Luke's POV
Aku pindah ke kota ini dan ayah langsung mendaftarkan aku di sekolah ini begitu saja.
Aku berkenalan dengan wanita cantik di kelas pertamaku. Namanya
Paige, dia ramah dan lucu. Aku harap dia bisa menjadi penyelamatku.*
Sepulang sekolah, aku merasakan hal aneh ini muncul lagi di tubuhku. Setidaknya aku bisa menenangkan diri dengan mendengar musik di taman yang sepi ini.
Tiba-tiba ia datang dan mengajakku bercakap. Aku menceritakan tentang ibuku dan itu membuat aku mengingat semuanya.
Mungkin saat ini mataku mulai memerah, aku hampir tidak bisa mengendalikan emosiku lagi. Ia perlahan pergi dariku.
*
"Luke, Kau tidak seharusnya pulang semalam ini." kata Ayah.
Aku langsung pergi ke kamar tanpa memperdulikan perkataan ayah yang tidak penting itu.
Aku membaringkan tubuhku di kasur seraya melihat kelangit-langit kamarku dan memejamkan mataku. Beberapa saat kemudian mataku memaksa untuk terbuka. Aku meraih kotak obat yang selalu tersedia di kamarku dan mengambil sebuah pil tidur.
Aku menelan pil itu berserta air putih. Beberapa saat kemudian kantuk menghampiriku dan membuat aku tidak merasakan apa-apa.
Perlahan mataku terbuka dan membuatku melihat sinar matahari menyinari kamarku yang gelap. Selimut di tubuhku membuatku hangat di pagi hari yang dingin ini. Aku baru menyadari sesuatu, aku tidak mematikan lampu dan menyelimuti tubuhku.
Aku mengenakan kaos bersertai jaket untuk bersiap melakukan olahraga kecil di sekitar rumahku.
Paige's POV
Bunyi alarmku membuatku terbangun dari mimpi indahku bertemu Justin Bieber. Aku berusaha untuk menggapai jam weker yang berada di meja dekat kasurku. Aku berencana akan menepi ke kasur dan mematikan alarm itu. Tapi semua itu gagal.
Aku berguling terlalu cepat menyebabkan aku terjatuh dari kasur dan kepalaku terbentur meja. Meja itu berguncang menyebabkan jam wekerku jatuh ke arah wajahku.
Setelah perjuangan untuk berdiri, aku membuka kaca kamarku seraya menghirup udara pagi yang sejuk ini. Aku mendapati pemandangan indah bersama lelaki sedang lari kecil di depan rumahku.
'Bukankah itu Luke' batinku sambil melotot ke arah lelaki itu. "Hey, Luke!" Teriakku berharap lelaki itu adalah Luke.
Lelaki itu menoleh ke arah kanan kirinya dan matanya mendapati aku sedang tersenyum lebar.
"Hey Paige!" Teriaknya sangat bergembira.
Aneh bukannya kemarin pulang sekolah ia sedang sedih.
Luke melanjutkan lari kecilnya sambil menunduk. Aku mengamatinya terus, beberapa saat kemudian Luke terbentur tiang.
"Luke! Apakah kau baik-baik saja?" Teriakku dengan sangat berharap Luke mendengarku. Tetapi nyatanya ia malah menendang-nendang tiang itu. Aku hanya tertawa kecil.
Aku menuruni anak tangga satu demi satu dan mendapati mom dengan remote TV di tangannya. Matanya terarah ke TV dan tidak menyadari kehadiranku di sini. Setelah beberapa saat aku berdiri, mom melihatku dengan terkejut dan menyuruhku untuk duduk di kursi meja makan.
"Kau mau makan apa untuk pagi ini?" Katanya sambil menaruh piring di meja depanku.
"Roti, tolong?" Jawabku dengan manja.
"Ok."
Mom mengambil 1 roti dan mengolesinya dengan selai coklat kesukaanku. Ia menaruh di atas piringku dan mengode untuk melahapnya.
*
Aku mencari Luke yang daritadi belum muncul di sekolah ini. Aku ingin sekali bercakap dengannya dan mengenalnya lebih jauh lagi.
"Paige, kau seperti mencari sesuatu." Kata Andrea yang terlihat bingung.
"Aku tidak mencari apa-apa." jawabku sambil melirik ke kanan dan kiri.
"Aku tau kau, Paige." Katanya sambil merangkulku.
"Baiklah. Aku mencari Luke." kataku sambil menunduk tanpa melihat Andrea.
"Kau ada masalah dengannya?." Tanya Andrea.
"Tidak, hanya penasaran dia akan masuk ke kelas mana hari ini." Dustaku.
"Baiklah, perlu kita mencari ke seluruh sekolah ini untuk mendapatkan pangeranmu itu?." Katanya sambil muka kesalnya.
"Tidak." Jawabku singkat sambil berjalan ke kelas musik.
Di kelas musik terlihat sekelompok lelaki sedang bernyanyi dengan gitar di tangan mereka masing-masing. Mata Andrea langsung berkilau melihat mereka, dan aku di sebelah Andrea memilih untuk tidak berekspresi.
Andrea sengaja untuk duduk di dekat mereka. Tidak kusangka Andrea bercakap kepada mereka.
"Hey Guys! Siapa nama kalian?." Teriak Andrea kepada sekelompok itu.
"Hey, namaku ..... Dan ini .... "
Thanks yang sudah bacaa;) Maaf kalo ngebosenin huhuhu baru cerita pertama, jadi rada bingung. Jangan lupa pencet bintangnya ya hahaha a.k.a vote hehehe. ily xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Tourmenté (Bahasa Indonesia 5sos Fanfic)
FanfictionWalaupun begitu menyakitkan, Aku harus tetap bisa menutupi rasa sakit di hatiku. "Aku senang jika kau senang Luke." Batinku sambil tersenyum. Apakah mungkin semua ini berubah menjadi bahagia?