(cr instagram feed blu: pinterest).
Aku berdiri, menunjuk arah pintu bawah dengan kepalaku, menyuruh mereka untuk pergi bersiap lebih dulu, lalu berjalan keluar dari ruangan Amphitheater menggunakan pintu atas.
"BLU."
Baru beberapa langkah keluar dari ruangan Amphitheater, suara yang sudah aku kenali selama lebih dari 10 tahun itu memanggil dengan santai. For your information, tidak ada orang dikantor ini yang berani memanggilku dengan nada santai tanpa embel-embel seperti yang baru saja dilakukan orang ini, ya mungkin karena aku cukup disegani. Menoleh, aku mendapati Reina sedang ngibrit lari ke arahku sambil tersenyum lebar, menggunakan Jas putih yang sedikit kebesaran di tubuhnya yang mungil.
Blunarila Anastasya, atau orang-orang biasa memanggilku Blu- karna namaku cukup panjang dan susah untuk di eja. Aku juga tidak tahu kenapa namaku bisa serumit ini karena aku yakin bukan orang tuaku yang membuat nama ini karena mereka sudah membuangku saat aku berumur 4 tahun. Entahlah, aku tidak tahu pasti dan tidak mau tahu juga.
Mungkin juga ibu panti yang dulu menerima dan mengurusku yang membuat nama ini. Tapi, bukankah Ibu Ratna pemilik panti yang menjadi tempat tinggalku selama 14 tahun itu sangat kreatif karena memberikan nama serumit ini untukku? Oh, tidak bermaksud menyinggung, aku menyukai namaku kok.
Saat umurku 15 tahun, seorang duda membawa anak perempuannya yang seumuran denganku datang ke panti asuhan, awal mulanya mereka hanya datang dalam jangka waktu dua sampai tiga bulan sekali sambil membawa sembako yang diperlukan dipanti. Betul, anak perempuan itu adalah Raina. Wajahnya yang mungil dan kulitnya seputih susu, berbeda dengan warna kulitku yang agak tan. wajahku yang kaku serta jarang sekali tersenyum, sedangkan cewek itu seratus delapan puluh derajat berbeda sekali denganku, dia selalu ramah dan mudah bergaul dengan semua anak-anak dipanti, termasuk (mencoba) ramah kepadaku, tetapi selalu ter-abaikan karena aku lebih memilih menjauh dari gerombolan anak-anak tersebut. Entah lah, aku benar-benar tidak nyaman berada didalam keramaian.
Reina bisa dibilang memiliki kepribadian yang tangguh dan pantang menyerah, dia semakin sering menempel padaku walaupun sudah kuabaikan berkali-kali setiap kali dia mengajak mengobrol atau bermain. Tidak hanya itu, kunjungannya ke panti pun semakin rutin bersama Papanya, yang biasa hanya datang dua sampai tiga bulan sekali, lama kelamaan menjadi seminggu sekali hanya untuk mendekatiku. Apa dia tidak punya malu atau dia tidak punya hal lain yang harus dilakukan?
Pendekatan yang dilakukan Reina tidak pernah kendur sampai beberapa tahun lamanya, membuatku sedikit demi sedikit merasa rileks saat berada didekat cewek ini, tapi tidak membuat pertahanan kokoh yang selama ini aku bangun langsung runtuh, aku bukan cewek seperti itu, mungkin karena pernah dikecewakan saat masih kecil, membuatku tidak mudah percaya pada orang lain.
Saat umurku 18 tahun, Papa Reina- Om Toriq mengajakku tinggal bersama mereka dan mengangkatku menjadi anak atas permintaan Reina. Awalnya aku ragu dan sempat menolak ajakan tersebut karena umurku yang sudah tergolong legal dan cukup dewasa untuk diadopsi, biasanya orang tua angkat yang mau mengadopsi anak lebih memilih balita atau anak berumuran 1-12 tahun. Akhirnya, setelah Reina membujukku dengan tampangnya yang memelas, aku menerima pengangkatan anak tersebut dan tinggal bersama mereka selama kurang lebih 10 tahun, tepat tahun lalu, aku pindah ke apartement yang aku beli atas namaku sendiri, meninggalkan Reina dan Papa-nya yang bersikeras menahanku untuk masih tetap tinggal bersama mereka tetapi kutolak dengan halus. Bukankah 10 tahun itu lebih dari cukup menerima semua hal baik yang mereka berikan kepadaku? Kalau aku masih tinggal bersama mereka dengan kondisiku yang saat ini sudah berkecukupan, aku tidak tahu cara membalas kebaikan mereka, dan aku merasa menjadi orang yang paling tidak tahu diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me, you and the mission.
RomanceBlu: Aku menjaga rahasianya disaat dia tidak menuntutku untuk melakukan hal itu. Abigail: Cewek ini tidak banyak bicara, tapi mampu membuatku membisu dan melakukan hal yang tidak seharusnya aku lakukan.