{10}

803 36 0
                                    

Lelah hari ini semoga menjadi pahala. Hampir magrib rapat BEM baru selesai. Banyak pembahasan yang di bahas untuk acara yang akan di selenggarakan.

Anak-anak BEM juga sudah membubarkan diri dari ruangan. Alan pun sudah pamit pulang duluan padanya.

Fiqri memutuskan untuk magrib di masjid kampus karena adzan hampir tiba. "Gak pulang?,"tanya Alaska yang tengah membereskan barang-barangnya.

"Nunggu adzan. Sholat magrib dulu disini,"ucap Rifqi.

"Gue ikut lo ya,"ucap Alaska. Fiqri mengangguk.

Selepas semua di kemas mereka keluar dari ruangan dan berjalan menuju masjid kampus.

"Galau amat muka lo akhir-akhir ini, fiq," celetuk Alaska di sela-sela perjalanan mereka.

"Lo kalau di jodohin orang tua lebih pilih mana? Ikut orang tua atau cari pendamping hidup sendiri?,"tanya Fiqri tiba-tiba.

Alaska menoleh pada kawannya itu, "lo mau di jodohin? Zaman udah elit sekarang bukan zaman siti nurbaya lagi,fiq. Masih aja orang tua lo main jodoh-jodohan,"ucap Alaska.

"Tapi kalau gue ya, gue si ikhtiar cari sendiri dulu. Ya kalau emang belum bener-bener dapet yang cocok gue ikut perjodohan,"ucap Alaska.

"Mau di jodohin sama siapa,hm?,"tanya Alaska. "Anak temen bokap gue,"ucap Fiqri.

"Fiq, kalau gue boleh saran nih ya. Lo mending ngomong deh sama bokap nyokap  lo dari sekarang-sekarang kalau lo gak mau di jodohin. Orang tua mah kalau ngejodohin anaknya kaya valentino rossi bawa motor. Sat set sat set tiba-tiba udah nentuin tanggal nikah aja. Lo mau kaya gitu?,"tanya Alaska. Fiqri diam.

"Gue tau lo gak mau,fiq. Ngomong coba sama bokap nyokap lo. Ya untung-untung kalau lo juga punya tambatan hati jadi langsung bilang sama bokap nyokap lo kalau lo gak mau di jodohin dan lo udah nemu calon pendamping hidup yang pas buat diri lo. Biar langsung tancep gas tarik ke penghulu, iya nggak?"tanya Alaska menaik turunkan alisnya.

Sebenarnya itu juga yang menjadi bahan pertimbangannya dari kemarin. Ia tengah menimbang-nimbang untuk melakukan langkah selanjutnya. Ucapan yang mas Yusuf katakan kemarin dan ucapan Alaska hari ini pun ikut menjadi bahan pertimbangan.

Fiqri memang sudah seharusnya mengambil langkah tegas. Ia harus berbicara pada abah sebelum abah merundingkan soal perjodohan dengan keluarga kyai Hanan.

🦩

Selepas menunaikan sholat magrib Fiqri langsung pulang. Saat di pertengahan jalan ia memberhentikan motornya membeli martabak untuk orang rumah.

Saat tengah menunggu martabak mata Fiqri tak sengaja melihat ke arah seberang jalan.

Seorang perempuan yang sudah berusia lanjut duduk di dekat gerobak sampah sembari memakan nasi bungkus. Tapi yang mengalihkan atensinya yaitu perempuan yang ada di sebelahnya.

Perempuan berkerudung coklat susu yang ikut makan di pinggir jalan bersama seorang ibu berusia lanjut di pinggir jalan. Dengan lugunya mereka makan sambil sesekali tertawa.

"Mas,ini martabaknya," suara penjual martabak berhasil memecahkan atensi Fiqri.

Fiqri langsung menerima sodoran kresek putih yang berisi kotak martabak, "Berapa pak?," tanya Fiqri.

"Dua puluh lima ribu aja,mas,"ucap penjual. Fiqri langsung memgeluarkan dompetnya. Mengambil satu lembar uang lembar berwarna biru dari dalam sana.

Fiqri lalu menyodorkan uangnya pada sang penjual. "Pak, mau tanya boleh?,"tanya Fiqri.

"Boleh,mas. Selagi saya bisa jawab monggo di tanya,"ucap sang penjual itu.

"Bapak kenal dua perempuan di seberang sana yang dekat gerobak sampah?,"tanya Fiqri. Bapak penjual martabak itu mengarahkan pandangannya ke seberang jalan sana.

"Ndak tau, mas. Kenapa memang mas?,"tanya bapak itu. Fiqri menggeleng, "Ndak apa-apa, pak. Yaudah pak kalau gitu saya permisi dulu ya. Assalamu'alaikum,"ucap Fiqri.

Fiqri langsung berjalan pergi menuju motornya setelah mendapat jawaban salam dari bapak penjual martabak itu.

Setelah sampai di tempat motornya di parkirkan fiqri langsung menaiki. Tak lupa ia mengenakan helm juga.

Sebelum benar-benar pergi meninggalkan tempat itu mata Fiqri kembali tertuju pada orang yang berada di seberang jalan sana.

Hanya lima detik fiqri melihat ke seberang jalan sana selepasnya ia menurunkan kaca helmnya lalu melajukan motor untuk pulang ke rumah.

🦩

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang