13. Namgoong Su

762 100 3
                                    

Dua tahun berlalu dengan cepat...

Yan sering menghabiskan waktu di luar untuk bertemu Mu Chen. Mereka sering makan bareng. Keduanya foodie sejati.

Mereka tidak pernah melewatkan ketika ada restoran baru yang dibuka di Ibukota.

Mu Chen mentraktir Wu Ming di salah satu restoran miliknya.

Mereka menempati meja di balkon yang menghadap ke jalan.

Mereka sedang menikmati hidangan lezat ketika ada kerusuhan di jalan.

Dua orang pendekar berpedang sedang bertarung dengan sengit.

Mu Chen mengusap dagunya.

Yan terlihat sangat fokus dalam menikmati pertarungan. Tangannya tidak tinggal diam seolah sedang memegang sebuah pedang.

Duel berlangsung selama lima belas menit saja. Petarung yang kalah diangkat pergi oleh temannya.

Mu Chen berdiri dan bertanya, "Lama tidak bertemu, Tuan Namgoong. Apa kau berkenan naik ke atas sini? Aku ingin mengundangmu makan."

Namgoong Su menoleh ke atas. Ia tersenyum lebar. Ia mengenal baik Mu Chen. Ia seorang pedagang yang cukup berhasil di Ibukota.

"Tentu saja."

Mu Chen menoleh ke Yan.

Ia bertanya, "Kau tidak keberatan, kan, Wu Ming? Kami sudah lama tidak bertemu."

"Tentu saja boleh. Aku sudah sering mendengar kabar tentang Tuan muda Namgoong Su."

"Oh? Kau mengenalnya?"

"Jurus pedang tadi sangat rumit dan secepat kilat. Orang biasa tentunya tidak mampu mempelajarinya."

Namgoong Su duduk setelah menyapa Mu Chen.

Yan memperkenalkan diri, "Namaku Wu Ming. Senang bertemu Tuan Namgoong."

Namgoong Su menaruh satu tangan di atas tangan lainnya. Salam hormat ala Wulin.

Yan memuji, "Jurus pedang tadi sangat menakjubkan. Cepat dan sulit dihindari."

"Benarkah?"

"Yeah. Mungkin hanya jurus Sichuan Dang saja yang bisa mengimbangi."

"Kurasa Kau salah. Jurus tadi..."

Mereka asyik berbincang mengenai jurus pedang layaknya dua orang ahli.

Mu Chen diam saja sambil tersenyum. Ia bukan ahli pedang. Tidak mampu ikut berbincang bersama mereka.

Ia meraba cambuk yang melingkar di pinggangnya. Ia hanya mampu melindungi dirinya sendiri saat dibutuhkan.

Mu Chen menyesap tehnya.

Yan tiba-tiba tersadar kalau Ia sudah bicara terlalu antusias. Ia menggaruk kepalanya. Bukan gayanya membuat seorang teman merasa tidak nyaman.

"Maaf, Mu Chen."

"Tidak apa. Kau sangat antusias belajar jurus."

"Karena menyenangkan."

Namgoong Su tertawa. Ia sendiri seorang gila pedang. Sudah lama Ia tidak bertemu seseorang yang mampu mempelajari jurus seperti Wu Ming.

Ia seperti bertemu teman sejati.

Namgoong Su berkata, "Kita harus berbincang lagi lain kali."

"Tentu saja. Aku sering mampir ke penginapan Bangau Emas setiap bulan. Titip salam saja jika kau ingin bertemu."

"Baik. Maaf, Aku harus pergi. Temanku sudah menunggu."

Namgoong Su pergi setelah memberi salam ala Wulin.

Pangeran Yang Terlupakan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang