NVJ Part 41

523 89 5
                                    

Happy reading all 🥰

          Jangan lupa vote + comen ✨

Spam comen juga!!! Awas aja kalo enggak 🤧



     (Tandai kalo ada typo!)










"Sampean di timbali kaleh Abi teng ndalem, Ning." Suara seorang pemuda dengan tubuh yang berisi mengalun di telinga seorang gadis yang disebut 'Ning' itu.

Gadis yang tak lain adalah Suci itu mendengus. Dia meninggalkan pemuda tersebut tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tapi meskipun begitu, tujuannya tetap ke ndalem. Menemui Abi nya.

Saat sampai di teras ndalem, sebuah tangan menggenggam tangannya yang di dingin. Dia menoleh ke arah genggam tangan tersebut kemudian ke arah sang pemilik tangan.

"Biar aku temani."

Tanpa merespon apapun dia melanjutkan jalannya dengan tangan yang masih setia di genggam oleh pemuda yang tak lain adalah suaminya, Azzam.

Setelah sampai di ruang keluarga, keduanya mengucapkan salam.

"Wa'alaikumsalam. Duduk!"

Azzam dan Suci duduk bersampingan dengan genggaman tangan yang belum terlepas. Keduanya menatap Abi yang tengah menatap mereka dengan wajah yang memerah.

"Buat masalah apa lagi, Kamu?" Tanya Abi to the point.

Azzam dan Suci yang diberikan pertanyaan seperti kompak mengerutkan keningnya bingung.

"Afwan, maksud Abi?" Tanya Azzam mewakili sang istri.

"Desas-desus pembunuhan." Jawab Abi.

Suci dan Azzam yang masih tidak mengerti masih setia terdiam, dia pikir Abi akan melanjutkan ucapannya.

"Hampir semua santri disini mengetahui perihal masalah di kantin tadi pagi. Dan beberapa santri khawatir jika salah satu dari mereka akan menjadi korban pembunuhan mu berikutnya."

Deg

Pernyataan yang diberikan oleh Firza membuat tubuh Suci menegang sempurna. Mata yang tadi menatap Abi nya, kini beralih menatap sang kakak.

"Saya pikir, setelah kejadian dulu, tidak akan ada lagi kejadian yang membuat malu nama pesantren. Ternyata, karena kembali mu masalah mulai muncul." Lanjut Firza.

Lagi, Suci menahan nafas karena hatinya terasa seperti di hantam batuan yang keras. Azzam juga dapat merasakan jika genggaman di tangannya mengeras.

"Apa tidak cukup kamu membuat hidup saya hancur, huh? Apa sekarang kamu mau menghancurkan citra pesantren ini juga? Iya?" Tanya Firza dengan nada sinis.

Diruangan yang hanya terisi, Abi, Umi, Firza, Mirza, Suci dan Azzam tersebut terasa semakin menegangkan dan memanas.

"Saya mohon, berhentilah membuat masalah. Sudah cukup kamu membuat masalah di hidup saya. Saya mohon, jangan lagi sekarang. " Kata Firza lirih.

Suci menunduk sebentar lalu mendongakkan kepalanya menatap mata Firza. "Membuat masalah? Masalah yang gimana maksud sampean? Soal Sherly?" Tanya Suci.

"Kam--"

"Mas nggak tau kejadian yang sebenarnya tentang meninggalnya Sherly, tapi mas dan kalian semua sudah langsung menyalahkan ku." Suci terkekeh. "Lucu ya? Nggak tau apa-apa tapi main ngejudge orang aja."

Suci menghela nafas berat dan tersenyum miring, "Dan lebih parahnya, kalian lebih mempercayai omongan orang lain timbang anak sendiri? Hahahaha..."

"ZE--"

NANAS vs JAMBU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang