8

1 0 0
                                    

Setelah menyadari bahwa dirinya menjadi tontonan siswa lain, Kimi merasa malu. Ia kembali teringat kata-kata yang keluar dari mulut Sari. Ia mengusap pipi mulusnya yang dipenuhi cat hitam dan melihat cat hitam itu yang kini menempel di tangannya. Kimi benar-benar tidak tau harus apa sekarang ia hanya menundukan kepalanya.

Tiba-tiba Hojun datang menghampiri Kimi sambil melepas jaket jeans yang ia pakai, kemudian ia gunakan untuk menutupi Kimi dan membawa Kimi menjauh dari sana. Karena siswa lain mulai merekam Kimi dengan ponsel mereka. Sambil merangkul Kimi, Hojun mencari tempat yang aman untuk saat ini. Dan ya mereka pergi ke taman sekolah yang berada di belakang gedung.

“Duduk di sini.” Ucap Hojun pada Kimi yang masih bersembunyi di jaket jeans milik Hojun.

Kimipun duduk tanpa melepas jaket itu dari wajahnya. Dengan tatapan bingung Hojun membuka percakapan.

“Maafin gue soal kejadian di gerbang tadi.” Ucap Hojun berusaha mengalihkan suasana agar Kimi tidak mengingat kejadian di kelas.

Tidak mendengar jawaban dari Kimi, Hojun hanya mendengar isak tangis kecil dari balik jaket jeans itu. Kemudian ia duduk di samping Kimi tanpa berkata apapun lagi. Semakin lama semakin keras isak tangis Kimi. Kimi akhirnya menumpahkan semua air mata yang sedari tadi ia bendung dan bersandar di bahu lebar milik Hojun. Hojun hanya duduk santai dengan hati kecil yang sedikit mencemaskan Kimi.

Setelah beberapa menit, Kimi berhenti menangis dan keluar dari persembunyiaannya dibalik jaket. Dia tersadar bahwa Hojun membantunya. 

“Iya gue maafin.” Ucap Kimi yang teringat ucapan maaf dari Hojun tadi.

Hojun tersenyum menatap wajah Kimi yang masih menghitam karna cat. Ia beranjak dari duduknya menuju wastafel dan membasahi saputangan miliknya. Kemudian kembali duduk disebelah Kimi yang kini sedang bengong. Hojun mulai mengusap lembut saputangan tadi ke pipi mulus Kimi.

“Bisa ilang ga ya muka cemong ini?” ledek Hojun dibalas tatapan tajam Kimi.

“Seneng kan lo gue diginin?” Ucap Kimi curiga.

“Kalo seneng, ngapain gue bawa lo kesini?”

“Harusnya gue biarin aja tadi lo ditonton satu sekolah. Harusnya gue bodo amat orang-orang rekam muka cemong lu ini.” Lanjutn Hojun dengan sedikit kesal kecurigaan Kimi.

Kimi terdiam, ia merasa bersalah atas ucapannya tadi karena mau bagaimanapun Hojun sudah menolong Kimi dari jurang kehidupan.

“Ok ok maaf, dan makasih udah bantu gue.” Kimi kembali menunduk.

“Lo tuh harus minta maaf sama diri lo sendiri, kenapa diem aja diinjek-injek sama orang? Bela diri lu.” Jawab Hojun.

“Karna emang fakta yang dia bilang, gue miskin dan gue emang ga seharusnya berteman sama orang kaya.”

“Cuma orang bego yang setuju sama omongan itu. Lo pinter, masuk sekolah ini karena prestasi lo, harusnya mereka yang malu masuk sini pake duit orang tua, mereka bego. Ga ada si miskin dan si kaya disini, yang ada cuma si pinter dan si males. Ga ada batesan lo mau berteman sama siapapun.”

“Gue kira lo cewe tangguh, ternyata...”

“Gue rapuh kalo soal harta.” Potong Kimi.

“Mau sepinter apapun lo, kalo dilawan pake harta lo bakal kalah. Itu fakta yang gue takutin.” Lanjutnya sendu.

“Kalo ‘si pnter’ dilindungin sama ‘si males yang banyak duit’ ini, bisa menang?” Ucap Hojun menghibur.

“Apaan si lo.” Jawab Kimi tersenyum menyenggol Hojun.

Kemudian Hojun melanjutkan membersihkan muka Kimi dengan saputangan tadi. Kimi tertegun dengan sisi lembut Hojun yang selama ini ia pikir menyebalkan. Setelah wajah Kimi dibersihkan meskipun tidak bersih total, Hojun beranjak dari duduknya memakaikan jaket jeans miliknya kepada Kimi untuk menutupi seragam Kimi yang juga terkena cat.

“Gue pinjem dulu ya jaket ini, nanti gue cuci dulu di rumah.” Ucap Kimi.

Kemudian dibalas anggukan tipis oleh Hojun.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang