19 - Carma kecil

3K 285 5
                                    

Lorenzo mengenakan kain putih untuk menutup matanya, ia berjalan mendekat kearah jurang kematian. "Sebentar lagi, tunggu aku Carma. Aku akan menemanimu." ucapnya sambil tersenyum dan berjalan semakin dekat kearah jurang kematian.

"DEWA LAUT!!" Panggil Selena yang melihat Lorenzo kehilangan kewarasannya dan menariknya menjauh dari jurang kematian.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Selena yang membuka penutup mata Lorenzo.

"Aku tidak bisa hidup tanpanya. Aku merasa kesepian, aku merasa tidak berarti lagi. Wanita yang selalu ingin aku lindungi bunuh diri karenaku. Aku tidak mempunyai harapan apapun lagi." Lorenzo terlihat pasrah sepasrah pasrahnya.

"Apa kau gila? Jika dia melihatmu seperti ini dia pasti akan marah dan mengantikanmu merasakan rasa sakitnya." Selena berusaha menyadarkan Lorenzo yang sudah kehilangan kewarasannya.

"Menurutmu? Apa aku akan baik-baik saja? Wanita yang sangat kucintai bunuh diri karena kesalahanku. Terus? Untuk apa aku hidup? Setidaknya aku bisa menemaninya di akhirat." Lorenzo lagi-lagi meneteskan air matanya.

Dewa laut sekarang tidak tampak seperti dewa. Kharismatiknya seakan menghilang begitu saja. Ia bahkan terlihat tidak seperti seorang dewa.

"Carma benar-benar meninggalkanku. Apa kau mengerti? DIA BENAR-BENAR MENINGGALKANKU. Lebih baik aku mati menemaninya daripada aku harus hidup tanpanya." Rasa putus asa mengelilinginya.

"Berhenti bertingkah seperti itu. Apa kau tidak mendengar ada rumor tentang kelahiran dewi karma? Burung gagak berterbangan pagi tadi hingga membuat langit menjadi gelap. Malapetaka telah tiba, mereka akan memburu dewi karma. Jadi, daripada kau ingin bunuh diri sebaiknya selamatkan dia." Jelas Selena.

Dewa laut lansung tersenyum tipis mendengar hal itu dan menatap kearah Selena. "Kau tidak berbohongkan? Aku pasti akan menemukannya! Pasti!"

Selena menatap kearah Lorenzo dan berusaha tersenyum. "Maafkan aku, Lorenzo. Hanya kau yang dapat menemukannya. Aku benar-benar minta maaf." Batin Selena.

*****

Telah dua belas tahun lamanya, Lorenzo mencari keberadaan Carma tapi ia tidak bisa merasakan keberadaan Carma.

"Jika ada yang membunuhmu, aku benar-benar akan menghancurkan dunia ini." Batin Lorenzo yang berada di dunia manusia.

Hingga ia melihat kearah seorang anak kecil yang membunuh seekor rusa dengan kejam.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Lorenzo memegang tangan anak itu.

Anak perempuan itu menghempaskan tangan Lorenzo dengan kasar, "apakah anda juga akan mengataiku penyihir atau anak yang mengerikan?" Tanyanya menatap Lorenzo tanpa rasa takut.

Jantung Lorenzo lansung berdebar dengan kuat seolah anak itu adalah orang yang selama ini dia cari.

"Orang dewasa selalu mengataiku pembunuh, penyihir dan anak yang tidak memiliki hati. Tanpa bertanya tentang keadaanku dan memberiku makan. Jika aku tidak membunuhnya, aku akan mati kelaparan." Jelas anak itu.

"Siapa namamu?" Tanya Lorenzo.

"Iblis mungkin? Para manusia memanggilku iblis karena selalu dikelilingi oleh burung gagak." Jawab anak itu dengan wajah datar.

Lorenzo merapikan rambut anak kecil itu sambil tersenyum. "Mulai hari ini namamu adalah Carma. Ikutlah denganku," ucapnya mengenggam erat tangan anak kecil itu.

Carma kecil hanya mengangguk dan berjalan mengikuti langkah kaki Lorenzo yang membawanya ke kerajaan langit.

"Disini kau tidak boleh membunuh, berbohong dan menyakiti dewa lain." Lorenzo memberitahu peraturan kerajaan langit kepada Carma.

"Bagaimana jika mereka menyakitiku?" Tanya Carma dengan polos.

"Katakan padaku," jawab Lorenzo yang mengelus lembut rambut Carma.

"Baiklah,"

Carma dengan polosnya berjalan mengelilingi kerajaan langit hingga ia melihat kearah danau suci yang memantulkan dirinya. "Aku tidak suka dengan mataku yang terlihat menyedihkan ini."

Mata Carma berahli ke pecahan berlian yang mengelilingi danau. Ia mengambil berlian itu dan menusuk kearah kedua matanya. "Ini lebih baik,"

Darah mengalir kearah kedua matanya dan matanya semakin kabur. Ia berjalan menuju kearah Lorenzo sambil tersenyum.

"CARMA!!" Panik Lorenzo yang melihat kedua mata Carma yang mengeluarkan darah tanpa henti.

"Apa yang terjadi dengan matamu?" Tanya Lorenzo.

"Sudah sangat lama aku membencinya. Mataku terlihat menyedihkan dan seolah bukan milikku, aku tidak menyukainya." Jawab Carma yang masih bisa tersenyum.

"Tutup matamu," perintah Lorenzo dan berusaha menyelamatkan mata Carma sebelum matanya semakin parah.

Tapi kekuatannya tidak bisa membuat matanya melihat dengan jelas. "Jangan pernah melakukan hal berbahaya lagi. Aku bisa menyelamatkan matamu tapi kau tidak akan bisa melihat dengan jelas lagi."

Carma mendekat kearah Lorenzo dan memegang mata Lorenzo dengan lembut. "Indah," satu kata yang keluar dari mulut Carma dan membuatnya mematung sangat lama.

"Mata dewa Laut memang terlihat berbeda. Sangat-sangat indah, tidak seperti mataku yang hanya bisa menatap dengan tatapan kesedihan." Carma sangat-sangat membenci matanya. Ia juga tidak mengerti karena apa.

C A R M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang