01

0 1 0
                                    

Tatapanmu begitu indah. Untuk pertama kalinya, aku terpesona.

Di saat bersamaan, jantungku berdebar. Ku pikir, ini hal biasa yang terjadi pada semua manusia. Namun, ternyata berbeda.

Ram, 13♡

♪♪♪

"Sasa!"

Seruan semangat dari sosok gadis membuat pandangan pria itu, mau tak mau menoleh. Ia menanggapi dengan senyuman manisnya.

Gadis itu berlari ke arahnya sembari merentangkan ke dua tangannya. Lalu di sambut baik oleh pelukan hangatnya.

"Kangen~" ujar gadis itu dengan manja.

Memilih tak menjawab, ia hanya mengeratkan pelukan pada gadisnya.

"Kamu kapan pindah ke sini?" tanyanya setelah mendongakkan kepala.

"Hm, mungkin sekitar dua hari? Aku lagi nyari apartemen dulu," jawab pria yang di panggil dengan nama Sasa itu.

Gadis bersurai panjang bergelombang tersebut tampak mencebikkan bibirnya. Namun berusaha ia sembunyikan. "Oke, aku tunggu kamu!"

"Jangan menunggu, aku senantiasa ada di hatimu," ucapnya dengan tatapan teduh di balik lensa kacamata miliknya.

Ramina, gadis itu menutup matanya menggunakan sebelah tangannya. "Aduh! Silau banget!" jeritnya tertahan.

"Kok bisa, ya, kamu seganteng ini, Sa?" tanya Ramina bersama tatapan polosnya.

Pria itu mengalihkan pandangannya ke samping. Ia jadi salah tingkah ketika di puji oleh pacarnya.

"Biasa aja kok!" balasnya gugup.

♪♪♪


Ramina Virendra. Gadis yang memiliki tatapan seperti ikan mati. Namun begitu ceria dan juga berseri.

Hobinya mendengarkan musik dengan nuansa klasik, tanpa mendengar suara berisik. Hanya ketenangan sembari membaca lirik.

"Ram."

Begitulah ibundanya memberi nama panggilan padanya. Seperti pacarnya yang selalu memanggilnya dengan panggilan itu.

"Apa, Ma?" sahut Ramina kala sang ibu memanggilnya.

"Sini makan, sekalian ajak Versa juga!" teriak ibunya dari arah dapur.

Dengan cepat Ramina menutup bukunya. Dia sudah lelah belajar bersama Versa. Walau belum mencapai 10 menit pun.

"Ayo, Sa!" ajak Ramina semangat.

"Tapi kamu belum selesai jawab soalnya," ucap Versa berusaha menahan tangan Ramina.

Ramina memandang datar ke arah Versa. "Kamu aja yang kerjain, aku males."

Hanya gelengan kepala yang bisa Versa lakukan, ketika melihat Ramina berlari keluar kamar setelah melontarkan beberapa kata tadi.

Namun, Versa tak kuasa jika ingin memarahi Ramina. Gadis itu terlalu lembut untuk di marahi. Dan, itulah yang membuat Ramina menjadi kelemahan terbesar bagi seorang Versa Aldhiyaksa.

***
Idih krinjs banget ceritanya!!

THIRTEEN DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang