3

303 56 23
                                    

Jae Min sama sekali tidak bisa menyingkirkan perasaan resah di hatinya setelah An datang. Seorang perempuan yang diundang oleh Yoo Shin itu membuatnya merasa tidak nyaman meski tidak belum banyak hal yang dia ketahui.

Jae Min kembali mengamati An yang fokus pada cerita Dae Han. Perempuan itu tampak sangat fokus, sesekali mengernyit seolah berpikir, padahal sebelumnya akan segera pingsan karena kelelahan. Yoo Shin tidak bergerak dari posisinya sejak tadi, berdiri diam di belakang An seolah menjaganya supaya tidak terjungkal ke belakang.

"Jadi, begitulah," ucap Dae Han, mengakhiri ceritanya dengan nada lesu.

"Terus, apa yang bisa kubantu?" An balik bertanya. "Kamu butuh uang untuk melunasi utangmu?"

Dae Han tampak syok mendengar pertanyaan An. "Tidak!" Jawabnya otomatis. "Maksudku, apa yang bisa aku lakukan untuk memperbaiki keadaan?"

"Kami sempat berencana untuk menjual lukisan palsu, lalu uangnya untuk membayar utang. Mungkin kamu tau tempat terbaik untuk transaksi?" Timpal Yoo Shin.

"Yah, aku bisa memberi beberapa saran," jawab An, terdengar ragu. "Tapi, aku nggak yakin masalah bakal selesai dengan cara itu."

"Maksudmu?" Sergah Jae Min.

"Kalau orangtua Dae Han tidak dihentikan, hal ini akan terus berulang," sahut Rae Hyun sambil menganggukkan kepala.

"Benar!" Ucap An, tersenyum.

"Siapa yang peduli? Kita bisa melunasinya lagi, kan? Apa jadinya kalau para preman itu datang lagi ke bengkel seperti tadi? Pokoknya kita harus melunasi utang itu dulu!" Sambar Jae Min kesal, melotot pada An yang balas menatapnya dengan bingung.

"Oh, maksudku, itu juga. Tapi, kita juga harus mencabut hingga ke akar-akarnya supaya nggak terulang lagi," jawab An dengan nada tenang.

"Oh, kulihat kamu punya rencana?" Balas Jae Min, melipat tangan di dada sambil menatap An kesal. An balas dengan senyuman lebar.

"Tapi, aku mau tidur dulu, boleh? Besok aku jelaskan!" Pinta An, menguap lebar dengan mata berat yang siap menutup kapan saja.

"Lebih baik kita cari penginapan--" ucapan Yoo Shin terputus tepat saat tubuh An limbung ke belakang. Jae Min menyadari betapa cepat Yoo Shin bereaksi, menahan tubuh An supaya tidak jatuh ke lantai. Lelaki itu menghela napas panjang kemudian dengan enteng menggendong tubuh An. "Rae Hyun, minggir!" Suruhnya, mengusir Rae Hyun yang memenuhi sofa panjang seorang diri.

"Dia akan tidur disini?" Tanya Jae Min sangsi.

"Nggak mungkin aku gendong dia begini kemana-mana, kan? Lagipula, disini aman," jawab Yoo Shin begitu meletakkan tubuh An dengan nyaman di sofa panjang.

"Darimana kamu kenal An?" Tanya Dae Han, mengalihkan topik pembicaraan.

"Dari sekitar sini," balas Yoo Shin pendek.

"Sudah berapa lama?" Jae Min ikut penasaran. Yoo Shin tidak langsung menjawab, tampak enggan untuk membicarakan pertemuannya dengan An.

"Sudah hampir lima tahun, kukira," jawab Yoo Shin pada akhirnya.

"Selama itu dan kami nggak tau sama sekali?" Rae Hyun tampaknya terkejut. Tentu saja, karena yang mereka tau, Yoo Shin tidak memiliki teman kecuali mereka bertiga.

Dae Han tampaknya memiliki kecurigaan yang sama dengan Jae Min karena sikap gelisahnya sangat kentara.
"Pacarmu?" Tanya Dae Han, hati-hati sementara perasaan Jae Min sudah tidak karuan.

Ya. Jae Min menyukai Yoo Shin sejak lama. Entah karena ketiga teman lelakinya terlalu bebal, atau Jae Min yang terlalu pintar menyembunyikan perasaannya, tidak pernah ada yang menyadari hal itu.

ACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang