Eiro merapikan seragam baru dari sekolah barunya dan menata rambutnya sekali lagi sebelum dia akhirnya merasa siap menunggu panggilan guru.
"Nah, Eiro-san, kamu boleh masuk sekarang kok."
Suara seseorang memanggilnya dari dalam kelas.
Eiro tersenyum dan membuka pintu, lalu memasukinya. Menuju papan tulis, dia menulis namanya dengan bahasa Jepang dan menghadap ke para murid sambil mengeluarkan senyum sopan.
"Senang bertemu kalian semua, aku adalah Eiro Eiveren, seorang siswa pindahan dari luar negeri. Aku cukup baru di negara Jepang ini, maka dari itu, tolong jika diriku ini memiliki kesalahan di beberapa hal, harap bisa dimaafkan dan mari kita bisa berteman."
Guru berambut cokelat, Tama-sensei, tersenyum ketika melihat ini. "Jadi Eiro-san, karena kamu telah menyelesaikan perkenalannya, kamu boleh mencari tempat duduk sekarang."
"Terima kasih." Eiro menjawab dengan sopan lagi saat dia melangkahkan kakinya menuju kursi kosong yang ada di kelas.
Semua siswa yang ada di kelas berbisik ketika Eiro melewati mereka dan banyak gadis yang mencuri-curi pandang karena penampilannya yang tampan
Sementara itu salah satu gadis berambut putih menyipitkan matanya saat melihatnya.
Shiori yang duduk di bangku pojok belakang samping jendela terpana. Dia sudah tahu Eiro akan berpindah ke sekolahnya tapi dia tidak menyangka akan dia berada di kelas yang sama dengannya seperti kasus Tohka.
'Apakah Kotori yang mengaturnya?'
Bagaimanapun, dia terus mengawasi sampai; Eiro yang duduk di bangkunya sendiri, tiba-tiba menoleh padanya dan mengedipkan sebelah matanya kepada dirinya yang membuat dirinya memerah.
"Shoiri, apakah kau mengenalnya?"
Suara gadis terdengar dari bangku sampingnya.
"Whoa–!?" Shiori terkejut dan hampir terjatuh yang membuatnya menarik perhatian satu kelas. Memerah, dia menundukkan kepalanya sebagai permintaan maaf karena telah membuat keributan kepada semua orang. Lalu, dia menoleh ke orang yang memanggilnya.
Orang yang memanggilnya adalah seorang gadis cantik, berambut putih, dan wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun selain tanpa ekspresi.
Shiori sebenarnya agak gugup dengan gadis ini karena menurutnya ada banyak hal yang selalu mengejutkan dari dirinya. Dia menurunkan suaranya dan berkata, "A–Ada apa, Origami?"
Origami; gadis yang dipanggil Origami itu tetap tidak mengubah ekspresi wajahnya dan mengulangi apa yang dia katakan tadi.
"Shiori, apakah kau mengenal murid pindahan baru itu?"
"E–Eh... Ya... Kukira..." Shiori tidak ingin berbohong dan memutuskan untuk menjawab jujur. "A–Apakah ada yang salah?"
"Begitu," kata Origami. "Kalau begitu kusarankan untuk menjauhinya sekarang. Dia berbahaya."
"Berbahaya?"
Shiori tahu bahwa Eiro itu berbahaya, tidak, lebih tepatnya itu sangat, sangat, sangat berbahaya dibandingkan Spirit lainnya. Tapi Shiori merasa itu bukan alasan untuk menjauhinya. Setelah interaksinya bersama Eiro kemarin dia tahu bagaimana Eiro mematuhi hukum dan bahkan berusaha untuk mengendalikan kekuatannya yang lepas kendali agar tidak membuat korban. Apalagi dengan kekuatannya yang telah dia segel kemarin, Eiro hampir mirip dengan manusia biasa sekarang.
Tapi itu juga tidak bisa dihindari jika Origami menyebutnya berbahaya. Dia adalah salah satu anggota AST; organisasi yang tanpa ragu untuk membunuh Spirit.
'Mereka adalah organisasi yang langsung membunuh tanpa mencoba berinteraksi dengan mereka (Spirit)... Juga, wajah kebencian Origami saat bertarung dengan Tohka kemarin lalu... dia pasti punya masa lalu yang mengerikan dengan Spirit,' pikir Shiori dan matanya berubah menjadi sedikit sedih saat menatap Origami.
"Benar. Aku tidak bisa menjelaskannya tapi kuharap kau menjauhinya, Shiori."
Origami menekankannya lagi dan Shiori bahkan bisa melihat keseriusannya hanya dari matanya saja.
Itu membuat Shiori agak melembut. Meskipun dirinya tidak terlalu mengenal Origami, jika Origami terlihat begitu mengkhawatirkan dirinya begini, bagaimana dia tidak bisa tersentuh?
Shiori tanpa sadar mengulurkan lengannya kepada Origami dan menepuk kepalanya dengan lembut. Tersenyum baik-baik saja, dia berkata, "Aku tahu kamu khawatir, Origami. Dan aku senang dengan perasaanmu itu. Jadi tolong tenanglah. Aku pasti akan menjaga diriku baik-baik."
Darah mengalir di pipi Origami dan dia tersipu. Tapi dia tidak melawan tepukan kepala dari Shiori dan tetap diam seperti kucing yang keenakan.
Setelah beberapa detik, Shiori akhirnya menyadari bahwa dia mungkin agak tidak sopan kepada Origami dan menarik tangannya dengan cepat sambil tersipu juga.
Sementara itu, Tohka yang melihat keduanya menggeram.
"Origami kurang ajar itu–"
Dia ingin langsung menuju Shiori dan meminta tepukan untuk dirinya juga tetapi bel sudah berdering menandakan pelajaran dimulai yang membuat Tohka tidak bisa berbuat apa-apa. Jarak antara bangkunya dan Shiori terhalang oleh bangku Origami dan dia tidak bisa menerobos begitu saja sekarang karena Shiori mengatakan kalau pada saat jam pelajaran dia tidak boleh membuat masalah, yang dirinya hanya bisa menurutinya.
"Cinta segitiga telah dimulai?" Eiro berkomentar dari bangkunya sendiri saat dia mengamati mereka bertiga.
---
–Waktu istirahat; SMA Raizen.
Shiori menyiapkan bekal makan siangnya di meja dan mengambil sumpit pribadinya untuk memulai makan siang.
Lalu tiba-tiba suara hentakan dari kaki meja terdengar dari sampingnya dan dia melihat Tohka telah memindahkan bangkunya sambil membawa bekalnya juga.
Sebelum selesai duduk, suara hentakan kaki meja keluar lagi dari sisi lain bangku Shiori dan Origami yang memindahkan bangkunya sendiri terlihat.
Shiori berkeringat.
Tohka menggeram dengan ekspresi marah pada Origami: "Kucing pencuri! Apa yang kau lakukan disini?!"
Origami menjawab dengan tenang: "Seharusnya aku yang bilang begitu."
Shiori semakin berkeringat. Dia tahu bahwa ini akan menjadi masalah jika dia tidak segera menghentikannya dan ingin mengangkat kedua tangannya tetapi suara hentakan kaki meja baru datang lagi dari depan bangkunya.
"Yup." Eiro meletakkan bangkunya dengan polos seolah dia tidak tahu apa-apa bahwa ada pertempuran disinI. "Shiori, aku akan ikut makan bersamamu. Boleh kan?"
Origami mengerutkan kening.
Shiori merasa terselamatkan.
Para siswa langsung mengalihkan perhatian mereka kepada Eiro.
Ekspresi Tohka menjadi cerah: "–Eiro! Bagus sekali kau datang kesini! Sekarang bantu aku menyingkirkan kucing pencuri ini!"
Dia menunjuk Origami.
"–Membawa sekutu!? Itu curang." Origami menyipitkan matanya dengan ketidakpuasan.
"Tidak ada yang namanya curang jika dalam perang! Umu!" Tohka menunjukkan ekspresi penegasan. Dia lalu menoleh ke Eiro. "Ayo Eiro––"
Kata-kata Tohka terpotong saat;
[UUUUUUUUUUuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu]
Bunyi alaram berkumandang di seluruh kota.
Seketika, ruangan kelas yang ramai saat waktu makan siang, menjadi hening.
–Ini adalah peringatan Spacequake.
Wajah Origami menjadi ragu-ragu sejenak, sebelum dia membuat keputusan dalam hatinya dan melesat dengan kecepatan tercepatnya, yang hanya meninggalkan bayangan dibelakangnya.
Eiro mengangkat alisnya. Untungnya dia memegang bekalnya dan belum dibuka. Jika tidak itu nanti akan berserakan karena hempasan angin dari Origami.
Shiori menekan earphone ditelinganya saat ekspresinya berubah menjadi serius dan berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Misteri : Eiro (DAL Fanfic)
FanfictionPecahkan misteriku. Aku adalah Sang Misteri. Ungkap apa yang aku inginkan. Ungkap apa tujuanku. Ungkap siapa sebenarnya diriku. Ungkap semua yang membuatmu penasaran. Perhatikan dari setiap kata yang tertulis. Tidak membaca adalah kemalasan. Tidak m...