Ditunggu vote dan komennya 🤗
###
Rae Hyun sama sekali tidak mengerti antusiasme An Na ketika melihat makanan rumahan yang dia dan Jae Min bawa. Maksudnya, apa menariknya kimchi jjigae dan kawan-kawannya?
"An, kamu udah berapa lama nggak makan?" Tanya Rae Hyun saat melihat betapa lahap An Na makan.
"Kemarin aku makan sandwich," jawab An Na teringat.
"Kalau makan nasi atau makanan rumahan?" Rae Hyun bertanya lagi.
An Na tidak berhenti makan saat bergumam, "sepertinya sudah lama," katanya.
Rae Hyun langsung mengangguk, seolah pernyataan yang tidak dia lontarkan sudah terjawab. Lelaki itu menyorongkan piring-piring berisi lauk lain ke arah An Na.
"Makan yang banyak! Masakan ibuku adalah yang nomer satu loh!" Ucap Rae Hyun yang langsung mengaduh karena Jae Min menjambaknya.
"Kamu pikir yang butuh makan cuma dia?" Omel perempuan bar-bar itu, melepaskan tangannya dari rambut Rae Hyun begitu selesai mengomel.
"Dae Han nggak ikut makan?" An Na bertanya ke arah Yoo Shin yang tampak memakan makanannya dengan tenang.
"Kalau dia butuh, dia akan makan. Kita nggak boleh ganggu konsentrasi dia," jawab Yoo Shin.
"Dia nggak ikut rapat kalau gitu?" Sahut Rae Hyun, melirik ruang kerja Dae Han sekilas.
"Nggak apa-apa. Lagian, belum ada hal yang perlu kalian lakukan. Untuk sementara, biar aku yang cari info. Kalian bisa jelasin ke Dae Han kalau nanti dia tanya," balas An Na.
"Bukannya kamu bilang, kamu punya rencana?" Jae Min menaikkan satu alis.
"Iya," jawab An Na. "Kita akan mencari info tentang akar dari perjudian itu dan menghancurkannya. Agar bisa lancar, kita harus melakukan beberapa hal. Kita harus menyusup ke dalam tempat judi itu, mencari sumber dana, pemimpin atau apalah. Ini harus dilakukan oleh orang yang wajahnya belum pernah dilihat oleh para preman yang datang ke sini!"
"Dan udah nyaranin supaya kita minta bantuan ke Ae Rae," sahut Yoo Shin.
"Ae Rae? Mantan pacar Dae Han?" Jae Min terkesiap kaget, tapi Yoo Shin mengangguk dengan tenang.
"Kalau ada orang yang mau bantu Dae Han di segala kondisi, selain kita, pasti Ae Rae orangnya!" Ucap Yoo Shin.
"Tapi, Dae Han pasti ngamuk kalau tau Ae Rae terlibat!" Kata Rae Hyun mengingatkan dengan nada cemas.
"Kenapa nggak An saja?" Tanya Jae Min.
"Aku mau deketin adiknya Dae Han. Mungkin udah terlambat, atau mungkin belum," jawab An. "Yang pasti, cuma aku yang bisa ngelakuin ini!"
"Ngelakuin apa? Emang apa hubungannya masalah ini sama adik Dae Han?" Tanya Jae Min bingung.
"Jadi bantuan yang dia tunggu, ngeluarin dia dari lingkar depresi karena kondisi keluarganya," jawaban An Na membuat Jae Min dan Rae Hyun terdiam.
"Tapi, Min Gi itu remaja nakal. Dae Han aja nyerah?" Gumam Rae Hyun pesimis. "Lagian, gimana caranya kamu mau deketin dia?"
"Jadi petugas kesehatan di sekolahnya," jawab An Na enteng.
"Aku yang akan ngomong ke Ae Rae soal masalah ini, dan kamu juga udah ngurus semua hal yang kamu perlukan sendiri. Terus, selanjutnya kami ngapain?" Yoo Shin mengganti topik pembicaraan, seolah tidak meragukan kemampuan An Na untuk menghadapi remaja bebal seorang diri.
"Kamu, awasi Ae Rae," An Na menatap Yoo Shin sungguh-sungguh. "Anggap aja bodyguard atau apalah! Biar gimana pun, yang tugasnya paling bahaya. Kamu tau kan cara supaya nggak ketahuan atau di kenali sama orang-orang di tempat judi itu?"