Prolog

15 4 0
                                    

"Mungkin nanti aku bisa menemukan kebahagiaan yang setia digenggaman"

   Aku gadis pilu yang sedang melawan jahatnya dunia. Menangis tersedu-sedu kala mengingat jahatnya mereka. Entah kapan ini semua berakhir.

   Khumaira Al- Farida, nama indah yang orang tuaku berikan saat aku lahir ke dunia. Bundaku meninggal saat setelah melahirkan ku kala itu. Ayah menangis pilu saat bunda meninggalkan kami berdua. Padahal kebahagiaan baru saja diraih oleh kedua orang tuaku. Namun, dunia berpihak lain.

   Di usiaku yang belum genap 18 tahun kini telah memikul banyaknya berbagai macam hinaan dari orang-orang. Kata mereka, aku adalah anak pembawa sial, yang menyebabkan bundaku meninggal. Bukankah itu semua telah menjadi qodarullah? Bahkan aku pun tak pernah menginginkan ini semua. Jika saja aku bisa tau, bahwa kelahiran ku akan menyebabkan kematian salah satu orang tuaku. Maka, aku lebih memilih untuk tidak dilahirkan kedunia.

   Dikala duniaku sedang hancur-hancurnya, ada ayah yang selalu mengukir senyumku. Dengan rangkulannya yang sangat hangat. Aku menemukan kebahagiaanku hanya bersama ayah, hanya ayah. Ayah selalu mengatakan "ini semua sudah menjadi kehendak Allah nak, mereka semua itu hanya orang-orang yang nggak percaya dengan qodarullah. Kamu nggak usah dengerin omongan mereka. Ayah yakin kamu anak kuat, kamu bisa mengatasi ini semua. Doakan selalu mereka ya, jangan sesekali membalasnya dengan keburukan. Kalau bisa kamu yang harus baik sama mereka".

   Ayahku adalah seorang guru ngaji di TPQ yang tak jauh dari rumahku. Dan setiap setelah sholat subuh dan sholat ashar, ayah selalu berangkat ke TPQ untuk mengajar.

  "Aku yakin tidak semena-mena Allah merencanakan ini semua"


Jangan lupa vote and comen yah...

Senyumku Hanyalah Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang