ABCC11

30 4 0
                                    

Kami turun dari wahana sambil terkikik kecil dan itu membuatku tidak begitu memperhatikan kemana arah langkahku hingga aku menabrak seseorang.
"ups... maaf, pak~??", aku terdiam karena mendapati siapa yang barusan kutabrak. Beliau adalah pak Yudhistira, kepala sekolah di SMA kami tercinta.

*mateak gaswatt

"oh?", pria paruh baya itu tampak tersenyum sambil menatap bergantian kearah kami berdua, "woalah... bukannya belajar malah mainan di wahana berdua, hmm..", pak Yudhistira menggeleng-gelengkan kepalanya.

Kami berdua hanya bisa tersenyum manyun, "refreshing sir..", celetuk Mr. paimen apa adanya.
*tanda-tanda murid yang siap dikeluarkan dari sekolah karena kekurangan sopan santun.

Pak Yudhistira mengangguk, "iya, saya lihat semua permainan kalian dari awal sampai akhir kok tadi", beliau tampak menahan senyumnya.

Sekali lagi reputasi indahku tidak lagi indah..

"mm... ngapain bapak disin~, ah.. maksud saya anu... bapak~??", kugaruk tengkukku tak gatal bingung untuk menyusun kata-kata sesopan mungkin.
Namun pak kepsek-ku itu sudah menjawab apa pertanyaan isi kepalaku itu,
"iya, lagi nemenin cucu saya main, tuh..", lantas beliau menunjuk kepada seorang anak kecil berumur 4 tahunan yang masih bermain di sebuah wahana dengan bangga.
"masih mau main lagi kah?", tanya pak Yudhistira kembali sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Haikal hampir saja mengangguk namun aku buru-buru menyahut, "n~ndak kok pak, ini mau pulang",

Alis Haikal langsung berkerut, "~!?",
Aku menunduk, "mm", gumamku yang hanya bisa tersenyum manis kepada beliau, "..permisi pak",

Setelah mendapatkan sebuah anggukan dan menyalimi tuan besar kepala sekolahku itu kami pun segera cabut, ah ya... tentu saja dengan gaya yang terhormat dan anggun.
Beberapa saat kemudian setelah berada cukup jauh barulah aku mempercepat langkahku dan langsung menuju eskalator turun ke lantai bawah.

"kok udahan sih ra?", protes Haikal di sampingku. Aku hanya diam sambil menggeleng, "Ara capek kal, lelah..",

*lelah dengan seluruh tingkah laku dan budi pekertimu..

"tapi kan ikal udah beli tiketnya buat semua permainan, sayang loh masih sisa 3 wahana lagi yang belum dicoba", haikal tampak merentangkan seluruh jari-jari tangannya lantas mengatupkan 7 jari di antara mereka.

Aku menoleh dan tersenyum manis mengalihkan gerutuannya, "Ara udah capek wahai baginda raja syurga.. besok-besok lagi mainnya ya", jawabku lantas memalingkan pandanganku
"reputasi ara terancam nih gegara ikal", bisikku pelan dan menghela nafas kecil.

Haikal hanya diam saja sambil sedikit membungkukkan badannya menyetarakan dengan tinggi badanku yang hanya 154 cm ini, "hm?", pemuda itu menaikkan kedua alisnya.
Kutelan ludahku malas sambil mendorong wajah haikal, "diem aja ah nyett",

Haikal pun kembali ke posisi tegaknya semula sambil menahan tanganku agar tidak berulah kembali. Saat ini kami tengah berada di tengah-tengah jajaran para pengunjung lain yang juga sedang berbaris rapi di eskalator layaknya antrian sembako anti korup~ ah, maksudku anti potongan biaya admin.
Sialnya, di saat-saat seperti itulah perutku yang sudah keroncongan malah meraung-raung keras minta diisi.

Shit, dasar perut beradab dan sangat beretika..
Rutukku kesal nyaris lari terbirit-birit mengingat nasib nama baikku yang sudah tercoreng banyak.

Beberapa pengunjung lain yang berada di depan dan belakang kami pun langsung menjadi hening mendengarnya. Jangan bertanya bagaimana denganku yang hanya bisa diam tanpa bisa berkutik.
2 orang perempuan yang berdiri di belakangku tampak terkikik kecil dan aku hanya bisa memalingkan wajah berusaha watados semaksimal mungkin saat perutku kembali berbunyi meraung,
hmm... Ahahh

You're My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang