"Hm?", bergumam seorang Butler yang memakai jas dengan celana bahan berwarna senada hitam pelan, seraya membetulkan lingkar dasi di lehernya, berjalan ke arah dapur. Hidungnya kembang kempis ketika mencium bau harum masakan dari dapur. Hentakan pisau yang memotong sayuran itu terdengar berirama dari arah dapur. Dilanjut dengan suara dentingan teflon dan solet terdengar. Aroma masakan benar-benar menguar harum. Butler itu kemudian mengeluarkan jam sakunya dan dahinya mengernyit. Ini masih jam lima pagi. Siapa yang ada di dapur? Langit masih gelap. Cukup pagi memang mengingat aktivitas di rumah itu baru dimulai.
Kedua kaki Chocona berjinjit sesekali melompat-lompat hingga terhuyung sibuk mencari sesuatu di dalam rak yang membuka lebar. Dengan mengangkat lengan tinggi-tinggi berusaha mengambil toples garam.
"Mencari ini?", tangan itu terjulur mengambilkan sesuatu dari dalam rak dengn mudah.
Chocona memutar leher ke belakang, dilihatnya Asep sudah berdiri di belakang sambil menggenggam stoples garam. Wajah Chocona langsung memerah begitu menyadari jarak mereka berdua begitu dekat, lebih tepatnya hampir tidak ada sejengkal jaraknya.
"A-ah iya. Terimakasih Asep~",Segera Chocona mengambil stoples garam itu dari tangan sang Butler.
"Nyonya sedang apa subuh-subuh begini?",tanya Asep keheran sembari menutup rak bumbu.
"Menyiapkan sarapan pagi",jawab Chocona santai.
"Kenapa Nyonya harus susah-susah menyiapkannya? Biarkan saya saja. Nyonya tunggu saja dulu."
"Sekali-sekali aku yang menyiapkannya tidak apa- apa kan?"
Asep mengernyit merenungi kata-kata Chocona sesaat. Entah kenapa ia merasa tak setuju
"Bukan berarti aku tidak menyukai masakanmu lho~",lanjut Chocona lagi. "Kamu butuh waktu untuk berlibut. Sesekali istirahatkan dirimu. Selama ini kamu sudah menyiapkan sarapan untukku dan menyiapkan segala-sesuatu untukku setiap harinya kan? Kamu nggak merasa badanmu capek?" Chocona mengerjap. Menoleh sekilas menatap Butler yang berdiri di samping masih memandang dengan seraut yang tidak bisa dikatakan, entah itu kecewa atau bingung, kemudian memalingkan kepalanya menatap lurus ke depan dan mendesah pelan melanjutkan mencuci perabotan masak yang sudah tidak terpakai lagi.
Mendengarkan kalimat Chocona, membuatnya sedikit berpikir kalau sebetulnya dia sendiri butuh waktu untuk mengistirahatkan harinya sejenak. Meski bukan kemauannya untuk merepotkan Nyonyanya, badannya sudah terbiasa untuk refleks bergerak sebelum diperintah. Dan ia tidak bisa berpikir dua kali karena merasa untuk itulah dia menjalankan profesinya. Malah Asep lebih banyak berusaha mencari alasan yang wajar.
Jika dipikir- pikir, belakangan Asep setiap hari kerja lembur sampai pagi, sehingga dia tidak terlalu peduli dengan makanan yang masuk ke perutnya. Itu tidak baik bagi kesehatannya. Pada akhirnya, Chocona sadar bahwa ini sudah jadi tanggung jawabnya sebagai majikannya.
"Akh!", Chocona sedikit menjerit, sambil memegangi jari telunjuknya.
Terdengar suara dentingan mangkuk plastik dilempar di dalam wastafel tanpa disadari dan Asep langsung datang menghampiri "Astaga!" Pria itu langsung menarik jari telunjuk Chocona. Wajahnya terlihat cemas. Tanpa ragu ia dekatkan jari telunjuk Chocona pada bibirnya, lalu menghisap darah tersebut agar tidak keluar lagi.
"A-akh...A-Asep..."
Menyadari kesalahan besar yang diperbuatnya telah melampaui batas Asep tersentak kaget. Ia segera melepaskan jari Chocona begitu saja dan menolehkan kepalanya sambil menunduk kepalanya menahan keinginan dan gejolaknya.
Darah Nyonya manis sekali... Aku belum pernah merasakan darah seperti ini. Aroma manis darah CHocona membuat Asep lupa diri.
"Ano...Asep?", panggil Chocona. Namun Butler itu tak mendengarnya karena terlalu larut dengan pikirannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Blood
VampireFandom : Vtuber Id Rating : MA Genre : Drama,Romance,Supernatural Characters : Asep S Kennedy, makhluk fana