. Jangan salahkan saya kalau Anda ikut-ikutan jadi nista. Saran saya: Kaburlah s...