SL - 17 🤍

1.8K 208 28
                                    

Guys, minta tolong ya. Aku gamau ada yang merekomendasikan karya aku ini atau pun yang lain ke platform mana pun. Entah itu temen kalian pun aku rasa nggak perlu.
Bukan apa-apa, aku cuma takut ada yang jahat lagi. Trauma dikit waktu tau tbtb karya aku nangkring di platform lain pake nama orang lain juga. *mana plek ketiplekk gak diganti sama sekali.. :((

So, aku harap kalian bisa menikmati karya aku dan biarin yang lain ketemu dengan cara mereka sendiri.

Thanks sebelumnya yang udah support ❤️




.*.*.*.


"Kamu hari ini ke kampus?"

Jaziel yang baru saja selesai sarapan itu bertanya pada Ryn. Sembari tersenyum dan memakai jas kerjanya yang telah disiapkan oleh Ryn juga.

"Iya, aku mau pengajuan proposal skripsi. Udah ada janji sama dosen pembimbing ku," Ryn ikut tersenyum menjawab pertanyaan suaminya.

"Hati-hati ya, maaf karena nggak bisa anterin kamu berangkat ke kampus," tutur Jaziel.

"Enggak apa-apa, aku nanti kan barengan sama Nana. Dia yang jemput ke sini kok," jelas Ryn.

Jaziel mengangguk sesaat.

"Kamu mau berangkat sekarang?" Ryn kembali buka suara.

"Iya, aku ada meeting 40 menit lagi. Jadi, berangkat sekarang nggak apa-apa deh daripada nanti kena macet,"

Ryn mengangguk paham, kemudian mulai membereskan piring dari atas meja makan. Sedangkan Jaziel yang tadinya ingin berangkat, namun masih setia di tempatnya.

"Kamu nunggu apa?" tanya Ryn keheranan.

"Cium dan peluknya mana?" Jaziel merentangkan kedua tangannya lebar.

Ryn menghela nafas. "Kamu tuh kayak bayi tau nggak sih, kak?!" keluhnya, namun tetap berjalan dan memeluk sang suami dengan erat.

Jaziel mengusap-usap kepala Ryn dengan sayang, dan sesekali menciuminya.

"Iya, ya.. kayaknya kalo kita punya bayi, aku nggak bakalan jadi bayi lagi nih.." ucap Jaziel tiba-tiba.

Sontak saja ucapan Jaziel itu membuat Ryn langsung melepaskan pelukannya. Membuat Jaziel mengerutkan kening heran dan kebingungan.

"Kenapa?" tanya Jaziel bingung.

"E-enggak kok--"

"Kamu masih belum mau punya bayi, ya?" Jaziel bertanya sekali lagi dengan nada ragu.

Ryn langsung menggelengkan kepalanya cepat. "Enggak kok, Kak. Aku mau punya bayi kapan aja," jawabnya.

"Bagus deh kalo gitu. Aku nggak mau nunda, sebelum aku umur 30 tahun nanti kalau bisa kita udah punya baby. Kamu cepet lulus, abis itu biar bisa fokus sama rumah," tutur Jaziel.

Ryn menundukkan kepala. "Iya," lirihnya tak bersemangat.

Jaziel menarik dagu Ryn, sembari tersenyum tipis. "Kamu keberatan?" tanyanya.

Lagi-lagi Ryn menggeleng. "Enggak kok, Kak.."

"Terus kenapa murung?"

Sweet Love - Markmin Gs ✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang