14.14

401 35 4
                                    

Hari yang di tunggu-tunggu tiba juga, Jongin dan Sehun akhirnya saling mengikat dengan janji suci yang mereka sampaikan. Keluarga dan rekan yang hadir pun di penuhi senyum bahagia, terkecuali nyonya Kim yang beberapa kali mendengus kesal. Entah bagian mana yang membuat wanita itu tak bahagia, pasalnya jika di pikirkan secara nalar, harusnya ia bahagia memiliki menantu yang kaya raya, toh perusahaan suaminya juga di bantu hingga kembali bertahan. Disisi lain, ia juga harusnya merasa lebih ringan karena putrinya, Shasa mendapatkan bantuan dari Sehun untuk seluruh biaya pendidikannya. Tapi, wanita itu terlihat tetap kurang puas dengan apa yang telah ia dapatkan.

Selesai acara, entah kenapa Jongin terus memegang tangan Sehun. Bahkan saat Sehun ke kamar mandi Jongin menunggunya di depan kamar mandi itu. Choi yang biasanya berada di dekat Sehun pun harus di buat bingung, haruskah tetap stay mengikuti mereka atau tidak.

"Dari tadi ikut terus kenapa?" Bisik Sehun saat keduanya tengah mengantar para tamu undangan pergi.

Jongin pun berbisik, "Sama ayah ditanya, kok tidak bareng Sehun kenapa? Apa berantem? Daripada muncul pertanyaan yang sama, ya ikut saja."

Sehun terkekeh kecil mendengar jawaban Jongin.
.
.

Malam sudah larut, Jongin tengah sibuk di kamarnya. Benar, kamarnya sendiri! Karena ia dan Sehun belum sepakat untuk tinggal sekamar.

Pintu kamar sedikit terbuka saat Choi mengetuknya, "Masuklah!" Perintah Jongin saat mendengar ada yang mengetuk pintu.

"Tuan, tuan Sehun akan berangkat besok pagi di jam 10." Ujar Choi, Jongin tadi sempat bertanya tentang keberangkatan ke Jepang.

Jongin menoleh ke arah Choi yang berdiri di ambang pintu, "Tuan Sehun?"

"Benar, tuan Sehun. Bukankah anda-"

"Tuan Sehun saja? Tidak ada aku?"

"Itu..." Choi tampak ragu memberikan jawaban, membuat Jongin berdiri dari duduknya.

"Dimana dia?"

"Tuan Sehun ada di ruang tamu..."

Jongin segera berjalan melewati Choi, ia harus menemui suami barunya itu.

Choi sendiri tentu tidak tinggal diam, ia mengikuti Jongin yang sepertinya matah besar itu.

"Yak! Sehun! Kau pergi ke Jepang sendiri?" Teriak Jongin yang tampak kesal.

"Tidak, bukan begitu. Aku tidak ingin kau kelelahan. Aku pergi dulu, nanti menyusullah setelah pekerjaanku selesai, jadi-"

"Bilang saja jika tidak ingin aku pergi. Pergi saja sana sendiri!"

"Jongin... Dengarkan dulu..."

"Tidak! Pokoknya aku mau pergi bersama atau tidak sama sekali!"

"Jongin--"

"Ada apa kalian berisik? Pengantin baru kok sudah bertengkar?" Tuan Oh muncul dari arah dapur.

"Ayah! Sehun pergi ke Jepang sendirian..." Adu Jongin yang memeluk tuan Oh, tentu saja itu aktingnya yang sangat sukses.

Memang sejak pertunangan Jongin dan Sehun, menantu tunggal tuan Oh itu sangat dimanja dengan ayah Sehun.

"Apa?!" Tentu saja tuan Oh marah mendengar aduan menantu kesayangannya itu, "Yak! Sehun! Beraninya kau pergi sendirian tanpa Jongin!".

"Bukan begitu ayah..."

"Lalu apa? Jangan harap kau bisa pergi tanpa Jongin ya!" Seperti Jongin, tuan Oh terlihat benar-benar marah.

"Dengarkan aku dulu ayah! Aku itu disana mau kerja dulu! Setelah itu, baru Jongin menyusul. Jadi, dia tidak bosa menungguku. Ini pekerjaan yang aku tunda dua minggu lalu karena acara hari ini." Kesal Sehun yang mulai meninggikan suaranya

HARAPAN (SeKai) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang