Octagon 3 - 94 : Merantai Hari

248 39 51
                                    

Setelah mengantar Hongjoong pada spot yang dituju, Yunho beranjak untuk meninggalkan lelaki itu bersama Mingi, dengan Younghoon yang langsung mengikutinya. Tak menunggu di sekitar, mereka memilih melakukan hal lain, lantaran setelah ini pun, Mingi bisa kembali bersama Hongjoong.

Jadi memang, di area yang sepi itu, hanya ada Hongjoong dan Mingi.

Duduk berdampingan, yang satu--yang sejak tadi berada di sana--menekuk lututnya. Satu lagi yang baru datang, memilih untuk bersila.

Arah mereka menatap hanya lurus pada lautan yang membentang luas.

Sehingga waktu digunakan untuk diam lebih dahulu, merasakan hembusan angin dan matahari yang mulai terik, naik ke atas kepala di awal musim panas itu, dan kemudian hanya diam. Hanya diam lagi dalam beberapa waktu.

Hongjoong tak memulai.

Biarkan Mingi yang melakukannya, setelah menit berlalu.

"Soobin benar... dibunuh?"

Tak perlu menebak, topik pembicaraan mereka tentu mengenai Soobin.

Sebelum menjawab apapun, Hongjoong melihat ke arahnya--yang bermata sembab juga lelah--untuk mengatakan hal yang harus dikatakannya. "Gue minta maaf karena bikin kekacauan di akhir pemakaman. Itu karena gue gak rela, kalau Sadewa lepas gitu aja."

"Paham kok..." Mingi berbisik. "Gue cuma berharap bisa ada di sana lebih lama kalau misalnya tau, hal kayak gini bisa kejadian..."

Hongjoong semakin merasa bersalah, terlebih karena dia tahu bagaimana sistem pemakaman elit--dahulu, neneknya juga dimakamkan di sebuah pemakaman elit, jadi Hongjoong sudah mengerti. "Gue salah, tapi, sekalipun kita udah balik ke ibukota, lo gak akan bisa ke makam Soobin, Gi..."

Di sanalah Mingi baru balas menatapnya, dengan pertanyaan.

Tak tega, tetapi Hongjoong harus mengatakannya. "Pemakaman elit, apalagi Heaven's Gate itu ketat. Ada daftar nama yang didaftarkan pihak keluarga untuk dapat berziarah. Jadi, kita takkan bisa lagi."

Mingi hampir jatuh dalam tangisan, yang mendadak menyerang--dadanya pun tiba-tiba menjadi sesak.

Rasanya Hongjoong benar berdosa. "Gue minta maaf, Gi..."

Untuk menahan, Mingi menggigit bibir bawahnya lalu melihat ke arah lain--menjauhkan tatapan dari Hongjoong.

Selagi Hongjoong mencoba menyentuh punggungnya secara hati-hati. "Tapi kita bisa, cari waktu di mana ada yang dimakamkan lagi di sana, lalu menyelinap masuk. Itu pun kalau berhasil. Karena... area makam di sana saja sebenarnya memiliki CCTV."

"Gue gak tau diri sebenarnya kalau marah sama lo..." Mingi melanjutkan dalam cicitan.

Hongjoong langsung menggelengkan kepalanya, pun menariknya ke dalam pelukan, tanpa keraguan--karena Hongjoong ingat, Mingi pun melakukannya padanya, beberapa waktu lalu. "Gak, Gi. Marah aja. Gue salah... juga, karena gue bawa Soobin keluar dari rumahnya... gue salah dan lo berhak marah..."

"Gak bisa..." Mingi berbisik rapuh, namun posisi duduknya sedikit berbelok ke arah Hongjoong, membiarkan sosok itu memeluknya, selagi dirinya masih memeluk lutut sendiri dengan erat. "Gak bisa... gue seakan gak bisa ngabaiin apa yang udah lo kasih ke gue... jadi gue gak bisa marah walau ada sedikit keinginan buat itu..."

Seluruh kalimat itu hanya membuat Hongjoong semakin terkekan akan kesalahannya.

Walau begitu, Hongjoong tak menyalahkan Mingi.

Karenanya, Hongjoong membenarkan posisi dan membuka kedua kaki Mingi. Agar Hongjoong bisa menariknya lebih erat ke dalam sebuah pelukan. Pelukan yang Hongjoong harap dapat menenangkannya.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang