Chapter 60

698 40 7
                                    

"Bedebah kecil yang menggemaskan. Teruslah berusaha kabur. Semakin kau menderita, penisku semakin bergairah."

Di seberangnya, Hansoo gemetar. Dengan wajah yang kelihatannya mau menangis kapan saja, dia melihat sekitar dengan cepat seolah mencari tempat untuk kabur. Di belakangnya, si road manager berdiri dengan wajah penasaran ada ribut-ribut apa. Aku menggertakkan gigi dan mendekati mereka.

"Sial, kalau begitu aku harus memotong penis yang bergairah itu."

Semua kepala menoleh bersamaan. Saat aku mendekati mereka, tatapan tajam terpaku padaku. Aku berdiri jauh dari Hansoo dan memberi isyarat pada si anjing gila.

"Kau punya urusan denganku, kan? Ayo. Aku akan menghancurkanmu sekarang."

Si anjing gila mengenaliku, meringis menunjukkan giginya dan menggeram.

"Apa, kau datang untuk menyelamatkan anak ini? Ah—karena anak ini pernah menyelamatkanmu sebelumnnya?"

"Berhenti menggonggong dan datanglah padaku."

Dan aku menyeringai pada empat orang yang berdiri di belakangnya.

"Kalian semua terlihat lemah, jadi kemarilah sekaligus."

Mereka berempat menoleh mendengar provokasi dariku dan mendekatiku selangkah demi selangkah. Aku melihat mereka dengan mata kosong dan melirik Hansoo. Hansoo, yang berdiri kaku dengan wajah pucat, berusaha berbicara ketika mata kami bertatapan. Tapi aku mendahuluinya.

"Pergilah."

"Ta-tapi..."

"Aku bilang pergilah."

Mendengar perintahku, si anjing gila dan empat orang lainnya menyeringai seolah mendengar sesuatu yang lucu. Mungkin mereka pikir lucu kalau aku menghabisi mereka semua.

"Ah, sial. Kalian lihat bajingan merepotkan ini? Kau mau berkelahi 1 lawan 5?"

Jawaban pertanyaannya datang dari arah yang sangat tak terduga.

"Mm."

Suara keras memenuhi udara. Semua mata bergerak bersamaan lagi. Dan semuanya terdiam. Mereka punya tatapan tercengang yang sama sepertiku. Karena orang yang memberi jawaban penuh semangat itu adalah si road manager. Tadak. Melangkah ke depan, dia bertanya pada si anjing gila sambil menyeringai, berbeda dengan wajah kosongnya yang biasanya.

"Kau mau dihajar oleh paman ini?"

Seperti foto, semuanya berhenti dan bahkan suara pun ikut menghilang. Apa yang dia bicarakan? Lagi-lagi, tak ada yang merespons perkataan road manager. Tidak cukup sehingga dia maju dengan percaya diri, seolah mereka ingin dihajar. Mungkin aku salah dengar. Mungkin itu cuma halusinasi. Tidak masuk akal bagi pria biasa berumur 40 tahunan untuk mengurus lima pria dengan tampang garang. Tapi si road manager membuat kami meragukan telinga lagi.

"Bahkan kalau kalian dihajar olehku, kalian tidak bisa mengajukan gugatan. Paham?"

Dengan serius dia mengatakannya lagi seolah dia sangat khawatir.

"Kalau kau bersikap murahan dan menuntutku, aku akan merobek cabemu."

Kali ini, si anjing gila langsung bereaksi.

"Ha."

Dia tertawa pendek dan mengedutkan bibir.

"Hei, paman. Kau pasti sudah terserang demensia di usia segitu, tapi aku akan menertawakannya, jadi mundurlah tanpa banyak omong."

Tap. Si anjing gila melangkah ke depan dan menunduk dengan tajam.

"Sebelum kau diinjak-injak oleh sepatu ini dan tubuh rentamu berubah menjadi daging cincang."

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang